Kaum Sosialis, Gerakan Mahasiswa dan Revolusi Demokratik

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kaum Sosialis, Gerakan Mahasiswa dan Revolusi Demokratik-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Kaum Sosialis, Gerakan Mahasiswa dan Revolusi Demokratik Ada dua kelas yang berhadapan muka dalam kondisi tak terdamaikan di tengah masyarakat modern: kelas buruh dan kelas kapitalis.

Kelas buruh tidak memiliki hak apapun atas alat-alat produksi dan, dengan demikian, harus menjual satu-satunya yang ada padanya, tenaga untuk bekerja, kepada kelas kapitalis, yang memiliki seluruh alat produksi yang ada. Selain kedua kelas itu, terdapat pula kelas pekerja yang lain, yang belum sepenuhnya kehilangan hak milik atas alat produksi, tapi juga tetap harus membanting tulang untuk penghidupannya: kelas petani, pedagang kecil dan artisan.

Di manakah posisi mahasiswa dalam susunan kelas dalam masyarakat modern ini? Di satu pihak, mahasiswa tidak bekerja. Ia sepenuhnya hidup dari keringat orang lain, dalam bentuk uang kiriman dari orang tua. Di pihak lain, ia juga tidak memegang hak atas alat-alat produksi di mana ia dapat melakukan pemerasan secara langsung terhadap keringat orang lain.

Maka, "mahasiswa" bukanlah sebuah "kelas". Ia hanyalah sebuah "sektor", di mana tergabung anak-anak dari orang tua yang berasal dari berbagai kelas. Posisi kelas mahasiswa belum ditentukan karena mereka belum memasuki kehidupan ekonomi yang sesungguhnya: proses produksi. Kedudukan yang mengambang itu membuat mahasiswa menjadi sasaran empuk bagi semua pihak yang memiliki kepentingan kelas. Khususnya mereka yang berada di pihak borjuasi. Ini adalah konsekuensi logis dari sistem pendidikan di bawah sistem masyarakat borjuasi: kaum borjuasilah yang membiayai sekolah-sekolah.

Pada awalnya, sekolah-sekolah hanya menerima anak-anak kelas berkuasa. Sekolah dipergunakan untuk mencetak kader-kader penerus kelas berkuasa - seperti terlihat pada sekolah-sekolah di bawah sistem feudal yang hanya dihadiri oleh pangeran-pangeran atau calon abdi istana. Sekolah calon abdi, seperti namanya, tentulah diarahkan untuk mempersiapkan orang-orang yang akan mengabdi pada kaum feudal itu. 

Sekolah-sekolah borjuasi dibuka untuk umum tapi biayanya mahal sehingga hanya anak-anak orang kaya (yaitu, anak-anak borjuasi atau feudal) yang dapat bersekolah di situ. Barulah setelah kaum buruh melakukan perlawanan hebat sekolah-sekolah ini dibuka untuk umum dengan biaya murah. Salah satu perlawanan yang terhebat berlangsung di Inggris, di mana ratusan ribu buruh di bawah bendera gerakan Chartist di akhir abad kedelapan belas melancarkan tuntutan untuk hak pilih umum (universal suffrage) dan pendidikan murah untuk semua.

Dengan demikian, kini, medan pertempuran di kalangan mahasiswa kian ramai. Di satu pihak, masuknya anak-anak kelas pekerja ke universitas memberi peluang bagi kaum borjuasi untuk menanamkan ilusi-ilusi agar kesadaran kelas mereka tidak dapat berkembang. Salah satu ilusi yang paling ampuh adalah peluang semu untuk "naik kelas": memperoleh kesejahteraan sebagai pelayan kaum borjuasi. 

Dengan mimpi itu, anak-anak kelas pekerja akan mau mengkhianati kepentingan kelasnya sendiri, kepentingan orang tuanya juga. Bahkan, mereka akan turut menyebarkan ilusi borjuasi itu, persepakatan dengan sistem penindasan, di tengah anggota kelas mereka sendiri. Dengan demikian, mereka telah diserap menjadi agen-agen institusi perlindungan kaum borjuasi, negara borjuasi, yang bertugas melakukan penindasan spiritual-ideologis kepada kelas pekerja. Mereka menjadi unsur-unsur paling reaksioner dan kontra-revolusioner di dalam masyarakat.

Di pihak lain, kaum sosialis juga mendapatkan kesempatan untuk mendidik kader-kader kelas pekerja dengan pendidikan tinggi, sekaligus merebut keberpihakan anak-anak kaum borjuasi kepada perjuangan kelas pekerja, terutama kelas buruh. Pendidikan tinggi ini sangat berguna untuk perluasan pendidikan di kalangan kelas pekerja sendiri, meningkatkan kemampuan kritis mereka, kemampuan analisa mereka terhadap dunia sekitarnya, dan mempersiapkan mereka untuk menjalankan roda pemerintahan ketika kelak kelas pekerja merebut kekuasaan dari tangan kaum borjuasi. 

Perebutan keberpihakan anak-anak kaum borjuasi kepada perjuangan rakyat pekerja ini juga adalah sesuatu yang sangat strategis sifatnya. Kelak, jika mereka berada dalam posisi-posisi kunci di tengah kelas mereka sendiri, mereka akan dapat memecah persatuan kelas borjuasi berhadapan dengan gerakan kelas pekerja yang revolusioner. Sangat diharapkan bahwa mereka ini akan cenderung menyeberang ke pihak kelas pekerja ketika situasi revolusioner muncul. Dan ketika kelas pekerja merebut kekuasaan, mereka akan merupakan bantuan yang tak ternilai untuk konsolidasi kekuasaan, dalam perlucutan kekuatan reaksi kaum borjuasi dan untuk membantu melancarkan roda perekonomian - pendeknya, merupakan minyak pelumas bagi proses transisi dari kapitalisme ke sosialisme.

Perang ideologis di sektor mahasiswa

Pertempuran yang terjadi untuk memperebutkan keberpihakan sektor mahasiswa ini sesungguhnya tidak berjalan seimbang. Di satu pihak, kaum borjuasi, karena menguasai negara, menguasai pula segala alat yang dipergunakan untuk mengadakan pendidikan. Di pihak lain, kaum sosialis hanya bermodalkan semangat dan dukungan organisasi untuk merebut alat-alat pendidikan itu bagi kepentingan kemenangan rakyat tertindas.

Kaum borjuasi memiliki segala-galanya. Terutama di Indonesia, kita dapat melihat bahwa apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dirancang di meja-meja kerja birokrasi pendidikan - pelayan-pelayan ideologi kaum borjuasi. Sejak seseorang menginjakkan kakinya pertama kali di sekolahnya yang pertama, ia sudah diajari bahwa segala yang berbau sosialis adalah jelek. Setelah ia beranjak dewasa dan kesadaran kritisnya mulai muncul, dijejalkanlah segala macam penjelasan "ilmiah" dari kaum borjuasi untuk membenarkan keberadaannya di dunia ini. Sejak dari sistem berpikir, teori ekonomi, teori politik, filsafat, dsb.

Bahkan sampai bagaimana tiap ilmu dipisah-pisahkan sedemikian rupa sehingga, tanpa pendalaman terhadap metode berpikir yang benar, yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah itu, seseorang tidak akan dapat merangkaikan kebenaran-kebenaran parsial yang terdapat di masing-masing ilmu menjadi satu kebenaran yang utuh. Tanpa metode berpikir yang benar, seseorang yang mempelajari filsafat tidak akan dapat menerima bahwa filsafat harus dapat menjelaskan pula gejala-gejala yang terkandung dalam ilmu-ilmu fisika, misalnya. Seseorang yang menggeluti politik atau hukum tidak akan pula dapat melihat bahwa pelajaran terpenting yang harus digugunya terdapat dalam ilmu arkeologi.

Guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah ini juga berasal dari sistem pendidikan guru yang dikendalikan oleh borjuasi. Dengan demikian, guru-guru ini juga menjadi pelayan sistem borjuasi itu sendiri. Lembaga keguruan merupakan satu lembaga yang berdiri di luar masyarakat, merupakan lembaga yang bersifat reguler (standing institution), dan digaji penuh untuk menjalankan tugas pelayanannya terhadap kepentingan borjuasi itu. Maka, kita dapat memahami dengan pasti bahwa lembaga pendidikan adalah bagian dari negara, yaitu bagian dari mesin penindasan ideologisnya. Tidak mengherankan, jika demikian, bahwa sistem administrasi di dalam satu lembaga keguruan, pada umumnya, mencerminkan sistem yang ada di negara di mana ia berada.

