Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-9

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-9-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-9 Belanda pusing tujuh keliling menghadapi ulah rakyat Perak yang tidak mau berdagang dengannya.

Walau sudah ada perjanjian, Muslim Perak tetap saja melakukan perniagaan timah-timahnya dengan pedagang-pedagang Islam asal India, Cina, dan Arab. Juga dengan pedagang Eropa selain Belanda. Akhirnya Belanda menempuh jalan kekerasan dan paksaan. Rakyat Perak tak gentar dengan Belanda.

Maka tahun 1651 meletuslah perlawanan bersenjata terhadap VOC di Perak. Dengan dipimpin oleh tumenggung dan syahbandar, rakyat Perak menyerbu loji-loji VOC dan markas pertahanan Belanda. Banyak tentara Belanda menemui ajal. Beberapa tentara VOC yang berhasil melepaskan diri akhirnya kabur dan meninggalkan Perak menuju Malaka. Dengan sendirinya perjanjian monopoli perniagaan timah pun batal.

Belanda makin beringas. Di berbagai wilayah kerajaan Aceh Darussalam, Belanda mulai berani terang-terangan menunjukkan sifat tamaknya. Jalur-jalur perekonomian banyak yang diganggu, terutama di Selat Malaka. Melihat hal ini, Ratu Safiatuddin pun tidak tinggal diam. Persiapan perang besar-besaran dilakukan Aceh Darussalam guna memberi pelajaran kepada kafir Belanda.

Menyadari bahwa armada laut Aceh tidak sanggup lagi sendirian menghadapi armada VOC, maka dengan cerdik Ratu Safiatuddin mengontak Persatuan Dagang Inggris, saingan VOC Belanda, dan meminta bantuan persenjataan berupa meriam, senapan, dan mesiu. Ratu Safiatuddin mengerti benar bahwa walau Belanda dan Inggris sama-sama negeri imperialis namun keduanya sering terlibat dalam konflik perebutan wilayah jajahan. Sebab itu, oleh Ratu Safiatuddin, Inggris akan dibenturkan dengan Belanda.

Mendengar strategi Ratu Safiatuddin itu, Belanda kaget bukan kepalang. Agar tidak berperang dengan Inggris, Belanda cepat-cepat mengubah sikapnya dan menunjukkan keramahan kembali kepada Aceh Darussalam. Sebuah tim negosiator cepat-cepat menemui Ratu dan membujuk Ratu Safiah agar tidak mengontak Inggris. Ratu setuju namun dengan sejumlah syarat yang dengan sangat terpaksa akhirnya diterima oleh VOC, antara lain: VOC menghentikan blokade atas Perak, VOC tidak akan mendirikan benteng di Perak, dan VOC akan memberikan kepada Aceh Darussalam bantuan persenjataan seperti meriam, senapan, dan mesiu sesuai permintaan dari Aceh.

Dasar watak kolonial yang tidak bisa dipercaya, maka demikianlah Belanda. Perjanjian dengan Aceh ini pun akhirnya dilanggarnya sendiri. Wilayah-wilayah di seberang Selat Malaka kembali diblokade, kali ini malah bertambah dengan memblokade wilayah-wilayah kerajaan Aceh Darusalam di pantai Barat Sumatera. Di wilayah Perak dan sekitarnya Belanda mengincar timah, maka di Barat Sumatera yang diincar adalah emas dan lada.

Ratu Safiah sebenarnya juga tidak percaya seratus persen dengan Belanda. Dalam masa “damai”, Ratu Safiah tetap membangun dan memperbaharui armada laut kerajaan. Walau armada laut kerajaan Aceh Darussalam tidak sekuat di masa Sultan Iskandar Muda, namun Aceh masih mampu untuk unjuk gigi dan tidak kehilangan harga dirinya dihadapan armada kafir Belanda. Beberapa peristiwa masih menunjukkan kekuatan armada laut Kerajaan Aceh Darussalam. Antara lain dalam peristiwa San Giovani Batisda dan San Bernardo di tahun 1649, peristiwa pembunuhan pegawai VOC di Perak, dan penangkapan pegawai VOC di Sumatera Barat tahun 1657.

