Diskriminasi Tenaga Kerja dan Hijabophobia

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Diskriminasi Tenaga Kerja dan Hijabophobia-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Diskriminasi Tenaga Kerja dan Hijabophobia Viralnya ujaran diskriminatif pada wanita berhijab baru-baru ini di kalangan akademisi menunjukkan bahwa hijabophobia masih menjadi ancaman bagi demokrasi kita.

Hijabophobia muncul murni karena ketidaksukaan yang tidak berdasar dan tanpa alasan pada hijab dan simbol keagamaan lainnya. Paradigma yang berkembang menempatkan hijab sebagai hambatan dalam kebebasan sosial, ekonomi, dan ideologis bagi seorang wanita muslimah. Stereotip negatif inilah yang harus diluruskan.

Lebih dari sekadar perintah agama, hijab merupakan preferensi wanita muslimah untuk mengaktualisasikan diri sebagai wanita yang merdeka dan memiliki hak asasi yang sama. Kini, bukan sekadar simbol agama, hijab sudah menjadi konstruksi sosial yang merepresentasikan sisi politik, ekonomi, spiritual, visual, spasial, dan etika, tergantung pada konteks di mana ia dikenakan, maka tak heran hijab sering dipolitisasi demi kepentingan tertentu.

Sikap diskriminatif dan bias terhadap muslim semakin terlihat jelas dalam berbagai aspek, termasuk di dunia kerja. Studi yang dilakukan Carnegie Mellon mengungkapkan bahwa calon pekerja muslim mengalami lebih banyak diskriminasi daripada calon pekerja lainnya selama proses perekrutan. Untuk kandidat pekerjaan muslim, probabilitas untuk dipanggil wawancara 13% lebih rendah dibandingkan dengan kandidat lainnya.

Hasil jajak pendapat media sosial yang dilakukan World Hijab Day juga menunjukkan bahwa 71 persen wanita muslimah mengalami diskriminasi karena alasan memakai hijab. Menariknya, di tengah maraknya diskriminasi, keberadaan wanita berhijab masih sangat dihargai di tengah komunitas multikultur, tanpa penindasan atau pemaksaan secara fisik. Namun, stereotip negatif masih melekat kuat pada muslimah yang berhijab, sehingga mereka sering dianggap tidak cakap dalam bekerja dan tidak memiliki kapasitas seperti wanita pada umunya jika mereka berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama. Jika seorang wanita memutuskan untuk melepas hijab, tiba-tiba mereka dianggap sangat modern, cerdas, dan beradab.

Wanita muslimah memiliki risiko diskriminasi tiga kali lipat hingga empat kali lipat lebih besar dibanding wanita yang tidak menggunakan simbol keagamaan apapun. Banyak studi empiris menyimpulkan bahwa wanita yang mengenakan hijab dirugikan baik dalam proses kerja dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak mengenakan hijab. Bahkan, satu studi menemukan bahwa kandidat dengan nama yang terdengar seperti bahasa Inggris tiga kali lebih mungkin untuk diwawancarai daripada kandidat dengan nama yang terdengar seperti muslim.

Fenomena ini merupakan bentuk diskriminasi yang dialami pekerja muslimah berhijab. Ketika perusahaan menerapkan larangan penggunaan hijab, perusahaan tersebut dapat dikategorikan melakukan diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan agama. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menjamin setiap pekerja mempunyai kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk mendapatkan pekerjaan dan berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dengan alasan apapun.

Larangan memakai hijab di tempat kerja belum banyak mendapat perhatian masyarakat Indonesia. Ketika dihadapkan pada pilihan antara menunaikan kewajiban agama secara penuh atau untuk mendapatkan kesempatan atau perlakuan yang layak atas pekerjaan yang diinginkan, kebanyakan dari mereka akan memilih untuk memprioritaskan pekerjaan yang mereka inginkan karena mereka ingin menghasilkan uang untuk hidup mereka.

Hal-hal seperti ini dalam praktiknya akan sulit. Ketika seseorang diposisikan dalam kondisi untuk memilih antara memilih pekerjaan atau menjalankan agamanya dengan sempurna, mereka mungkin memilih pekerjaan daripada agamanya karena sangat membutuhkan penghasilan agar tidak menjadi menganggur.

Perusahaan terkadang tidak mengizinkan karyawannya mengenakan hijab dengan alasan melanggar kebijakan aturan penampilan di lingkungan kerja. Pimpinan perusahaan berdalih, larangan memakai hijab diberlakukan agar tidak menonjolkan agama tertentu. Terlalu banyak definisi dan interpretasi tentang hijab yang membuat para pengusaha khawatir membiarkan hijab di tempat kerja. Di samping itu semua, tenaga kerja Indonesia harus mendapat perlindungan penuh, karena mereka merupakan instrumen penting bagi pembangunan.