Hal ini nampak jelas di Indonesia, di mana ada satu parlemen palsu bagi mahasiswa, Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa, yang sama impotennya ketika berurusan dengan persoalan-persoalan paling penting yang menyangkut kesejahteraan mahasiswa: biaya pendidikan dan fasilitas kampus. Mengenai dua hal ini, kata putus tetap berada pada sebuah badan yang berdiri eksklusif dan elitis di kampus: Senat Universitas.

Pemahaman terhadap hal ini akan membuat kita sanggup melecehkan istilah "industri pendidikan", di mana pendidikan dianggap sebagai salah satu sektor industri jasa. Kita kini sudah melihat bahwa pendidikan adalah sebuah kelembagaan yang lebih bersifat ideologis daripada sekedar mencari keuntungan sebesar-besarnya. "Industri pendidikan" hanyalah sebuah alasan yang dikemukakan kaum borjuasi untuk memblokade masuknya anak-anak kelas pekerja ke dalam pendidikan ini. 

Pendidikan bagi anak-anak kelas pekerja ini, menurut kaum borjuasi, cukuplah di bidang-bidang teknik yang praktis agar dapat menjadi tenaga trampil di pabrik-pabrik. Supaya monopoli atas pengetahuan tetap terjaga, supaya anak-anak kelas pekerja yang sanggup (dengan susah-payah) masuk ke dalam sistem pendidikan itu dapat dengan mudah dibeli, dan untuk melemahkan sektor mahasiswa yang sudah terbukti dari sejarahnya kerap menjadi pemicu bagi perlawanan kelas pekerja itu sendiri.

Kita dapat melihat pula bagaimana istilah "industri pendidikan" ini tidak pernah cocok dengan kenyataan di lapangan. Sebuah industri jasa seharusnya bersaing memasang harga semurah mungkin agar dapat merebut konsumen, dengan fasilitas yang sesuai dengan harga yang dipatok. Tapi, seperti yang kita alami sendiri, harga-harga itu semakin membumbung tinggi dan jarang sekali fasilitas yang setara dengan harga itu disediakan oleh pihak penyelenggara jasa.

Pendidikan bukanlah sebuah industri jasa. Pendidikan adalah mesin ideologis yang akan membentuk kader-kader dan pelayan-pelayan kaum borjuasi. Berhadapan dengan kondisi suram ini, apakah yang dapat diperbuat oleh kaum sosialis terhadap sektor mahasiswa?

Pertama-tama haruslah disadari bahwa seluruh pelajar, mahasiswa tidak terkecuali, berada di bawah hujan propaganda kaum borjuasi. Propaganda yang datang dalam bentuk, lisan, tulisan, bentuk-bentuk budaya, lingkungan pergaulan. Ke manapun seorang mahasiswa pergi, ia akan berhadapan dengan propaganda borjuasi: ke ruang kelas, ke ruang dosen, ke kantin, ke tempat parkir. Bahkan, di beberapa tempat, WC-pun dibedakan antara WC untuk kaum elit agen borjuasi dengan WC bagi warga biasa. Inilah apa yang dikenal dengan istilah "hegemoni" - hujan propaganda yang membuat orang mati rasa terhadap penindasan yang dialaminya.

Maka, untuk memenangkan pertempuran dengan kaum borjuasi dalam berebut keberpihakan mahasiswa, kaum sosialis haruslah dapat mematahkan hegemoni ini. Kaum sosialis haruslah membuat kampus dan sekolah-sekolah memancarkan aroma kelas pekerja.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus terlebih dahulu bersepakat tentang apa yang disebut dengan "aroma kelas pekerja" itu. Budaya kelas pekerja bukanlah sekedar budaya "dari jam sembilan sampai jam lima", alias kerja kantoran. Budaya kelas pekerja juga bukan budaya tinggal berlama-lama di kantor, pabrik atau sekretariat. Budaya kelas pekerja adalah, di atas segalanya, disiplin dalam demokrasi. Berteguh melaksanakan kerja-kerja yang telah dibagikan melalui diskusi-diskusi yang demokratik, melalui keputusan mayoritas. Kita akan kembali lagi pada hal ini di belakang. Dengan demikian, tugas pertama gerakan sosialis adalah membawa obor berapi ke jantung kubu-kubu musuh:

beragitasi dan berpropaganda tanpa mengenal lelah dan takut di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus. Gerakan sosialis harus selalu menggunakan alat-alat yang dapat seluas mungkin berbicara kepada setiap mahasiswa mengenai isu-isu tertinggi yang mungkin dipergunakan. Contohnya, ketika situasi sangat represif, kaum sosialis harus dengan bersemangat melancarkan agitasi dari orang ke orang dengan isu demokratisasi kampus. Namun, ketika situasi terbuka telah didapatkan, kaum sosialis harus mempergunakan koran untuk berproganda tentang sosialisme di kampus. Media yang sanggup menjangkau seluas mungkin massa dan isu yang sanggup menggerakkan sebanyak mungkin orang, sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan termaksud.

Namun, hal ini saja belum cukup. Hujan propaganda borjuasi dilancarkan secara sistemik, terorganisir dan menyeluruh. Maka, untuk sanggup mematahkan itu, kaum sosialis harus pula membangun satu lingkungan kelas pekerja di tengah-tengah kampus - dengan satu peringatan: tanpa menjadikan kaum sosialis itu sebuah sekte yang eksklusif dan menakutkan bagi massa mahasiswa secara luas.

Seringkali hal ini mustahil dilakukan di kampus, terutama ketika gerakan sosialis masih merupakan minoritas dan lemah. Dalam keadaan demikian, tidak ada jalan lain bagi gerakan sosialis selain membawa mahasiswa ke luar kampus, ke tengah lingkungan kaum pekerja - terutama buruh, di mana budaya kelas pekerja telah mencapai puncaknya di bawah sistem borjuasi. Setiap orang mahasiswa yang tergabung dalam gerakan sosialis harus terhubung secara fisik dan ideologis kepada dua komunitas sekaligus: mahasiswa dan buruh. Ini, contohnya, dapat dilakukan dengan bergiliran masuk ke basis-basis buruh dan menjadi organiser buruh.

Pendeknya, gerakan mahasiswa tidak boleh dibiarkan menjadi gerakan mahasiswa an sich.

Sebaliknya, adalah pula merupakan tugas kaum sosialis untuk semakin banyak memasukkan anggota-anggota kelas pekerja ke dalam pendidikan tinggi dan mempertahankan keberpihakan mereka kepada kepentingan kelas mereka sendiri. Kaum sosialis tidaklah boleh berhenti bergerak demi sebuah 'pendidikan murah untuk semua' demi tercetaknya kader-kader kelas pekerja yang berketrampilan tinggi, untuk keperluan industrialisasi kelak jika sosialisme telah mencapai kemenangannya. 

Semakin banyaknya kader-kader kelas pekerja di dalam lingkungan pendidikan tinggi juga memudahkan pembangunan satu lingkungan beraroma kelas pekerja di dalam kampus, melancarkan penerimaan isu-isu ekonomis di dalam kampus, dan mendekatkan massa mahasiswa secara personal kepada isu-isu yang berkenaan dengan kepentingan rakyat pekerja di luar tembok-tembok kampus.

Dengan agitasi dan propaganda yang luas, dan pembangunan lingkungan beraroma kelas pekerja, setidaknya di kalangan kaum sosialis itu sendiri, kita boleh mengharapkan agar gerakan mahasiswa ini menjadi semakin kental dalam hegemoni kelas pekerja. Jika proses ini dapat dilalui dengan berhasil, upaya memenangkan massa mahasiswa yang lebih luas akan mendapatkan pelumas yang sangat manjur. Apalagi yang mampu mematahkan lingkungan penuh kesenangan dan hura-hura a la mahasiswa, kecuali jika mereka melihat bahwa budaya kelas pekerja mutlak unggul dari budaya kesenangan yang selama ini mereka anut?

Sebagai penyimpulan, tugas gerakan sosialis di tengah gerakan mahasiswa adalah membangun komunitas luas yang terhubung secara fisik dan ideologis dengan gerakan kelas pekerja itu sendiri.

Setelah itu

Tentu saja kita tidak boleh menunggu agar komunitas kita besar terlebih dahulu sebelum melancarkan propaganda ke kalangan yang lebih luas, terutama gerakan mahasiswa pada umumnya. Pandangan-pandangan serupa "Kita masih kecil dalam jumlah", atau "Kita belum cukup kuat", sesungguhnya menunjukkan ketidakyakinan ideologis yang mendalam. Akibat lanjutan yang dapat muncul kemudian jika ketidakyakinan ini tidak segera diatasi adalah watak-watak sektarian dalam pergerakan.