Setelah memerintah lebih dari tigapuluh tahun, pada 23 Oktober 1675 Ratu Safiatuddin meninggal dunia. Rakyat Aceh merasa sangat kehilangan atas pemimpinnya yang cerdas, berahklak mulia, dan pemberani ini.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-9-"

Dari Ratu Naqiatuddin Hingga Ratu Kamalat Syah

Sebelum upacara pemakaman Ratu Safiatuddin, Dewan Syuro Kerajaan Aceh Darussalam menobatkan Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin menggantikan Ratu Safiatuddin. Ratu Naqiatuddin merupakan salah satu dari tiga puteri Aceh yang disiapkan sejak lama oleh Ratu Safiatuddin untuk menggantikannya.

Ketiganya telah lama ditempa dengan ilmu-ilmu ketatanegaraan, ilmu-ilmu agama, hingga bermacam-macam bahasa asing, hingga ketiganya juga merupakan puteri-puteri Aceh terbaik pada masanya. Ratu Naqiatuddin hanya memerintah dua tahun karena pada tahun 1678 sang ratu meninggal dunia. Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah pun menggantikan Ratu Naqiatuddin dan dinobatkan pada tanggal 23 Januari 1678.

Seperti para pendahulunya, Ratu Zakiatuddin juga sama sekali tidak memberi hati pada VOC Belanda. Setelah melewati pertempuran yang hebat, angkatan perang Aceh Darussalam berhasil merebut kembali daerah Bayang di Sumatera Barat. Di masa kekuasaan Ratu Zakiatuddin inilah, Kerajaan Aceh Darussalam tidak hanya menghadapi Belanda, tetapi juga rongrongan Inggris yang mendesak agar diperbolehkan mendirikan kantor dagang dan benteng di Banda Aceh. Tetapi semua rongrongan ini berhasil dilumpuhkan oleh Sang Ratu.

Dalam masa kepemimpinan Zakiatuddin ini pula datang ke tanah Aceh otoritas resmi dari Syarif dan Mufti Mekkah di bawah pimpinan Yusuf al Qudsi. Saat menerima utusan dari Mekkah, Ratu Zakiatuddin menerimanya dari balik hijab. Hijab ini sangat indah terbuat dari sutera dewangga dan bertatahkan sulaman emas dan batu permata.

Dari balik jilbab, dengan bahasa Arab yang fasih, Ratu Zakiatudin menyambut gembira dengan sangat baik. Sejarahwan A. Hasjmy mengutip naskah Muhammad Yunus Jamil [1] yang memuat panjang lebar pertemuan Ratu dengan segenap petinggi kerajaan dengan rombongan dari Mekkah.

“… Tahun 1681 rombongan Syarif Mekkah sampai di Banda Aceh Darussalam, di mana mereka diterima oleh Ratu dengan segala upacara kebesaran. Mereka sangat kagum menyaksikan Banda Aceh yang cantik dan permai; Semua bangsa berdiam di sana, kebanyakan mereka kaum saudagar.
Ketika mendapat kesempatan menghadap Sultanah, mereka harus bertambah, di mana mereka menemukan tentara pengawal terdiri dari prajurit-prajurit perempuan yang semuanya mengendarai kuda. Pakaian dan hiasan kuda-kuda itu dari emas dan perak. Tingkahlaku misi kehormatan itu dan pakaian mereka cukup sopan, tidak ada yang menyalahi peraturan agama Islam.
Saat mereka menghadap Sultanah, mereka dapati Sri Ratu dengan para pembantunya yang terdiri dari kaum perempuan duduk di balik tabir kain sutera dewangga yang berwarna kuning berumbai-rumbai dan berhiaskan emas permata. Ratu berbicara dalam bahasa Arab yang fasih dengan mempergunakan kata-kata yang diplomatis sehingga menimbulkan takjub yang sangat besar bagi para lawan bicara. Dalam pergaulan di istana tidak ada satu pun yang mereka dapati yang ada di luar ketentuan ajaran Islam ... "

Rombongan dari Mekkah itu tinggal di Aceh piala lamanya. Saat mereka kembali ke Mekah, Ratu Zakiatuddin menghadiahkan mereka perhiasan emas permata. Pada 3 Oktober 1688, Ratu Zakiatuddin berpulang ke Rahmatullah. Ratu Kamalat Syah diantar Ratu Zakiatuddin.

Tahun 1695 tiba persetujuan Persatuan Dagang Inggris di Banda Aceh dan diminta agar Inggris diizinkan memasukkan kantor dagang di Aceh. Guna mengimbangi Belanda yang kian kuat, Ratu Kalamat mengizinkan hal itu tetap mengutamakan kemakmuran rakyat Aceh, sehingga Inggris tidak mendapat untung yang banyak dari Aceh.