Mengakhiri Diskriminasi

Untuk menghapuskan diskriminasi, Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO No. 111 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan, yang diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang No. 21 Tahun 1999. Dengan demikian, karena Indonesia telah meratifikasi konvensi ILO, ratifikasi ini seharusnya mendukung kebijakan pelarangan perempuan berhijab termasuk dalam kategori diskriminasi kerja.

Hal ini menuntut kita untuk melindungi eksistensi wanita berhijab dengan berbagai upaya. Pertama, mendukung tren fashion hijab yang bisa menjadi wadah promosi meredam stereotipe negatif tentang hijab. Dukungan konsisten pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat mode hijab global baru bisa menghambat berkembangnya paham hijabophobia.

Kedua, pemberdayaan ekonomi dan memperluas akses finansial bagi wanita muslimah perlu ditingkatkan. Kemampanan dan kemandirian ekonomi muslimah akan mematahkan stigma negatif yang menganggap wanita berhijab tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas. Kemandirian ekonomi tidak akan membuat mereka rendah diri dan tetap percaya diri dengan identitas muslimah.

Ketiga, peningkatan literasi tentang diskriminasi keagamaan penting untuk mengakhiri Islamofobia dan hijabophobia. Sebagian besar sentimen anti-hijab berasal dari misinformasi dan kesalahpahaman publik tentang agama. Sejalan dengan itu, penguatan perlindungan hukum perlu diperkuat agar seluruh masyarakat merasa aman menjalankan ajaran agama di manapun tanpa terbebani perlakuan diskriminatif.

Keempat, jika menggunakan hijab dianggap berbahaya untuk pekerjaan tertentu, maka perlu mendorong perkembangan industri fashion hijab untuk melakukan diversifikasi model dan disain hijab yang ramah bagi semua jenis pekerjaan, sehingga bisa digunakan dalam keadaan apapun dan memperlebar ruang gerak publik bagi mereka yang berhijab.

Mengakhiri hijabophobia akan menciptakan rasa aman bagi wanita muslimah berhijab agar mereka tidak malu dengan identitas Islam mereka. Kita tidak bisa membiarkan wanita muslimah kehilangan harapan menggapai cita-cita mereka hanya karena hijab. Ini akan memberi mereka merasa dihargai di ruang publik sehingga mereka dapat beribadah dengan leluasa dan tetap berkarya untuk bangsa.

Irvan Maulana Anggota Masyarakat Ekonomi Syariah DKI Jakarta, Alumni Awardee LPDP


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News detik]

Epidemiologi, Ekonomi, dan Persepsi Publik, Tiga Jenis Data yang Menjelaskan Tarik Ulur Penerapan PSBB

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Epidemiologi, Ekonomi, dan Persepsi Publik, Tiga Jenis Data yang Menjelaskan Tarik Ulur Penerapan PSBB-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Epidemiologi, Ekonomi, dan Persepsi Publik, Tiga Jenis Data yang Menjelaskan Tarik Ulur Penerapan PSBB Pentingnya data bagi perumusan kebijakan publik sudah tidak perlu diperdebatkan.

Namun, pertanyaannya adalah: data apa yang sebaiknya digunakan sebagai landasan pengambilan kebijakan, dan kapan data tersebut bisa dianggap valid untuk memengaruhi arah kebijakan publik?

Setidaknya ada tiga jenis data yang digunakan oleh pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang memengaruhi penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yaitu data epidemiologi, data ekonomi, dan data persepsi publik.

Data epidemiologi cenderung mendorong penerapan atau pengetatan PSBB. Data ekonomi mengarah pada pelonggaran PSBB. Sementara, data survei persepsi publik memberi petunjuk bagi pengambil kebijakan untuk menjembatani gap antara data epidemiologi dan data ekonomi dengan melihat preferensi masyarakat.

Data Epidemiologi

Data epidemiologi adalah data yang berkaitan dengan jumlah kasus, penyebaran, maupun risiko virus terhadap situasi kesehatan masyarakat.

Data epidemiologi yang didapat pemerintah di antaranya terkait kronologi penyebaran virus. Ini mulai dari ditemukannya virus korona di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, yang kemudian menyebar luas dengan cepat.

Hingga awal Februari 2020, virus ini telah menjangkau hingga lebih dari 16 negara.

Data epidemiologi berikutnya terkait dengan jumlah kasus.

Berdasarkan sebuah studi, virus ini diperkirakan telah masuk ke Indonesia pada bulan Februari. Namun, kasus pertama baru diumumkan pada 2 Maret 2020.

Selama Januari hingga Maret, data jumlah kasus positif yang didapat dan dikelola oleh pemerintah pusat belum bisa menjadi dorongan kuat bagi pemerintah sendiri untuk menerapkan pembatasan sosial.

Selain karena jumlah kasus yang dianggap masih sedikit, pemerintah juga berusaha mencegah kepanikan dan menghindari dampak sosial ekonomi yang cukup serius bila menerapkan pembatasan sosial secara terburu-buru.