Segera setelah komunitas sosialis dalam gerakan mahasiswa terbentuk, ia harus melancarkan pula propaganda yang diarahkan pada massa mahasiswa, khususnya gerakan mahasiswa pada umumnya.

Hal apakah yang, terutama, harus dipropagandakan oleh kaum sosialis di tengah gerakan mahasiswa?

Menimbang hal-hal yang telah kita bahas terdahulu, bahan-bahan propaganda ini tentulah diutamakan yang menyangkut upaya untuk memperbesar pengaruh keberpihakan pada gerakan buruh dan kelas pekerja lainnya di tengah gerakan mahasiswa, termasuk propaganda-propaganda yang perlu untuk mencegah gerakan mahasiswa berdiri sebagai suatu gerakan yang terpisah, mandiri, terutama dari gerakan kelas pekerja.

Gerakan mahasiswa sosialis harus mengkritisi tanpa ampun sikap umum gerakan mahasiswa yang enggan menggabungkan diri dengan gerakan rakyat pekerja, sikap-sikap non-partisan yang tak berprinsip, dan penyakit-penyakit sektarian lain antar mereka sendiri yang kerap diidap oleh gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa sosialis harus menggunakan segala macam cara yang dikuasainya - memohon pengertian atau mengungkapkan peringatan-peringatan keras, tajam atau lembut, keras atau lunak - agar pemahaman itu dapat menancap dalam-dalam di kepala dan hati massa mahasiswa. Gerakan mahasiswa sosialis harus sanggup mengangkat isu-isu kampus menjadi isu-isu yang menyangkut kepentingan rakyat pekerja secara umum, dan sebaliknya, isu-isu rakyat pekerja harus terus diperkenalkan kepada komunitas massa mahasiswa di dalam kampus.

Gerakan mahasiswa sosialis haruslah menjadi kelompok yang pertama mempropagandakan dan melancarkan aksi-aksi massa dalam setiap kesempatan, walau sekecil apapun, yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan watak sejati dari para penguasa birokrasi kampus.

Gerakan mahasiswa sosialis harus pula menjadi yang pertama untuk mempromosikan solidaritas terhadap gerakan-gerakan mahasiswa di kampus-kampus lain, mendorong terbentuknya satu penyatuan dalam gerakan mahasiswa di tingkatan yang lebih luas. Walau tetap harus diperhatikan prinsip-prinsip dalam beraliansi, antara lain kebebasan untuk menjalankan kritik bahkan terhadap kawan-kawan aliansi, penyatuan kekuatan harus dijadikan prioritas utama. Terlebih ketika berhadapan dengan Negara Borjuasi yang represif.

Pendeknya, gerakan mahasiswa sosialis harus menjadi pelopor sejati, bukan hanya dalam teori.

Namun, di samping semua itu, gerakan mahasiswa sosialis menempati posisi khusus dalam kancah revolusioner. Posisi khusus ini diperolehnya karena ia terbebaskan dari keharusan untuk turut serta dalam proses produksi sehingga ia dapat memperoleh waktu luang, bahkan "ditugaskan", untuk belajar. Dengan demikian, tugas untuk mempelajari berbagai teori dan sejarah revolusi menempel dengan kuat di pundak gerakan mahasiswa sosialis. Gerakan mahasiswa sosialis memanggul beban untuk menarik pelajaran dari berbagai upaya revolusioner rakyat pekerja di berbagai negeri, untuk membuat analisa-analisa dan pertimbangan-pertimbangan, dan untuk merumuskan berbagai variasi taktik dan strategi baru.

Gerakan mahasiswa sosialis juga mengemban tugas yang berat untuk menyediakan bacaan bagi seluruh rakyat pekerja. Adalah tugasnya, walaupun sangat berat, untuk mempelajari segala bahasa asing yang mungkin dikuasai, agar dapat menerjemahkan dan menerbitkan berbagai artikel dan buku yang selama ini hanya dapat dinikmati oleh segelintir kalangan saja. Ia juga harus menuntut dibukanya perpusatakaan-perpustakaan publik, mengisi perpustakaan-perpustakaan itu dengan buku-buku dan menggairahkan semua orang untuk menjadi anggota perpustakaan-perpustakaan dan aktif membaca buku buku-buku itu. Ia harus menyediakan berbagai wahana di mana rakyat pekerja dapat mendiskusikan segala yang mereka baca dan membimbing rakyat pekerja untuk memahami apa yang mereka baca.

Hal ini semakin membuat keterhubungannya, secara fisik dan ideologis, dengan gerakan kelas pekerja menjadi sesuatu yang imperatif, satu keharusan. Dengan demikian, apa yang dipikirkannya, kesadarannya, adalah kesadaran dari lingkungan yang hegemonik baginya, yaitu lingkungan kelas pekerja. Dengan demikian pula, ia dapat berbagi apa yang telah dihasilkannya dalam kerja-kerja mental itu kepada gerakan kelas pekerja, menerangkan kepada gerakan kelas pekerja dalam bahasa mereka sendiri, dan membantu gerakan kelas pekerja untuk mewujudkan segala hasil kerja mental itu. Gerakan mahasiswa sosialis adalah kancah rekrutmen agen-agen yang akan membantu rakyat pekerja menemukan kesadaran sejatinya.

di Tulis Oleh: Ken Budha Kusumandaru

Perjuangan Kelas

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Perjuangan Kelas-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Perjuangan Kelas Ia adalah pengetahuan umum bahawa, dalam mana-mana masyarakat, perjuangan beberapa ahlinya bercanggah dengan perjuangan orang lain, bahawa kehidupan sosial adalah penuh dengan percanggahan, dan bahawa sejarah mendedahkan sesuatu perjuangan di antara negara-negara dan masyarakat-masyarakat, serta di dalam negara-negara dan masyarakat-masyarakat, dan selain itu, saling penggantian zaman revolusi dan reaksi, kedamaian dan peperangan, kebantutan dan kemajuan pesat atau kemunduran.

Marxsisme telah memberikan panduan, iaitu, teori perjuangan kelas, untuk perjumpaan hukum-hukum yang memerintah keadaan yang seolah-olah mengelirukan dan bersifat huru-hara. Ia hanyalah kajian jumlah perjuangan kesemua ahli sesebuah masyarakat atau kumpulan masyarakat-masyarakat yang dapat membawa penghuraian saintifik mengenai hasil perjuangan-perjuangan tersebut. Perjuangan-perjuangan yang bercanggah berpunca dari perbezaan dalam kedudukan dan cara kehidupan kelas-kelas ke dalam mana masyarakat dibahagikan.

“Sejarah kesemua masyarakat yang sedia ada adalah sejarah perjuangan kelas,” Marx menulis dalam Communist Manifesto (dengan pengecualian sejarah masyarakat kuno, Engels kemudiannya menambah). “Orang bebas dan hamba, bangsawan dan golongan bawahan, tuan dan serf, ahli tukang dan pembantu tukang, pendek kata, penindas dan yang tertindas, sentiasa berdiri dalam tentangan di antara satu sama lain, mengusahakan pertempuran yang berterusan, kadang-kala disembunyikan, kadang-kala diperjuangkan secara terbuka, sesuatu pertempuran yang berakhir setiap kali antara dalam penyusunan semula masyarakat secara berevolusi, atau dalam kehancuran bersama-sama kelas-kelas yang saling berjuang… Masyarakat borjuasi moden yang telah bertunas dari kebinasaan masyarakat feudal belum membasmi penentangan-penentangan kelas.

Ia hanya telah mendirikan kelas-kelas baru, keadaan-keadaan penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan baru yang menggantikan bentuk-bentuk lama. Namun, zaman kita, iaitu zaman borjuasi, menunjukkan sifat yang istimewa berikut: ia telah meringkaskan penentangan-penentangan kelas. Masyarakat secara keseluruhan semakin bercerai ke dalam dua kem bermusuhan besar, ke dalam dua kelas besar yang berhadapan dengan satu sama lain: Borjuasi dan Proletariat.” Sejak Revolusi Perancis Besar, sejarah Eropah telah, di beberapa negara, mendedahkan apa yang sebenarnya terletak di bawah peristiwa-peristiwa – perjuangan-perjuangan kelas.