Di atas sudah disinggung negara-negara Eropa kolonialis selalu membawakan tiga buah misi dalam ekspansinya ke negara-negara selatan yang menyediakan negara Islam. Selain misi mencari harta, juga misi untuk lintas agama dan meninggikan agama Kristen (Emas, Kemuliaan, dan Injil). Demikian pula dengan VOC.

Misi Salib VOC Yahudi-Belanda

Misi berarti penyiaran iman Katolik Roma,” demikian Jan Bank dalam Katholieken dan de Indonesische Revolutie . [2] Dalam karya tulisnya yang cukup tebal, sejarahwan Belanda ini menyatakan bahwa penyebaran agama Katholik terlihat pertama kali di Nusantara pada akhir abad ke-15 Masehi.

Misi Katholik, demikian Jan Bank, merupakan bagian dari ekspansi orang Eropa di Kepulauan Nusantara, termasuk ke Aceh dan Malaka. “Kadang-kadang justeru sebagai dalih untuk melakukan ekspansi itu,” tegas Bank yang berarti mengimplementasikan negara-negara Kristen Eropa selalu membawa misi penyebaran salib dalam setiap aksi kolonialisme dan imperialismenya Walau demikian, kedatangan bangsa-bangsa Kristen Eropa seperti Sanyol, Portugis, dan Belanda ke Nusantara bukanlah kali pertama kehadiran orang-orang Eropa di daratan ini. Merujuk Muskens[3], Jan Bank menyatakan bahwa sejumlah jemaat Kristen sudah ada di kota-kota pelabuhan kawasan ini sejak abad ke-7 dan 9 Masehi.

“Akan tetapi, memang benar, gelombang besar misi terjadi sesudah berlangsungnya ekspansi Portugis dan Spanyol sekitar tahun 1500. …Dengan direbutnya Malaka oleh Portugis di tahun 1511, mulailah penyebaran iman Katholik Roma secara lebih teratur, terutama di daerah-daerah jajahan Portugis di bagian timur Nusantara: Ambon dan Halmahera, Ternate dan Tidore,” lanjut Bank.

Yang menarik, Bank dengan jujur menulis bahwa pelayaran yang dilakukan Portugis dan kemudian Spanyol ke Asia Tenggara yang dihuni negeri-negeri Islam merupakan kelanjutan dari perang suci orang Portugis-Spanyol melawan orang Moor Islam di Jazirah Iberia.[4]

(Bersambung)

———————————
[1] M. Yusuf Jamil; Tawarikh Raja-Raja Kerajaan Aceh, hal.47-48.
[2] Jan Bank: Katholieken en de Indonesische Revolutie (Katholik di Masa Revolusi Indpnesia). Kerjasama KITLV dengan Gramedia, Jakarta, 19999, hal.1.
[3] Muskens, M.P.M.; Partner in Nation Building. The Catholic Church in Indonesia; Aachen; 1979, hal. 38.
[4] Ibid.

Ransomware 2.0 Tidak Hanya Rentan Terhadap Pencurian Data

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Ransomware 2.0 Tidak Hanya Rentan Terhadap Pencurian Data-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ransomware 2.0 Tidak Hanya Rentan Terhadap Pencurian Data Dalam sebuah kiriman email, ada yang menarik dari isi email yang kami terima:

“Bisnis Harus Bersiap, “Ransomware 2.0” Tidak Hanya Mengancam Dengan Pencurian Data”

Tema yang tersampaikan cukup menarik, utamanya bagi kalangan yang masih tidak masif mengikuti perkembangan dunia teknologi di tengah pandemi seperti saat ini. Lalu apa itu ransoware dan bagaimana agar perusahaan publik dapat mencegah kelompok ransomware tingkat lanjut?

Ransomware merupakan jenis malicious software tertentu yang menuntut tebusan finansial dari seorang korban dengan melakukan penahanan pada aset atau data yang bersifat pribadi. Kegiatan penyebaran ransomware dilakukan oleh penyerang atau Threat Actor dengan tujuan utama adalah finansial, oleh karenanya Threat Actor menjadikan data pribadi sebagai ancamannya.

Ransomware merupakan sebuah nama dari kelas malware yang terdiri dari dua kata, ransom (tebusan) dan malware, yang bertujuan untuk menuntut pembayaran untuk data/informasi pribadi yang telah dicuri, atau data yang aksesnya dibatasi (enkripsi). Saat ini, malicious software telah melakukan diversifikasi (usaha memperoleh keuntungan) dengan cara mereka memeras uang dari korban.