Pendekatan terpusat dalam mengelola data epidemiologi dan keengganan pemerintah pusat menerapkan pembatasan sosial kala itu, banyak dikritik oleh masyarakat sipil. Sejak pertengahan Maret, lima kepala daerah mulai berinisiatif menerapkan berbagai versi pembatasan sosial di daerah masing-masing.

Di tengah kencangnya tekanan publik, pemerintah pusat akhirnya menyetujui penerapan kerangka kebijakan PSBB pada akhir Maret. DKI Jakarta menjadi provinsi pertama yang menerapkan PSBB, terhitung sejak awal April 2020.

Seiring dengan penerapan PSBB di Jakarta, data epidemiologi yang sebelumnya dikelola secara terpusat mulai didesentralisasi dan dikelola secara lebih komprehensif, yaitu dengan mengelompokkan kategori pasien atau terduga pasien COVID-19.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan, data epidemiologi pasien COVID-19 dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala (OTG), dan Kasus Konfirmasi.

Data Ekonomi

Kerumitan pengelolaan data epidemiologi membuka ruang bagi penggunaan data dari perspektif lain untuk menentukan arah kebijakan PSBB. Data ekonomi kemudian menjadi salah satu alternatif.

Berbeda dengan data epidemiologi yang mewakili situasi kesehatan masyarakat, data ekonomi menggambarkan bagaimana penerapan PSSB memengaruhi kondisi perekonomian masyarakat.

Beberapa contohnya adalah data pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama 2020 yang berada di titik terendah dalam 19 tahun terakhir, pernyataan kepala Kamar Dagang Indonesia (KADIN) bahwa enam juta pekerja telah dirumahkan hingga awal Juni, dan pernyataan Gubernur DKI Jakarta yang mengklaim pendapatan daerahnya turun 45% selama PSBB.

Berawal dari data ekonomi tersebut, narasi new normal (normal baru) mulai dicanangkan oleh pemerintah.

Kombinasi data-data perekonomian dengan wacana new normal berujung pada pelonggaran PSBB, yang ditandai dengan penerapan PSBB Transisi di DKI Jakarta pada tanggal 5 Juli 2020.

Namun, masyarakat sipil menyayangkan keputusan ini.

Alih-alih berdamai dan hidup berdampingan dengan virus dalam kerangka new normal, masyarakat sipil bersikukuh menyerukan perang melawan COVID-19, mendorong pemerintah meningkatkan kualitas data epidemiologi, dan merumuskan kebijakan berdasarkan data tersebut.

Meskipun demikian, pelonggaran PSBB mengindikasikan bahwa data-data dari sudut pandang ekonomi telah menggantikan posisi data epidemiologi dalam menentukan arah kebijakan PSBB.

Data Persepsi Publik

Setelah pelonggaran pada bulan Juli 2020, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat kembali memperketat pembatasan sosial melalui PSBB kedua pada tanggal 14 September 2020.

Keputusan ini dilandasi oleh kemunculan data epidemiologi baru, yaitu kapasitas tempat tidur terpakai atau Bed Occupancy Rate (BOR) yang meningkat akibat bertambahnya jumlah pasien positif COVID-19.

Data ini sukses mengembalikan kerangka epidemiologi ke tengah diskusi mengenai PSBB dan menggeser dominasi data ekonomi di periode sebelumnya.

Data BOR tersebut secara tidak langsung juga membuat publik memahami dampak pelonggaran PSBB terhadap layanan kesehatan yang mungkin akan runtuh jika penyebaran virus tidak dikendalikan secara serius.

Selain data BOR, arah kebijakan PSBB juga ditopang oleh data persepsi publik.

Pada awal September 2020, sebuah survei persepsi publik menunjukkan menurunnya dukungan masyarakat terhadap rencana pemerintah untuk memperketat PSBB dari 50% di bulan Mei menjadi hanya 39%.

Sejalan dengan penurunan tersebut, dukungan publik bagi pelonggaran PSBB menguat dari 43% di bulan Mei menjadi 55% di bulan September.

Survei lain pun menunjukkan preferensi publik yang serupa.

Tidak seperti data epidemiologi dan data ekonomi, data-data survei ini dianggap mewakili persepsi masyarakat mengenai tarik ulur pengetatan dan pelonggaran PSBB.

Barangkali bukan kebetulan belaka bila PSBB di Jakarta kemudian dilonggarkan kembali pada pertengahan Oktober 2020. Status ini tidak berubah lagi hingga kerangka kebijakan PSBB diganti dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di awal tahun 2021.

Data dan kebijakan publik Telaah hubungan antara keragaman data dengan arah kebijakan setidaknya memberikan empat pelajaran penting yang saling berhubungan.

Pertama, kerumitan persoalan publik kontemporer menuntut solusi inklusif yang melibatkan berbagai sudut pandang.

Kedua, sadar atau tidak, menggunakan data dari satu perspektif berarti mengabaikan atau mengesampingkan data dari sudut pandang yang lain.