Zaman Pemulihan di Perancis sudah mengeluarkan beberapa ahli sejarah (Thierry, Guizot, Mignet dan Thiers) yang, dalam menyimpulkan apa yang berlaku, didesak untuk mengaku bahawa perjuangan kelas merupakan kunci kepada segala sejarah Perancis. Zaman moden – iaitu zaman kejayaan sepenuhnya borjuasi, pertubuhan-pertubuhan perwakilan, hak mengundi luas (jika bukan mutlak), akhbar harian murah, yang disebarkan dengan luas di kalangan rakyat, dan sebagainya, sesuatu zaman kesatuan-kesatuan pekerja dan kesatuan-kesatuan pihak majikan yang berkuasa dan semakin menyebar, dan sebagainya – telah menunjukkan dengan lebih menakjubkan (walaupun kadangkala dalam bentuk yang sangat berat sebelah, ‘damai’ dan ‘perlembagaan’) sebagai tenaga penggerak peristiwa-peristiwa.

Petikan berikat dari Manisfesto Komunis oleh Marx akan menunjukkan kepada kita apa yang Marx menuntut dari sains sosial berkenaan dengan kajian objektif ke atas kedudukan setiap kelas dalam masyarakat moden, dengan rujukan kepada kajian setiap kelas dalam keadaan-keadaan kemajuan: “Di antara kesemua kelas yang berhadapan dengan borjuasi pada hari ini, hanya proletariatlah yang benar-benar sebuah kelas revolusioner. Kelas-kelas yang lain mereput dan akhirnya lesap apabila berhadapan dengan Industri Moden; proletariat ada hasilnya yang khas dan mustahak. Kelas menengah bawahan, usahawan kecil, pekedai, tukang, petani, kesemua mereka berjuang menentang borjuasi, untuk menyelamatkan kewujudan mereka sebagai bahagian kelas menengah daripada kepupusan. Oleh kerana ini, mereka bukanlah bersifat revolusioner, tetapi konservatif.

Lebih-lebih lagi, mereka bersifat menentang kemajuan, kerana mereka mencuba memutar balik roda sejarah. Jika secara kebetulan mereka bersifat revolusioner, mereka hanyalah sedemikian akibat pemindahan mereka ke proletariat yang semakin mendekati, maka mereka bukanya mempertahankan masa sekarang mereka, tetapi kepentingan-kepentingan masa depan mereka, iaitu mereka meninggalkan pendirian mereka sendiri untuk menempatkan diri mereka pada pendirian proletariat.”

Dalam beberapa karya bersejarah (lihat Bibiliografi), Marx memberikan contoh-contoh hebat bagi sejarah materialis, dan kajian mengenai kedudukan setiap kelas individu, dan kadang-kala bagi kumpulan-kumpulan yang berlainan atau lapisan dalam sesebuah kelas, menunjukkan dengan jelas mengapa dan bagaimana “setiap perjuangan kelas adalah perjuangan politik.” Petikan di atas adalah gambaran mengenai rangkaian rumit hubungan-hubungan sosail dan tahap-tahap peralihan dari satu kelas ke kelas yang lain, dari masa yang lalu ke masa depan, dikaji oleh Marx untuk menentukan perkembangan bersejarah yang dihasilkan daripadanya.

Doktrin ekonomi Marx adalah pengesahan dan pengalaman teori ini yang paling mendalam, menyeluruh dan terperinci.

Konsep Sejarah Materialis

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Konsep Sejarah Materialis-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Konsep Sejarah Materialis Kesedaran mengenai sifat tidak berterusan, tidak sempurna, dan berat sebelah materialisme lama meyakinkan Marx mengenai keperluan “membawa sains masyarakat… ke dalam perpaduan dengan dasar materialis, dan membinanya semula selepas itu.

Oleh kerana materialisme secara umumnya menjelaskan kesedaran sebagai hasil kewujudan, dan bukan sebaliknya, maka materialisme diamalkan kepada kehidupan sosial umat manusia perlu menjelaskan kesedaran sosial sebagai hasil kewujudan sosial. “Teknologi,” menulis Marx (Capital, Jilid I)

“mendedahkan cara manusia menangani Alam, dengan proses pengeluaran serta-merta melalui mana dia mengekalkan kehidupannya, dan dengan itu juga mendedahkan cara pembentukan hubungan-hubungan sosialnya, dan konsep-konsep mental yang mengalir daripadanya.”

Dalam keterangan kepada Contribution to the Critque of Political Economy, Marx memberikan keterangan penting mengenai prinsip-prinsip materialisme yang diamalkan kepada masyarakat manusia dan sejarahnya, dalam kata-kata yang berikut:

“Dalam pengeluaran sosial kehidupan mereka, manusia memasuki hubungan tetap yang tidak dapat diketepikan dan saling bergantung pada hasrat mereka, hubungan pengeluaran yang sejajar dengan tahap kemajuan kuasa-kuasa produktif materialis mereka.”

Jumlah hubungan-hubungan pengeluaran ini merupakan struktur ekonomi masyarakat, dasar sebenar, pada mana bangkitnya maha struktur perundangan dan politik dan kepada mana terdapatnya bentuk-bentuk kesedaran sosial tetap. Cara pengeluaran kehidupan materialis menetapkan proses kehidupan sosial, politik dan intelek secara umum. Ia bukannya kesedaran manusia yang menentukan kewujudan mereka, tetapi, sebaliknya, kewujudan sosial mereka yang menentukan kesedaran mereka.

Pada sesuatu tahap kemajuan, kuasa-kuasa pengeluaran materialis masyarakat memasuki percanggahan dengan hubungan-hubungan pengeluaran yang sedia ada, atau - apa yang merupakan perluahan perundangan bagi perkara yang sama - dengan hubungan-hubungan harta yang telah berfungsi sehingga itu. Dari bentuk-bentuk kemajuan kuasa-kuasa pengeluaran, hubungan-hubungan ini berubah menjadi belenggu mereka. Kemudian bermulalah zaman revolusi sosial. Dengan perubahan dasar ekonomi, seluruh maha struktur besar lebih kurang diubah dengan pesat.

Dalam mempertimbangkan perubahan-perubahan seperti itu, perbezaan mesti sentiasa dibuat di antara perubahan materialis keadaan-keadaan pengeluaran ekonomi, yang dapat ditentukan dengan terperinci oleh sains semula jadi, dan bentuk-bentuk perundangan, politik, keagamaan, keindahan atau falsafah – pendek kata, bentuk-bentuk ideologi di mana manusia menjadi sedar akan konflik ini dan memperjuangkannya.

“Sebagaimana pendapat kami mengenai seseorang individu tidak didasarkan pada apa yang dia berfikir mengenai dirina, maka kita tidak dapat menghakim zaman perubahan seperti itu melalui kesedarannya sendiri; sebaliknya, kesedaran ini perlu dihuraikan dari segi percanggahan-percanggahan kehidupan materialis, dari konflik yang sedia wujud di antara kuasa-kuasa pengeluaran sosial dan hubungan-hubungan pengeluaran… Dalam garisan panduan umum, cara-cara pengeluaran Asiatik, kuno, feudal, dan borjuasi moden dapat dihuraikan sebagai zaman-zaman progresif dalam pembentukan ekonomi masyarakat”

(rujuk kepada formulasi pendek Marx dalam surat kepada Engels bertarikh 7hb Julai, 1866: “Teori kami adalah bahawa pengaturan tenaga pekerja adalah ditentukan oleh cara-cara pengeluaran”).

Perjumpaan konsep sejarah materialis, atau lebih tepat lagi, penerusan dan perluasan berterusan materialisme ke dalam arena fenomena sosial, menghapuskan dua kelemahan utama dalam dua teori sejarah awal. Dalam tempat pertama, teori sejarah awal itu hanya mengkaji motif-motif ideologi dalam aktiviti-aktiviti bersejarah umat manusia, tanpa mengkaji punca motif-motif tersebut, atau menentukan hukum-hukum objektif yang memerintah perkembangan sistem hubungan sosial, atau melihat akar hubungan-hubungan ini dalam tahap perkembangan yang dicapai oleh pengeluaran materialis; dalam tempat kedua, teori-teori yang lebih awal tidak memeluk aktiviti-aktiviti rakyat jelata, manakala materialisme bersejarah memungkinkan buat kali pertama untuk mengkaji, dengan ketepatan saintifik, hubungan-hubungan sosial kehidupan rakyat, dan perubahan-perubahan dalam keadaan-keadaan tersebut.