Orang dapat berargumen bahwa ransomware adalah bentuk pemerasan sederhana yang digunakan untuk pemerasan secara massal, disebarkan ke banyak pengguna dan dibuat lebih efisien dengan memanfaatkan Cryptocurrency untuk anonymity sebuah transaksi. (simak selengkapnya di link ini)

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Ransomware 2.0 Tidak Hanya Rentan Terhadap Pencurian Data-"
Hal senanda juga disampaikan oleh Kaspersky, perusahaan keamanan siber global (perusahaan global cybersecurity yang telah berdiri sejak 1997). Kaspersky mengungkapkannya pada konferensi virtual bahwa “pandemi” dari keamanan siber tahun 2020 adalah ransomware yang ditargetkan. Juga dijuluki sebagai “Ransomware 2.0”, jenis serangan ini lebih dari sekadar pencurian data perusahaan atau organisasi.

Masih dalam keterangan Kaspersky, kelompok-kelompok tersebut kini memanfaatkan reputasi digital yang semakin krusial untuk memaksa target mereka membayarkan uang tebusan yang cukup memakan biaya.

Vitaly Kamluk, Director of Global Research and Analysis Team (GReAT) untuk Asia Pasifik di Kaspersky, mengungkapkan bahwa setidaknya 61 entitas dari wilayah tersebut mengalami insiden siber oleh grup ransomware yang ditargetkan pada tahun 2020. Australia dan India mencatat jumlah insiden tertinggi di seluruh Asia Pasifik.

Dalam hal industri, berikut adalah berbagai segmen yang telah dieksploitasi berdasarkan data Kaspersky:
  • Industri Ringan - termasuk manufaktur pakaian, sepatu, furnitur, elektronik konsumen, dan peralatan rumah tangga
  • Pelayanan publik
  • Media dan Teknologi
  • Industri Berat - termasuk minyak, pertambangan, pembuatan kapal, baja, bahan kimia, manufaktur mesin
  • Konsultasi
  • Keuangan
  • Logistik
“Ransomware yang ditargetkan telah menjadi polemik bagi banyak perusahaan di Asia. Lebih dari 61 perusahaan dibobol dengan cara ini dan itu baru di Asia saja. Dalam beberapa kasus, kelompok ransomware Maze mengaku sebagai aktor dibalik insiden dan mempublikasikan data curian dari perusahaan yang diserang,” kata Kamluk.

Maze menonjol sebagai grup yang paling aktif dan merusak di antara semuanya. Dibentuk saat musim panas 2019, mereka membutuhkan waktu sekitar setengah tahun dalam mempersiapkan dan meluncurkan kampanye skala penuh untuk menyerang banyak bisnis. Korban pertama muncul pada November 2019, ketika mereka membocorkan sebanyak 700MB data internal korban secara online.

Banyak kasus lain kemudian menyusul dan dalam setahun Maze menerobos setidaknya 334 perusahaan dan organisasi. Ini adalah salah satu kelompok pertama yang mulai menggunakan “taktik penekanan (pressure tactics)”. Dimana para pelaku kejahatan siber akan mengancam bahwa mereka dapat membocorkan sebagian besar data sensitif yang dicuri dari sistem perusahaan yang telah disusupi secara publik melalui situs web yang mereka miliki sendiri.

“Pemberian tekanan sebagai taktik adalah ancaman serius bagi organisasi baik publik dan swasta. Serangan ini memainkan reputasi digital perusahaan sebagai ancaman. Karena selain mengancam untuk membocorkan data dan membahayakan keamanan, reputasi dan nama perusahaan juga turut menjadi taruhan ” tambahnya.

Kamluk mencatat bahwa digitalisasi telah melahirkan berbagai titik tekanan bagi sebuah perusahaan. Sebelumnya, perhatian utama perusahaan hanya mencakup kelangsungan bisnis dan, bergantung pada industrinya serta peraturan pemerintah. Kini, bertahan di era ekonomi reputasi digital berarti mereka juga harus mewaspadai kepercayaan bisnis - dengan mitra dan pelanggannya - serta opini publik.