Ketiga, dominasi sebuah data dalam memengaruhi orientasi kebijakan tidak bersifat permanen karena data yang dominan di satu waktu dapat digantikan oleh data lain pada waktu yang berbeda.

Terakhir, setiap jenis data selalu memiliki kecenderungan tertentu dalam menentukan arah kebijakan publik.

Hubungan antara data dan kebijakan ini perlu dipahami dengan sungguh-sungguh oleh para pengambil kebijakan. Sensitivitas dan keterbukaan dalam memilih, membandingkan, termasuk menimbang pertentangan arah dan orientasi kebijakan dari setiap data yang digunakan untuk merumuskan kebijakan, menjadi suatu keharusan di tengah karakter isu publik yang semakin kompleks dan multidimensional.

di Tulis Oleh: Muhammad Djindan, Dosen, Universitas Gadjah Mada


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News The Conversation]

Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik Di tengah semakin agresifnya Amerika Serikat dan Inggris untuk menyeret negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) ke dalam kutub AS-NATO, aliansi strategis yang dimotori oleh Cina dan Rusia melalui payung Shanghai Cooperation Organization (SCO) kiranya kiranya layak dipertimbangkan sebagai kekuatan alternatif maupun sebagai strategi perimbangan kekuatan menghadapi AS-Inggris-NATO yang ingin tetap memaksakan pendekatan Unipolar atau pengkutuban tunggal.

SCO Kekuatan Regional Baru Berlingkup Eropa-Asia

Maka itu, SCO yang dimotori Cina dan Rusia, sangat layak diperluas lingkup kerjasamanya bukan saja dengan negara-negara Asia Tengah melainkan juga dengan negara-negara di Asia Tenggara, utamanya ASEAN. Dengan begitu, aliansi strategis ASEAN-SCO sangat efektif sebagai strategi perimbangan untuk menghadapi hegemoni global AS dan NATO.

SCO bermula pada 15 Juni 2001 ketika kepala negara Cina, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan bertemu di Shanghai, menandatangani deklarasi kerjasama yang kelak kita kenal sebagai SCO. Kerjasama berskema SCO tersebut selain merupakan tonggak kerjasama antar kawasan yaitu Eropa dan Asia, pun juga merupakan tonggak kerjasama internasional antarnegara pada abad 21.

Terbentuknya SCO sebagai kerjasama regional antara Cina-Rusia dan negara-negara dari Asia Tengah tersebut, menandai babakan baru kerjasama regional antara negara-negara Asia maupun Eropa.

Maka itu sangat masuk akal dan cukup beralasan ketika saat ini SCO dipandang oleh dunia internasional sebagai kekuatan baru yang penting dan konstruktif di kawasan Eropa dan Asia maupun di berbagai fora internasional.

Pada fase konsolidasinya antara 2001-2004, SCO mulai meluncurkan apa yang disebut the Shanghai Spirit yang menjadi landasan moral yang mengikat soliditias negara-negara anggota SCO seperti: Saling percaya satu sama lain (mutual trust), saling menguntungkan (mutual benefit), kesetaraan (eguality), mengedepankan musyawarah untuk mencapai konsensus (consultation), menghargai keanekaragaman budaya (respect for cultural diversity), serta mengupayakan kerjasama pembangunan.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
In the absence of clear guidance about how maritime cooperation is to be operationalised, navies engage in short-term arm’s length collaboration (Adam K Thomas/US Navy/Flickr)

SCO juga menyepakati apa yang kemudian dikenal sebagai Shanghai Charter atau Piagam Shanghai untuk memerangi terorisme, separatisme dan ekstrimisme. Serta menyepakati kerjasama perdagangan secara multilateral.

Pada 2007 kerjasama SCO semakin mantap dengan adanya dokumen hukum yang mengekspresikan cita-cita dan tekad mewujudkan persahabatan dan perdamaian abadi antar negara anggotanya, sekaligus penegasan status setara antar negara-negara anggota SCO, serta konsensus untuk menjalin kerjasama di berbagai bidang.

Adapun landasan hukum bagi terbangunnya kerjasama keamanan antarnegara anggota SCO semakin terkonsolidasi dengan dikeluarkannya konvensi untuk memerangi terorisme pada 2009, dan memerangi ekstremisme pada 2017. Bahkan sebelumnya pada 2014, SCO sebagai kerjasama regional semakin menguat dan solid melalui ikatan yang disebut Intergovernmental Agreement on International Road Facilitation.

Dengan demikian, kerjasama regional antar anggota SCO semakin solid dan kuat. Misalnya dengan diselenggarakannnya latihan militer bersama di bawah naungan Peace Mission Joint anti-Terrorism Military Exercise.

Bukan itu saja. Dalam Astana Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi di Kazakhstan pada 2017, telah menetapkan deadline penarikan mundur pasukan AS dari kawasan Asia Tengah. Yang secara tersirat termasuk penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan.