Pada tahap paling baik, ‘sosiologi’ dan tawarikh pra-Marxsis membawa ke hadapan akumulasi fakta-fakta mentah, mengumpul dengan tidak tentu, dan sesuatu penjelasan mengenai aspek-aspek proses sejarah individu. Dengan mengkaji seluruh aliran-aliran yang bercanggah, dengan mengurangkannya kepada keadaan-keadaan kehidupan dan pengeluaran pelbagai kelas masyarakat yang dapat ditentukan dengan terperinci, dengan mengetepikan subjektifisme dan rambang dalam pemilihan idea ‘bermaharaja’ tertentu atau dalam penjelasannya, dan dengan mendedahkan bahawa, tanpa pengecualian, kesemua idea dan segala aliran berpunca dari keadaan-keadaan kuasa-kuasa pengeluaran materialis, Marxsisme menandakan jalan menuju akjian menyeluruh dan mendalam mengenai proses kebangkitan, kemajuan dan kemerosotan sistem-sistem sosio - ekonomi.

Orang ramai membuat sejarah mereka sendiri, tetapi apakah yang menentukan motif-motif orang, rakyat jelata, iaitu, apakah membangkitkan pertempuran idea-idea dan perjuangan-perjuangan yang bercanggah? Apakah jumlah pertempuran-pertempuran ini dalam masyarakat-masyarakat manusia? Apakah keadaan-keadaan objektif pengeluaran kehidupan materialis yang membentukkan dasar bagi segala aktiviti bersejarah manusia? Apakah hukum kemajuan bagi keadaan-keadaan ini? Kepada semua ini, Marx menarik perhatian dan menentukan jalan menuju kajian sejarah secara saintifik sebagai proses tunggal yang, dengan kepelbagaian dan percanggahan yang luar biasa, diperintah oleh hukum-hukum tetap.

Harga Bitcoin Jatuh ke Level Terendah Sejak Desember 2020 karena Ether Turun 35% dalam Seminggu

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Harga Bitcoin Jatuh ke Level Terendah Sejak Desember 2020 karena Ether Turun 35% dalam Seminggu-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Harga Bitcoin Jatuh ke Level Terendah Sejak Desember 2020 karena Ether Turun 35% dalam Seminggu Aksi jual juga terlihat di pasar global pada hari Senin - didorong oleh kekhawatiran inflasi yang merajalela, kenaikan suku bunga yang akan segera terjadi dan prospek resesi di negara-negara ekonomi utama.

Bitcoin telah jatuh ke level terendah sejak Desember 2020 - dengan harga turun di bawah $24.000 pada Senin pagi.

Cryptocurrency terbesar di dunia telah turun 13% dalam 24 jam terakhir - dan 24% selama jangka waktu tujuh hari, data CoinMarketCap menunjukkan.

Banyak altcoin berkinerja jauh lebih buruk, dengan Ether kehilangan 16,5% dari nilainya dan diperdagangkan pada $1,225.20 pada saat penulisan. ETH turun 35,6% pada minggu ini.

Solana telah jatuh ke $27,40 setelah penurunan 16,6%, sementara Dogecoin bertahan di $0,05 setelah penurunan 17,4%. Longsoran telah kehilangan 20% nilainya sejak saat ini kemarin.

Sentimen pasar memburuk setelah diumumkan bahwa Celsius Network menghentikan semua penarikan, transfer, dan swap. Dan ini adalah waktu yang sulit bagi penambang Bitcoin saat ini, dengan penurunan harga yang bertepatan dengan kenaikan dramatis dalam biaya listrik.

Aksi jual juga terlihat di pasar global pada hari Senin - didorong oleh kekhawatiran inflasi yang merajalela, kenaikan suku bunga yang akan segera terjadi dan prospek resesi di negara-negara ekonomi utama.

Jumat menyampaikan konfirmasi bahwa Indeks Harga Konsumen AS telah mencapai 8,6% pada Mei - level tertinggi sejak Desember 1981 - karena krisis biaya hidup tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.

Semua mata tertuju pada Federal Reserve menjelang pertemuan pada hari Rabu, ketika pembuat kebijakan akan mengkonfirmasi apakah mereka berencana untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 atau 75 basis poin.

Lebih Buruk Datang?

Pertanyaannya sekarang adalah apakah Bitcoin berada di jalur untuk menguji ulang dukungan pada $20.000 - menandai pembalikan lengkap dari keuntungan yang telah kita lihat selama pasar bullish.

Dan meskipun sejarah tidak selalu menjadi panduan yang akurat, itu dapat memberi kita indikasi tentang apa yang ada di depan.

Setelah mencapai $20.000 untuk pertama kalinya pada bulan Desember 2017, Bitcoin turun lebih dari 80% dalam 12 bulan berikutnya.

Jika BTC turun 80% dari level tertinggi sepanjang masa $68.700 yang ditetapkan pada November 2021, cryptocurrency terbesar di dunia akan menyusut ke posisi terendah $13.740.

Penurunan lebih lanjut juga akan menjadi malapetaka bagi MicroStrategy, yang baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa mereka akan menghadapi margin call jika Bitcoin turun di bawah $21.000.

Data dari BitcoinTreasuries.net menunjukkan bahwa 129.218 BTC perusahaan saat ini bernilai $3,1 miliar - itu $850 juta kurang dari apa yang dibayar MicroStrategy untuk keseluruhannya.

Korelasi yang bertahan lama berarti bahwa kekayaan Bitcoin tetap terikat pada pasar saham - dan penderitaan lebih lanjut di Wall Street dapat memperburuk aksi jual di pasar crypto lebih jauh lagi.

di Tulis Oleh: Connor Sephton



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]

Konsep Sejarah Materialis

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Konsep Sejarah Materialis-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Konsep Sejarah Materialis Kesedaran mengenai sifat tidak berterusan, tidak sempurna, dan berat sebelah materialisme lama meyakinkan Marx mengenai keperluan “membawa sains masyarakat… ke dalam perpaduan dengan dasar materialis, dan membinanya semula selepas itu.”

Oleh kerana materialisme secara umumnya menjelaskan kesedaran sebagai hasil kewujudan, dan bukan sebaliknya, maka materialisme diamalkan kepada kehidupan sosial umat manusia perlu menjelaskan kesedaran sosial sebagai hasil kewujudan sosial.

“Teknologi,” menulis Marx (Capital, Jilid I) “mendedahkan cara manusia menangani Alam, dengan proses pengeluaran serta-merta melalui mana dia mengekalkan kehidupannya, dan dengan itu juga mendedahkan cara pembentukan hubungan-hubungan sosialnya, dan konsep-konsep mental yang mengalir daripadanya.”

Dalam keterangan kepada Contribution to the Critque of Political Economy, Marx memberikan keterangan penting mengenai prinsip-prinsip materialisme yang diamalkan kepada masyarakat manusia dan sejarahnya, dalam kata-kata yang berikut:

“Dalam pengeluaran sosial kehidupan mereka, manusia memasuki hubungan tetap yang tidak dapat diketepikan dan saling bergantung pada hasrat mereka, hubungan pengeluaran yang sejajar dengan tahap kemajuan kuasa-kuasa produktif materialis mereka.”

Jumlah hubungan-hubungan pengeluaran ini merupakan struktur ekonomi masyarakat, dasar sebenar, pada mana bangkitnya maha struktur perundangan dan politik dan kepada mana terdapatnya bentuk-bentuk kesedaran sosial tetap. Cara pengeluaran kehidupan materialis menetapkan proses kehidupan sosial, politik dan intelek secara umum. Ia bukannya kesedaran manusia yang menentukan kewujudan mereka, tetapi, sebaliknya, kewujudan sosial mereka yang menentukan kesedaran mereka.

Pada sesuatu tahap kemajuan, kuasa-kuasa pengeluaran materialis masyarakat memasuki percanggahan dengan hubungan-hubungan pengeluaran yang sedia ada, atau - apa yang merupakan perluahan perundangan bagi perkara yang sama - dengan hubungan-hubungan harta yang telah berfungsi sehingga itu. Dari bentuk-bentuk kemajuan kuasa-kuasa pengeluaran, hubungan-hubungan ini berubah menjadi belenggu mereka. Kemudian bermulalah zaman revolusi sosial. Dengan perubahan dasar ekonomi, seluruh maha struktur besar lebih kurang diubah dengan pesat.

Dalam mempertimbangkan perubahan-perubahan seperti itu, perbezaan mesti sentiasa dibuat di antara perubahan materialis keadaan-keadaan pengeluaran ekonomi, yang dapat ditentukan dengan terperinci oleh sains semula jadi, dan bentuk-bentuk perundangan, politik, keagamaan, keindahan atau falsafah – pendek kata, bentuk-bentuk ideologi di mana manusia menjadi sedar akan konflik ini dan memperjuangkannya.