Prospek SCO sebagai kerjasama regional berlingkup Eropa dan Asia itu semakin nyata dengan diterimanya Mongolia sebagai peninjau (observer) pada 2004. Pada 2017 SCO beranggotakan enam negara, enam negara peninjau, dan enam negara mitra dialog. Menariknya lagi, Pakistan dan India dari Asia Selatan diterima sebagai anggota penuh SCO dalam KTT Astana pada 2017.

Maka dengan tak ayal, SCO telah berkembang sebagai kekuatan regional yang semakin berpengaruh dan ambisius. Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah anggota dengan bergabungnya India dan Pakistan, SCO bakal menjadi lembaga regional terbesar di dunia, yang mencakup 60 persen dari kawasan Eropa-Asia, dengan jumlah penduduk 3,2 miliar jiwa.

Sehingga kerjasama yang terbangun tidak saja dengan negara-negara anggota SCO, melainkan juga dengan negara-negara mitra dialog maupun negara-negara peninjau. Seraya semakin intens menjalin komunikasi baik dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun organisasi-organisasi internasional lainnya. Dalam kerangka untuk membangun jaringan multi-dimensi.

Dengan ditetapkannya Blueprint Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan diharapkan akan mewujudkan kelancaran arus transportasi barang, modal, jasa dan teknologi pada 2035 mendatang atas dasar the Shangai Spirit.

Kerjasama Strategis ASEAN-SCO di Bidang Keamanan Maritim

Menyadari kenyataan bahwa SCO sebagai kekuatan regional dalam lingkup Eropa-Asia akan semakin berpengaruh di masa depan, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, sudah saatnya untuk mempertimbangkan lingkup kerjasama dengan SCO pada tataran yang lebih strategis. Salah satu bidang yang cukup penting dan mengandung nilai strategis di bidang ketahanan nasional baik bagi ASEAN secara kolektif maupun bagi masing-masing negara anggota ASEAN adalah kerjasama di bidang keamanan maritim.

Seperti kita ketahui di dalam internal negara-negara SCO itu sendiri seperti Iran, Paskitan, India, Cina dan Rusia, sejatinya merupakan negara-negara pesisir (coastal states) yang berarti termasuk negara maritim. Adapun kawasan Asia Tenggara itu sendiri secara lokasi geografis, berada di posisi silang antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Dengan demikian kombinasi ruang maritim dari SCO maupun ASEAN bakal meliputi Teluk Persia, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Ruang maritim yang berada di bawah kendali negara-negara SCO maupun ASEAN tersebut pada perkembangannya akan menghadapi beberapa tantangan cukup serius di masa depan dalam bidang keamanan bersifat non-tradisional seperti perompakan dan terorisme di lautan, migrasi ilegal. Illegal fishing atau pencurian ikan, penyelundupan, maupun bencana alam hasil rekayasa manusia atau man-made disasters.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
Mengantisipasi dan merespons ancaman-ancaman keamanan non-tradisional tersebut, SCO dan ASEAN berada dalam posisi yang saling menguntungkan untuk berkolaborasi memerangi ancaman-ancaman di bidang keamanan maritim sebagai kekuatan regional dan komunitas keamanan pada lingkup kawasan Eropa dan Asia.

Bagi negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, kerjasama keamanan di bidang maritim dengan SCO merupakan hal yang cukup strategis, mengingat saat ini negara-negara SCO meskipun merupakan negara-negara pesisir atau lepas pantai(coastal states), namun belum menetapkan kerjasama keamanan maritim sebagai area yang jadi fokus utama. Saat ini SCO masih berfokus terutama dalam kerjasama keamanan berbasis darat atau land-based security cooperation.

Untuk itu, ASEAN dan SCO yang sudah mempunyai norma-norma, berbagai kebijakan dan mekanisme-mekanisme kelembagaan maupun kegiatan yang sudah ada dan tersedia, pada perkembangannya dapat diperluas untuk memfasilitasi kerjasama keamanan maritim antara SCO dan ASEAN.

SCO maupun ASEAN sama-sama sudah memiliki piagam yang sama-sama menghargai kedaulatan nasional masing-masing negara, menentang intervensi negara-negara asing, mengutamakan musyawarah (consulstation) dan konsensus, serta menghargai hukum internasional sebagai guiding principles.

Selain itu, SCO dan ASEAN sudah menandatangani Memorandum of Understanding pada 2005 yang secara khusus berfokus pada kerjasama di bidang kontra terorisme, narkoba dan obat bius, penyelundupan dan pencucian uang (money laundering), perdagangan ilegal manusia (illegal human trafficking), melalui pertukaran informasi maupun berbagi kerjasama dalam modus-modus kegiatan di level praktis. Selain itu pada 2015 dan 2019, SCO dan ASEAN sudah bertemu untuk membahas kerjasama keamanan dalam bidang kontra terorisme, memerangi separatisme, penyelundupan narkoba dan kejahatan cyber (cybercrime).