“Sebagaimana pendapat kami mengenai seseorang individu tidak didasarkan pada apa yang dia berfikir mengenai dirina, maka kita tidak dapat menghakim zaman perubahan seperti itu melalui kesedarannya sendiri; sebaliknya, kesedaran ini perlu dihuraikan dari segi percanggahan-percanggahan kehidupan materialis, dari konflik yang sedia wujud di antara kuasa-kuasa pengeluaran sosial dan hubungan-hubungan pengeluaran… Dalam garisan panduan umum, cara-cara pengeluaran Asiatik, kuno, feudal, dan borjuasi moden dapat dihuraikan sebagai zaman-zaman progresif dalam pembentukan ekonomi masyarakat”

(rujuk kepada formulasi pendek Marx dalam surat kepada Engels bertarikh 7hb Julai, 1866: “Teori kami adalah bahawa pengaturan tenaga pekerja adalah ditentukan oleh cara-cara pengeluaran”).

Perjumpaan konsep sejarah materialis, atau lebih tepat lagi, penerusan dan perluasan berterusan materialisme ke dalam arena fenomena sosial, menghapuskan dua kelemahan utama dalam dua teori sejarah awal. Dalam tempat pertama, teori sejarah awal itu hanya mengkaji motif-motif ideologi dalam aktiviti-aktiviti bersejarah umat manusia, tanpa mengkaji punca motif-motif tersebut, atau menentukan hukum-hukum objektif yang memerintah perkembangan sistem hubungan sosial, atau melihat akar hubungan-hubungan ini dalam tahap perkembangan yang dicapai oleh pengeluaran materialis; dalam tempat kedua, teori-teori yang lebih awal tidak memeluk aktiviti-aktiviti rakyat jelata, manakala materialisme bersejarah memungkinkan buat kali pertama untuk mengkaji, dengan ketepatan saintifik, hubungan-hubungan sosial kehidupan rakyat, dan perubahan-perubahan dalam keadaan-keadaan tersebut.

Pada tahap paling baik, ‘sosiologi’ dan tawarikh pra-Marxsis membawa ke hadapan akumulasi fakta-fakta mentah, mengumpul dengan tidak tentu, dan sesuatu penjelasan mengenai aspek-aspek proses sejarah individu. Dengan mengkaji seluruh aliran-aliran yang bercanggah, dengan mengurangkannya kepada keadaan-keadaan kehidupan dan pengeluaran pelbagai kelas masyarakat yang dapat ditentukan dengan terperinci, dengan mengetepikan subjektifisme dan rambang dalam pemilihan idea ‘bermaharaja’ tertentu atau dalam penjelasannya, dan dengan mendedahkan bahawa, tanpa pengecualian, kesemua idea dan segala aliran berpunca dari keadaan-keadaan kuasa-kuasa pengeluaran materialis, Marxsisme menandakan jalan menuju akjian menyeluruh dan mendalam mengenai proses kebangkitan, kemajuan dan kemerosotan sistem-sistem sosio - ekonomi.

Orang ramai membuat sejarah mereka sendiri, tetapi apakah yang menentukan motif-motif orang, rakyat jelata, iaitu, apakah membangkitkan pertempuran idea-idea dan perjuangan-perjuangan yang bercanggah? Apakah jumlah pertempuran-pertempuran ini dalam masyarakat-masyarakat manusia? Apakah keadaan-keadaan objektif pengeluaran kehidupan materialis yang membentukkan dasar bagi segala aktiviti bersejarah manusia? Apakah hukum kemajuan bagi keadaan-keadaan ini? Kepada semua ini, Marx menarik perhatian dan menentukan jalan menuju kajian sejarah secara saintifik sebagai proses tunggal yang, dengan kepelbagaian dan percanggahan yang luar biasa, diperintah oleh hukum-hukum tetap.

Apa itu Waktu?

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Apa itu Waktu?-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Apa itu Waktu? Sedikit saja ide yang telah merasuki kesadaran manusia sedalam ide tentang waktu. Ide tentang waktu dan ruang telah mengganggu pemikiran manusia selama ribuan tahun. Hal-hal ini sekilas nampak sederhana dan mudah dipahami, karena mereka sangat dekat dengan pengalaman sehari-hari.

Segala hal hadir dalam ruang dan waktu, sehingga mereka nampak sebagai hal-hal yang akrab dengan kita. Walau demikian, apa yang akrab dengan kita tidaklah otomatis dipahami. Dengan penelitian yang lebih dekat, ruang dan waktu bukanlah hal yang mudah dipahami. Di abad ke-5, Santo Agustinus mengatakan:

"Lalu, apakah waktu itu? Jika tidak ada yang bertanya, saya tahu apa waktu itu. Jika saya ingin menjelaskannya pada seseorang yang bertanya kepada saya, saya tidak tahu."

Kamus juga tidak banyak bermanfaat. Waktu didefinisikan sebagai "satu periode", dan satu periode didefinisikan sebagai "waktu". Kita tidak tambah pintar, bung! Pada kenyataannya, hakikat waktu dan ruang adalah sebuah masalah filsafat yang cukup kompleks.

Manusia jelas membedakan antara yang lalu dan yang akan datang. Satu rasa tentang waktu, walau demikian, tidaklah unik milik manusia atau hewan. Berbagai organisme sering memiliki "jam internal", seperti tumbuhan, yang berputar ke satu sisi di kala siang, dan ke sisi yang lain di kala malam. Waktu adalah satu pernyataan objektif tentang keadaan material yang berubah. Hal ini ditunjukkan bahkan oleh cara kita ketika berbicara tentangnya. Sangat jamak kita bicara tentang waktu yang "mengalir". Pada kenyataannya, hanya materi yang berbentuk cairan yang mengalir.

Waktu bukan sekedar hal yang subjektif. Ia adalah cara kita menyatakan satu proses aktual yang hadir dalam dunia fisik. Waktu hanyalah satu pernyataan akan fakta bahwa segala materi hadir dalam sebuah keadaan yang terus berubah. Adalah takdir dan keharusan bagi semua hal yang material untuk berubah menjadi hal yang lain daripada dirinya sendiri. "Segala hal yang ada layak untuk dihancurkan."

Satu rasa tentang irama mendasari segalanya: detak jantung manusia, irama dalam berbicara, pergerakan dari bintang-bintang dan planet-planet, pasang naik dan pasang surut, pergantian musim. Hal-hal ini terukir sangat dalam pada kesadaran manusia, bukan sebagai pencitraan yang acak, tapi sebagai gejala riil yang menyatakan satu kebenaran mendasar tentang alam raya. Di sini intuisi manusia tidaklah keliru. Waktu adalah cara untuk menyatakan perubahan dalam keadaan dan pergerakan yang merupakan ciri tak terpisahkan dari materi dalam segala bentuknya.

Dalam tata bahasa, kita memiliki tenses: past tense, future tense dan present tense. Penaklukan kolosal yang dilakukan nalar manusia memungkinkannya untuk membebaskan dirinya sendiri dari perbudakan waktu, untuk mengatasi situasi kongkrit dan menjadi "hadir" ['present'], bukan hanya di sini dan sekarang, tapi juga di masa lalu dan di masa datang, setidaknya di dalam pikiran.

Waktu dan gerak adalah dua konsep yang tidak terpisahkan. Keduanya hakiki bagi semua kehidupan dan semua pengetahuan di dunia, termasuk tiap perwujudan yang diambil oleh pikiran dan khayalan. Pengukuran, batu penjuru dari semua ilmu pengetahuan, akan mustahil tanpa ruang dan waktu. Musik dan tari didasarkan atas waktu. Seni sendiri mencoba mencapai satu rasa tentang waktu dan gerak, yang hadir bukan hanya diwakilkan oleh enerji fisik tapi juga oleh disainnya.

Warna, bentuk dan garis dari sebuah lukisan membimbing mata melintasi permukaan dalam irama dan tempo tertentu. Inilah yang menumbuhkan rasa, ide dan emosi tertentu pada kita setelah kita menikmati karya seni tersebut. Keabadian adalah kata yang sering digunakan untuk menggambarkan berbagai karya seni, tapi justru sebenarnya menyatakan persis kebalikan dari apa yang dimaksudkan. Kita tidak akan dapat merasakan ketiadaan waktu, karena waktu hadir dalam segala sesuatunya.

Ada satu perbedaan antara ruang dan waktu. Ruang dapat juga menyatakan perubahan, sebagaimana perubahan dalam posisi. Materi hadir dan bergerak melalui ruang. Tapi jumlah cara yang dapat dilalui oleh perubahan ini besar tak berhingga: maju, mundur, naik atau turun, dengan derajat apapun. Pergerakan dalam ruang juga dapat berlaku kebalikannya. Pergerakan dalam waktu tidak dapat diputar balik. Keduanya adalah dua cara yang berbeda (bahkan bertentangan) dalam menyatakan satu ciri yang hakiki dari materi - perubahan. Inilah satu-satunya Kemutlakan yang ada.