Namun demikian meskipun ASEAN dan SCO sudah punya landasan kuat untuk membangun kerjasama keamanan utamanya di bidang kerjasama keamanan maritim, namun belum memiliki kebijakan untuk mengkoordinasikan (policy coordination) kerjasama keamanan maritim antara ASEAN dan SCO.

Padahal ASEAN sudah mendorong kerjasama keamanan maritim sebagai prioritas organisasi melalui ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Maritime Forum (AMF) dan ASEAN Navy Chief Meeting (ANCM). Sayangnya, SCO pun belum memprakarsai terciptanya policy coordination atau kebijakan pengordinasian di internal antar negara-negara SCO itu sendiri.

Alhasil beberapa negara anggota SCO seperti Iran, Pakistan, India, Rusia dan Cina, mengadakan kerjasama keamanan maritim secara tersendiri di luar kerangka SCO dan dengan pihak ketiga, baik terkait kebijakan, perencanaan, dan program.

Menurut saya, inilah tantangan terpenting dalam rangka menciptakan harmonisasi kerjasama antara ASEAN dan SCO terkait kerjasama keamanan maritim pada tataran organisatoris.

Meskipun ASEAN saat ini telah memiliki ragam mekanisme kelembagaan yang menangani kerjasama keamanan maritim seperti ARF, AMF dan ANCM, namun jika ditinjau dari dari segi agenda maupun design serta tujuan dari mekanisme kelembagaan yang ada tersebut, ternyata belum cukup memadai untuk melembagakan kerjasama keamanan maritim SCO-ASEAN. Maka itu sangatlah penting untuk menciptakan mekanisme kelembagaan baru untuk memfasilitasi kerjasama keamanan maritim ASEAN-SCO.

Lebih daripada itu, konflik internal di antara negara-negara sesame anggota SCO maupun konflik internal antar sesama negara-negara ASEAN, apalagi dengan didukung campurtangan dari negara-negara adikuasa, pada perkembangannya bisa membahayakan prospek kerjasama keamanan maritim antara ASEAN dan SCO.

Misalnya persaingan global yang semakin menajam dan memanas antara Rusia dan Cina di Asia Tengah, konflik wilayah perbatasan/border dispute Kashmir antara India dan Pakistan, maupun ketegangan yang semakin memanas di Laut Cina Selatan, juga dapat merusak soliditas, kredibilitas dan integritas ASEAN dan SCO sebagai fondasi kerjasasama strategis Komunitas Keamanan Eropa-Asia.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
Badan Keamanan Laut (Bakamla) menggandeng US Coast Guard Amerika Serikat untuk bekerja sama di bidang keamanan maritim.

Selain itu, upaya campurtangan eksternal dari AS, Jepang, dan Australia untuk menyeret India, Singapura dan Filipina untuk bergabung ke dalam kutub persekutuan regional versi AS dan NATO dengan dalih untuk membendung Cina di kawasan Asia Pasifik, akan menciptakan iklim yang tidak kondusif dari segi politik-keamanan maupun stabilitas kawasan di Asia Pasifik, dan Asia Tenggara pada khususnya.

Lantaran pendekatan yang akan dipakai AS dan blok NATO akan lebih mengutamakan pendekatan hard power dan konfrontasi serta isolasi terhadap negara-negara yang dipandang sebagai lawan atau musuh AS dan sekutu-sekutunya. Termasuk terhadap negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.

Maka itu, pentingnya kerjasama ASEAN dan SCO adalah untuk mendorong terciptanya metode baru yang lebih inklusif dan konstruktif dalam mengelola persaingan yang melibatkan negara-negara adikuasa di kawasan Asia. Sehubungan dengan kerangka gagasan tersebut, kerjasama keamanan maritime ASEAN-SCO diharapkan dapat menciptakan dampak positif dalam bidang kerjasama keamanan maritim.

ASEAN sejatinya merupakan organisasi berbasis dialog atau a dialogue based organization, sementara SCO memiliki dimensi yang lebih praktis. Sementara SCO berupaya mewujudkan Peace Mission counter-terrorism exercises, ASEAN telah menunjukkan keinginannya yang kuat untuk membentuk apa yang disebut mini-lateral cooperation atau kerjasama mini-lateral seperti the Trilateral Security Cooperation di Laut Sulu-Sulawesi antara Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Pendekatan Kerjasama mini-lateral tersebut dinilai dapat menghindari beberapa kendala dan kontroversi terkait dengan kerjasama multilateral yang bersifat tradisional, seraya berfungsi sebagai laboratorium untuk menguji apakah pendekatan kerjasama mini-lateral bisa berhasil dan efektif, dan dapat diperluas lingkup kerjasamanya ke tingkat multilateral.