Ruang adalah "kembaran" materi, kalau kita pakai istilah Hegel, sementara ruang adalah proses di mana materi (dan energi, yang merupakan pernyataan lain materi) terus-menerus berubah menjadi hal yang lain daripada dirinya sendiri. Waktu - "api yang menelan kita semua" - biasanya dilihat sebagai suatu hal yang destruktif.

Tapi sebenarnya waktu juga merupakan pernyataan dari proses permanen penciptaan diri sendiri [self-creation], di mana materi terus-menerus berubah menjadi bentuk-bentuk lain yang jenisnya tak berhingga. Proses ini dapat dilihat dengan cukup jelas dalam materi-materi yang anorganik, terutama di tingkat sub-atomik.

Pandangan tentang perubahan, seperti yang dinyatakan dalam berlalunya waktu, dengan dalam merasuki kesadaran manusia. Inilah basis dari semua unsur tragis dalam kesusastraan, perasaan sedih karena berlalunya kehidupan, yang mencapai bentuknya yang paling indah dalam soneta-soneta Shakespeare, seperti yang satu ini, yang dengan gemilang menggambarkan satu rasa akan pergerakan waktu yang penuh keresahan:

"Like as the waves make toward the pebbled shore, So do our minute hasten to their end; Each changing place with that which goes before, In sequent toil all forward to contend."
["Laksana ombak yang melaju ke pantai berpasir, demikianlah menit demi menit berpacu menuju kehancuran; semuanya bertukar tempat dengan para pendahulu, berturutan mereka menyeret diri ke dalam pertempuran"]

Kemustahilan kita untuk membalik waktu tidak hanya berlaku untuk mahluk-mahluk hidup. Bukan hanya manusia, tapi bintang-bintang dan galaksi juga dilahirkan dan mengalami kematian. Perubahan berlaku untuk segala hal, tapi bukan hanya dalam makna yang negatif. Berdampingan dengan kematian, hadirlah kehidupan, dan keteraturan lahir secara spontan dari kekacauan. Tanpa kematian, kehidupan itu sendiri tidaklah akan dimungkinkan. Tiap orang bukan hanya sadar akan dirinya sendiri, tapi juga akan negasi dari diri mereka, dari batasan terhadap diri mereka sendiri. Kita dari alam dan akan kembali ke alam.

Mahluk-mahluk fana memahami bahwa sebagai mahluk fana mereka akan menemui kematian di ujung jalan yang mereka tempuh. Sebagaimana kitab Ayub mengingatkan kita:

"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan."[i]

Hewan tidaklah gentar akan kematian dengan cara yang sama dengan kita karena mereka tidak memahaminya seperti kita. Umat manusia telah berupaya meloloskan diri dari takdir mereka dengan mendirikan perkumpulan-perkumpulan istimewa yang menjanjikan satu kehidupan khayal setelah kematian.

Ide tentang hidup abadi hadir dalam hampir tiap agama melalui bentuk yang satu atau yang lain. Inilah kekuatan penggerak di balik satu kehausan egoistis bagi suatu keabadian khayal dalam Surga yang tak kelihatan, yang diangankan akan menjadi penghiburan bagi "Lembah Kedukaan" yang ada di bumi yang penuh dosa ini. Maka, selama berabad-abad, manusia telah diajari untuk menyerah pasrah pada penderitaan dan kerasnya hidup di dunia karena mengharapkan satu hidup yang penuh kebahagiaan - setelah mereka mati.

Bahwa setiap individu harus meninggalkan dunia ini, itu semua orang tahu. Di masa datang, usia hidup manusia akan diperpanjang jauh melampaui harapan hidup "alamiah"-nya; walau demikian, kematian itu pasti akan datang. Tapi, apa yang terjadi pada individu tidak harus terjadi pada spesies. Kita terus hidup melalui anak-anak kita, melalui ingatan kawan-kawan kita dan melalui sumbangan yang kita buat untuk perbaikan nasib umat manusia. Inilah satu-satunya keabadian yang harus kita kejar.

Bergenerasi umat manusia akan datang dan pergi, tapi akan selalu digantikan oleh generasi yang baru, yang akan mengembangkan dan memperkaya cakupan aktivitas dan pengetahuan umat manusia. Pencarian sejati bagi keabadian diwujudkan dalam proses tanpa henti atas perkembangan dan penyempurnaan manusia, karena umat manusia akan terus memperbaharui diri dalam tingkatan yang semakin lama semakin tinggi. Tujuan tertinggi yang dapat kita tetapkan bagi diri kita sendiri, dengan demikian, bukanlah satu firdaus khayal nun jauh di atas sana, tapi untuk berjuang meraih kondisi sosial riil yang akan memungkinkan pembangunan firdaus di bawah sini, di dunia ini.

Sejak pengalaman kita yang paling awal, kita telah mencapai pemahaman tentang pentingnya waktu. Sehingga sangatlah mengejutkan bahwa masih ada orang yang beranggapan bahwa waktu adalah suatu khayalan, satu ciptaan pikiran belaka. Ide ini telah bertahan bahkan sampai saat ini. Pada kenyataannya, ide bahwa waktu dan perubahan adalah sekedar khayalan bukanlah sesuatu yang baru. Ia hadir dalam agama-agama kuno seperti Buddhisme, dan juga dalam filsafat idealis seperti Phytagoras, Plato, dan Potinus.

Aspirasi dari Buddhisme adalah untuk mencapai nirwana, satu keadaan di mana waktu berhenti berputar. Heraclitus, bapak dialektika, memahami dengan tepat hakikat waktu dan perubahan, ketika ia menulis bahwa "segalanya adalah dirinya sendiri sekaligus bukan dirinya sendiri, karena segalanya selalu berada dalam fluktuasi" dan "kita melangkah dan juga sekaligus tidak melangkah dalam arus yang sama, kita adalah diri kita sendiri dan sekaligus bukan."

Ide tentang perubahan sebagai sesuatu yang siklik adalah hasil dari masyarakat pertanian yang sangat bergantung pada perubahan cuaca. Cara hidup statis yang berakar dalam cara produksi masyarakat-masyarakat terdahulu menemukan perwujudannya dalam filsafat-filsafat yang statis. Gereja Katolik tidak sanggup mencerna kosmologi ala Copernicus dan Galileo karena itu adalah sebuah tantangan bagi pandangan mereka terhadap dunia dan masyarakat. Hanya dalam masyarakat kapitalislah perkembangan industri berlangsung sedemikian rupa sehingga sanggup menggerus irama masyarakat pedesaan yang kuno dan lambat itu.

Bukan hanya perbedaan dalam iklim kini diabaikan dalam produksi, tapi bahkan perbedaan siang dan malam, karena mesin-mesin bekerja 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, 52 minggu per tahun, di bawah sorotan sinar buatan manusia. Kapitalisme telah merevolusionerkan pikiran manusia. Walau demikian, kemajuan pikiran itu terbukti jauh lebih lambat dari kemajuan industri. Konservatisme pikiran ditunjukkan dalam upaya yang terus muncul untuk terus mempertahankan ide-ide lama, ketidakpastian kuno yang seharusnya sudah dikubur sejak lama dan, akhirnya, pada harapan yang telah bertahan melewati berbagai jaman akan satu kehidupan setelah kematian.

Ide bahwa jagad ini harus memiliki awal dan akhir telah dibangkitkan kembali pada dasawarsa mutakhir ini oleh teori kosmologi mengenai Ledakan Besar ["the Big Bang"]. Teori ini niscaya yang melibatkan satu mahluk supernatural yang menciptakan dunia dari ketiadaan menurut satu rencana yang tak dapat kita pahami, dan memeliharanya selama Ia menganggapnya perlu. Kosmologi religius kuno dari Musa, Yesaya, Tertullian dan Timaeus-nya Plato, dengan menakjubkan bangkit kembali dalam tulisan-tulisan dari beberapa kosmologis dan fisikawan teoritik modern.

Tidak ada sesuatupun yang baru dalam hal ini. Tiap sistem sosial yang memasuki tahap kemunduran yang tak dapat dihentikan lagi selalu mengajukan gambaran bahwa dirinya adalah akhir dari segala jaman, akhir dari dunia atau, lebih baik lagi, akhir dari jagad raya. Walau demikian, jagad raya ini masih terus berputar, tanpa mempedulikan takdir yang menimpa formasi sosial yang fana di dunia ini.

Umat manusia terus hidup, berjuang dan, sekalipun terjadi kemunduran-kemunduran, terus berkembang dan maju. Sehingga satu masa akan menyiapkan masa yang lebih maju dan lebih tinggi dari yang sebelumnya. Dan, secara prinsip, tidak ada batasan untuk hal ini.

Capung Mesin Terbang Super Canggih

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Capung Mesin Terbang Super Canggih-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Capung Mesin Terbang Super Canggih Manusia telah mencoba berbagai macam cara untuk dapat terbang. Sejak pesawat terbang pertama dibuat kira-kira seratus tahun yang lalu, ribuan model pesawat udara yang berbeda telah dirancang. Ilmuwan yang tak terhitung jumlahnya telah mencoba membuat mesin terbang yang lebih baik sampai akhirnya mereka mampu membuat mesin terbang terkini dengan disainnya yang mengagumkan.

Lebih Hebat dari Helikopter

Terbang adalah keahlian yang hebat, tapi kegunaannya tergantung pada sejauh mana ia dapat dikendalikan. Sebenarnya, untuk dapat melayang pada posisi tetap di udara atau mendarat di tempat yang diinginkan adalah sama pentingnya dengan kemampuan terbang itu sendiri. Untuk itulah, manusia merancang pesawat terbang dengan kemampuan manuver yang tinggi, yaitu helikopter.

Helikopter mampu melayang di udara pada posisi tetap dan lepas landas secara tegak lurus. Karena keuntungan militer inilah, berbagai negara telah menyediakan dana dalam jumlah tak terbatas untuk pengembangan helikopter. Akan tetapi, penelitian terkini telah menemukan fakta yang sangat mencengangkan. Teknologi penerbangan helikopter modern ternyata sangat tertinggal jauh dibanding dengan seekor makhluk mungil yang mampu terbang. Makhluk ini adalah capung.

Sistem penerbangan capung adalah sebuah keajaiban disain dengan teknologi terbang yang mengalahkan semua mesin buatan manusia. Dengan alasan inilah, disain model terakhir helikopter Sikorsky yang terkenal di dunia, dibuat menggunakan disain capung sebagai model. Dalam proyek ini, perusahaan IBM membantu mendisain Sikorsky dengan memuat gambar-gambar capung dalam komputer khusus. Setelah itu, dengan mengambil contoh capung, ribuan ilustrasi dibuat dalam komputer. Kemudian, dengan mencontoh teknologi terbang capung, dibuatlah model helikopter Sikorsky.

Singkatnya, tubuh seekor serangga kecil memiliki disain lebih unggul dari rancangan manusia. Teknologi penerbangan capung dan disain sayapnya mengemukakan suatu fakta bahwa makhluk kecil ini memperlihatkan kepada kita disain menakjubkan pada ciptaan Allah. Capung memiliki dua pasang sayap yang ditempatkan secara diagonal pada tubuhnya, ini memungkinkannya melakukan manuver sangat cepat. Capung dapat mencapai kecepatan lima puluh kilometer per jam dalam waktu sangat singkat, hal yang sungguh luar biasa bagi seekor serangga. Seorang atlit olimpiade dalam perlombaan lari seratus meter, hanya mampu berlari tiga puluh sembilan kilometer per jam.

Giroskop Alami pada Capung

Ada satu persyaratan lagi bagi penerbangan yang baik. Penerbangan sangatlah berbahaya jika tidak didukung oleh sistem penglihatan yang baik. Untuk itulah, pesawat terbang dan helicopter modern memiliki sistem visual canggih. Capung juga memiliki sistem visual teramat canggih: ia memiliki mata mikro berjumlah keseluruhan tiga puluh ribu buah, dan setiap mata mengarah ke titik yang berbeda. Semua informasi dari mata-mata mikro ini diteruskan ke otak capung, yang kemudian mengolahnya seperti komputer. Dengan sistem ini, capung memiliki kemampuan melihat yang luar biasa.

Kemampuan manuver capung lebih unggul dari yang dimiliki helikopter. Misalnya, dengan satu manuver cepat di menit terakhir, capung berhasil menyelamatkan diri dari truk yang datang dari arah berlawanan.

Bahkan capung mampu meloloskan diri dari dua bahaya, yakni ketika ia harus menghindar dari menabrak kaca depan mobil yang sedang melaju ke arahnya dan harus lolos dari burung yang memburunya. Ia berhasil menyelamatkan diri dengan satu manuver cerdas.

Satu permasalahan yang dihadapi pilot, yang seringkali harus melakukan manuver, adalah bahwa setelah suatu manuver, pilot mengalami kesulitan dalam menentukan posisi pesawat relatif terhadap permukaan bumi. Jika pilot kebingungan menentukan posisi bagian atas dan bawah pesawat setelah melakukan manuver, maka pesawat ini dapat mengalami kecelakaan. Para teknisi telah mengembangkan suatu alat untuk mengatasi hal ini, yakni giroskop. Alat ini menunjukan pilot pada garis horisontal yang menandakan posisi horison.

Pilot membandingkan garis horisontal ini dengan horison sesungguhnya, dan dengan demikian ia dapat menentukan posisi pesawat dengan cepat. Selama jutaan tahun, capung telah memakai perlengkapan yang mirip dengan yang dikembangkan oleh para teknisi ini. Di depan mata capung terdapat garis horisontal maya pada posisi tetap. Tak menjadi masalah, pada sudut berapa pun ia terbang, ia selalu memposisikan kepalanya sejajar dengan garis horisontal ini.

Ketika posisi tubuh capung berubah selama penerbangan, rambut-rambut di antara badan dan kepalanya menjadi terangsang. Sel-sel saraf pada akar rambut ini mengirimkan informasi ke otot-otot terbang capung tentang posisinya di udara. Hal ini memungkinkan otot-otot tersebut secara otomatis mengatur jumlah dan kecepatan gerak sayap. Dengan demikian, dalam manuver paling sulit sekalipun, capung tidak pernah kehilangan arah atau kendali. Sistem ini sungguh merupakan suatu keajaiban teknik.

Disini, manusia yang berakal akan berpikir. Capung sendiri tidak mengetahui akan sistem luar biasa yang ia miliki. Lalu, siapakah yang meletakan pada tubuh serangga ini sistem penerbangan yang sedemikian kompleks, yang bahkan para insinyur ahli telah menggunakannya sebagai model? Siapakah yang melengkapi serangga ini dengan sayap sempurna, motor yang menggerakkan sayap dan sistem penglihatan yang prima? Siapakah Pencipta disain yang luar biasa ini?

Capung Diciptakan Sudah Sempurna dan Lengkap

Teori evolusi Darwin, yang mencoba menjelaskan kehidupan dengan peristiwa kebetulan, tak mampu berbicara ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan ini. Mustahil bahwa sistem dalam tubuh capung dapat terbentuk melalui evolusi, yakni pembentukan tahap demi tahap secara kebetulan. Hal ini dikarenakan bahwa agar suatu makhluk hidup dapat hidup, semua sistem ini harus ada pada saat yang bersamaan dan telah lengkap. Capung paling pertama di dunia juga pasti muncul dengan mekanisme yang sama mengagumkannya dengan yang dimiliki capung zaman sekarang.

Hal ini telah dibuktikan oleh catatan fosil tentang sejarah alam. Catatan fosil menunjukan bahwa capung-capung muncul di bumi pada saat bersamaan secara serentak. Fosil capung tertua yang diketahui ini berusia tiga ratus dua puluh juta tahun. Pada lapisan-lapisan fosil periode lebih awal, tidak dijumpai sesuatu pun yang menyerupai seekor capung. Tambahan lagi, sejak pertama kali capung muncul, catatan fosil menunjukan bahwa ia tidak mengalami evolusi.

Fosil capung tertua benar-benar sama dengan capung-capung yang hidup sekarang. Antara fosil berusia seratus empat puluh juta tahun dengan capung masa kini di sebelahnya tidak ada perbedaan sama sekali. Kenyataan ini sekali lagi membuktikan kekeliruan teori evolusi sekaligus menunjukan dengan sebenarnya bagaimana capung dan semua makhluk hidup di dunia ini muncul menjadi ada. Adalah Allah, Tuhan seluruh alam, yang menciptakan semua makhluk hidup, dan masing-masing dari mereka adalah bukti keberadaan-Nya. Di samping Allah, tak ada kekuatan lain yang mampu menciptakan seekor lalat sekali pun. Fakta ini dinyatakan oleh Allah dalam Alquran:

"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. 
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah" (QS. Al-Hajj, 22: 73)