Atas dasar gagasan tersebut, negara-negara yang tergabung dalam SCO maupun ASEAN, sudah saatnya mengeksplorasi dan menguji efektivitas kerjasama keamanan maritim melalui lingkup pendekatan kerjasama mini-lateral seperti dalam kontra-terorisme di laut termasuk perompakan, penanggulangan bencana alam(disaster relief exercise), pemberantasan migran ilegal, perdagangan narkoba, dan money laundering atau pencucian uang.

di Tulis Oleh: Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]

Chevrolet kenalkan SUV kecil All-new Tracker RS

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Chevrolet kenalkan SUV kecil All-new Tracker RS-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Chevrolet kenalkan SUV kecil All-new Tracker RS Chevrolet mengenalkan sport utility vehicle (SUV) berukuran kecil, All-new Tracker RS secara khusus untuk pasar China.

"All-new Tracker RS mewakili pernyataan terbaru dari kekuatan dan kepemimpinan SUV global dari Chevrolet,” kata Jack Uppal, direktur umum Chevrolet untuk SAIC-GM dalam siaran pers, Kamis.

Tracker RS menggunakan mesin Ecotec 1,5T empat silinder direct injection turbocharged yang Baru, dilengkapi steel chain intelligent continuously variable transmission (CVT).

Mobil itu mampu menghasilkan tenaga maksimum 135 kW dan torsi puncak 250 Nm, serta akselerasi agresif 0-100 km/jam dalam 7,8 detik serta efisiensi bahan bakar 6,35 liter/100 km.

Untuk fitur penunjang, All-new Tracker RS dibekali layar sentuh ganda 10,25 inci dan sistem konektivitas Xiaoxue OS dan OnStar sebagai fitur standar.

Terdapat fitur lainnya, yakni Autohold function, electronic handbrake, multifunction steering wheel, intelligent LED headlights, front-rear USB ports, nano-level PM2.5 air-purifying filter dan Hill Start Assist.

"Tipe RS memberikan personalisasi yang lebih halus dan kuat untuk mencerminkan DNA balap dari merek kami, serta keinginan konsumen untuk mendapatkan pilihan mobil yang lebih personal, konektivitas yang ditingkatkan, efisiensi yang lebih besar, dan tingkat keselamatan tanpa kompromi," kata Jack.

Tiga varian All-new Tracker RS, termasuk Tracker RS Pro dan Tracker RS Max dijual RMB 109.900 - RMB 128.900 (Rp240 juta - Rp280 juta).


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Antara]

Held dari Kraken Mengatakan, Musim Dingin Crypto Ini Tidak Akan Sekeras Yang Sebelumnya

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Held dari Kraken Mengatakan, Musim Dingin Crypto Ini Tidak Akan Sekeras Yang Sebelumnya-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Held dari Kraken Mengatakan, Musim Dingin Crypto Ini Tidak Akan Sekeras Yang Sebelumnya Held juga menunjukkan fakta bahwa kenaikan baru-baru ini tidak sedramatis siklus sebelumnya - dengan Bitcoin gagal memberikan pukulan besar.

Pasar beruang crypto saat ini mungkin kurang parah daripada yang terlihat pada tahun 2018, menurut salah satu eksekutif Kraken.

Selama konferensi The Capital CoinMarketCap di metaverse, Dan Held memperkirakan musim dingin kripto ini tidak akan sekeras itu - dengan dana VC "mengumpulkan puluhan miliar dolar untuk digunakan di ekosistem ini."

Held juga menunjukkan fakta bahwa kenaikan baru-baru ini tidak sedramatis siklus sebelumnya - dengan Bitcoin gagal memberikan pukulan besar.

“Kami tidak melihat Bitcoin benar-benar mencapai momen puncak FOMO itu. Saya pikir Anda merasakannya sebelumnya pada tahun 2017 dan 2013 - energi nyata dari FOMO murni ini. Rasanya seperti berakselerasi, tetapi tidak terasa seperti ledakan. atas. Ini membuat saya merasa mungkin ada sedikit lebih banyak pasar beruang yang diredam."

Dia mengatakan bahwa, terlepas dari jenis pasar beruang apa yang kita hadapi, industri perlu fokus untuk membangun produk baru.

Held juga menepis prediksi bahwa Bitcoin akan mengalami kematian yang mengerikan. Dia berpendapat bahwa industri tidak pernah berada dalam posisi yang lebih kuat dan narasi negatif seputar cryptocurrency terbesar di dunia selalu ada, menambahkan:

“Saya pikir kritik bahwa Bitcoin tidak melakukan sesuatu yang berguna sangat salah arah. Dan saya pikir itu biasanya menunjukkan kecenderungan seseorang untuk tidak menyukai sesuatu yang tidak mereka gunakan secara pribadi. Saya tidak merajut. Saya tentu saja tidak berpikir merajut. tidak berharga. Maksud saya, beberapa orang menilainya dan itu semua subjektif. Jadi, di situlah letak akhirnya."

di Tulis Oleh: Connor Sephton


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]

Kejatuhan UST Membawa Volume Rekor ke Curve, IntoTheBlock

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kejatuhan UST Membawa Volume Rekor ke Curve, IntoTheBlock-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Kejatuhan UST Membawa Volume Rekor ke Curve, IntoTheBlock Mengikuti peristiwa baru-baru ini, IntoTheBlock menganalisis perilaku pasar selama masa krisis menggunakan data volume perdagangan dari DEX terkemuka pasar untuk perdagangan stablecoin on-chain.

Minggu lalu nilai kapitalisasi pasar lebih dari $60 miliar runtuh, karena peristiwa spiral kematian UST. Runtuhnya stablecoin terbesar ketiga di pasar crypto membawa volume perdagangan besar-besaran ke pasar. Artikel ini menganalisis kejatuhan Terra sehubungan dengan peristiwa de-pegging UST, dan bagaimana hal ini membawa volume perdagangan bersejarah ke protokol Curve.

UST dirancang sebagai stablecoin algoritmik yang dipatok ke dolar AS. Ini menggunakan mekanisme stabilisasi dinamis dengan LUNA , aset yang memvalidasi untuk blockchain Terra. Setiap UST dapat ditukarkan dengan LUNA senilai 1 dolar AS. Dengan cara ini, dalam kasus de-peg, pedagang akan diberi insentif untuk membakar UST untuk memulihkannya.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kejatuhan UST Membawa Volume Rekor ke Curve, IntoTheBlock-"
Sumber: IntoTheBlock

Ketakutan, ketidakpastian dan keraguan mulai muncul ketika kapitalisasi pasar LUNA turun di bawah UST. Ini menimbulkan pertanyaan apakah stablecoin memiliki dukungan yang cukup untuk pengguna yang ingin menukarkan token mereka. Ketegangan makroekonomi, ditambah penurunan tekanan penjualan token menyebabkan de-peg yang ditunjukkan pada grafik di atas. Krisis UST dimulai pada hari Sabtu, 7 Mei. Tak lama setelah itu, Terraform Labs menjadi aktif terlibat dalam mencoba memulihkan dengan mematok dengan membakar cadangan BTC-nya.

Situasi spiral kematian melonjakkan volume perdagangan on-chain yang tak terlihat dan anjloknya harga UST. Tekanan jual yang luas pada token memicu rekor volume perdagangan spot pada protokol Curve, mencapai $6,8 miliar pada hari Kamis, 12 Mei, di semua rantai. Karena harga UST mencapai posisi terendah sepanjang masa, volume perdagangan di Curve menetapkan tertinggi baru sepanjang masa. Ini karena Curve menjadi DEX yang memimpin pasar untuk perdagangan dalam rantai stablecoin.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kejatuhan UST Membawa Volume Rekor ke Curve, IntoTheBlock-"
Sumber: IntoTheBlock

Grafik di atas menampilkan total volume dan pendapatan Curve dari mainnet Ethereum. Indikator ini membantu menilai berapa banyak orang yang menggunakan platform dan memperoleh pendapatan biaya yang diterima bursa dari perdagangan. Pendapatan untuk protokol ini dihitung berdasarkan persentase biaya yang dibebankan ke setiap kumpulan. Pada hari Kamis, 12 Mei, protokol tersebut menghasilkan $3,3 juta di mainnet Ethereum untuk penyedia likuiditasnya, hari tertinggi kedua dalam hal pendapatan.

Curve UST-3pool, yang pernah menjadi salah satu protokol paling bergengsi, dulu memiliki TVL $1,25 miliar sebelum serangan. Ketika harga UST anjlok, penarikan dari kumpulan likuiditas Curve mulai meningkat, seperti yang dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Saat ini, pool memiliki $10,9 juta di TVL, yang terdiri dari 99,40% UST dan 0,60% 3CRV. Ini secara signifikan meningkatkan selip untuk pedagang on-chain, memaksa mereka untuk pindah ke bursa terpusat.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kejatuhan UST Membawa Volume Rekor ke Curve, IntoTheBlock-"
Sumber: IntoTheBlock

Banyak yang percaya penarikan utama $350 juta UST adalah serangan terkoordinasi. Yang ini terjadi pada saat paling rentan di Terraform Labs. Luna Foundation Guard baru saja menarik $150 juta dari pool untuk disetorkan ke Curve 4pool baru mereka. Hal ini memicu ketidakpastian pada pool UST utama di Curve, UST-3pool, dan kemampuan untuk menjaga keseimbangan likuiditas yang menyebabkan de-peg UST.

Do Kwon, pendiri Terraform Labs, mengumumkan proposal untuk melakukan fork blockchain Terra, mengklaim komunitas Terra masih memiliki nilai. Airdrop akan didistribusikan antara kumpulan komunitas, pemegang LUNA dan pemegang UST. Pada saat penulisan, harga de-pegged UST adalah $0,07 dan LUNA saat ini diperdagangkan pada $0,00014 yang menunjukkan penurunan 99,9% sejak krisis dimulai. Ini menandai episode baru untuk pasar stablecoin algoritmik yang menantang.

di Tulis Oleh: Pedro Negron


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]