Survei terbaru yang dilakukan oleh Kaspersky membuktikan poin Vitaly. Hasil menunjukkan bahwa 51% pengguna di Asia Pasifik setuju bahwa reputasi online perusahaan itu penting. Hampir setengah (48%) juga mengaku menghindari perusahaan yang terlibat skandal atau mendapat liputan berita negatif secara online.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Ransomware 2.0 Tidak Hanya Rentan Terhadap Pencurian Data-"
“Grup Maze baru mengumumkan bahwa mereka menutup aktivitasnya, tetapi kelompok tersebut juga menjadi pemicu awal dari tren ini. Serangan ransomware bertarget yang berhasil adalah krisis PR yang dapat merusak reputasi organisasi baik online dan offline. Selain kerugian finansial, memperbaiki nama dan reputasi seseorang adalah tugas yang cukup sulit untuk dilakukan, itulah sebabnya kami mendesak entitas publik dan swasta untuk menjaga keamanan mereka dengan serius,” tambah Kamluk.

Kamluk menyarankan agara perusahaan dan organisasi terlindungi dari ancaman ini yang perlu dilakukan adalah:
  • Tetap selangkah di depan musuh Anda: buat cadangan, simulasi serangan, persiapkan rencana aksi untuk pemulihan insiden.
  • Terapkan sensor di seluruh titik: pantau aktivitas perangkat lunak di titik akhir, catat lalu lintas, periksa integritas perangkat keras.
  • Jangan pernah mengikuti tuntutan aktor ancaman. Jangan pernah untuk melawan sendiri - hubungi Penegak Hukum setempat, CERT, dan vendor keamanan seperti Kaspersky.
  • Memberikan pelatihan kepada karyawan saat mereka bekerja dari jarak jauh: forensik digital, analisis malware dasar, manajemen krisis PR.
  • Anda dapat mengikuti tren terbaru melalui langganan intelijen ancaman premium, seperti Kaspersky APT Intelligence Service.
  • Kenali musuh Anda: identifikasi malware terbaru yang tidak terdeteksi di lokasi dengan Kaspersky Threat Attribution Engine.

Diolah kembali dari berbagai sumber oleh Rusman, Pengiat Perkembangan Teknologi Informasi Global Future Institute (GFI)


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Theglobal-Review]

Lapis Waktu Pengantar Manusia Bugis

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Lapis Waktu Pengantar Manusia Bugis-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Lapis Waktu Pengantar Manusia Bugis Setiap kali membaca buku sejarah dan kebudayaan yang ditulis dengan baik, setiap kali pula kita merasa berhadapan dengan sebentang peta yang digambar dengan apik. Yang ditemui di dalam karya itu memang bukan melulu lembaran peta ruang dengan bidang, jarak, koordinat, dan nama-nama tempat.

Yang dihadapi di sana lebih merupakan peta waktu yang bergerak menjawab sekaligus menciptakan berbagai perubahan. Dan waktu yang dipetakan di sana adalah waktu yang silam, waktu yang dulunya ditakdirkan terkubur hilang dari pengetahuan manusia, atau mungkin tersisa sebagai reruntuhan yang tak lagi utuh, yang dijerat dalam berbagai bentuk fiksi.

Tentang waktu yang hilang ini, seorang sastrawan Perancis yang mengarang novel paling kompleks di abad ke-20 yang baru lewat menulis:

”Dan demikian pula dengan masa silam kita. Adalah kerja yang sia-sia untuk merengkuhnya kembali: segala upaya intelek kita niscaya akan berujung gagal. Masa silam lenyap sembunyi di luar telatah pengetahuan, di seberang jangkauan intelek, di dalam obyek-obyek bendawi (dalam sensasi yang akan diruahkan oleh obyek-obyek bendawi itu pada kita) yang keberadaannya tak menilaskan pratanda apa pun. Dan bergantung pada nasib dan peluang buta belaka, dapat tidaknya kita bersua dengan obyek-obyek itu sebelum pada akhirnya kita meninggal.” Marcel Proust, In Search of Lost Time.

Tanpa memperkecil peran para cendekiawan Eropa lainnya, para cendekiawan Perancis tampaknya memang punya tempat khusus dalam gagasan tentang pemetaan waktu. Di simpang abad ke-19 dan ke-20, Marcel Proust dan Henri Bergson menggarap waktu yang berdenyut di dalam diri manusia, sementara Henri Poincare menggarap waktu kosmis yang dalam beberapa hal mendahului Albert Einstein.

Di antara waktu kosmis dan waktu personal itu, ada waktu social waktu sejarah. Di paruh pertama abad ke-20 sekumpulan ilmuwan Perancis yang kelak disebut sebagai ”Mazhab Annales” membentuk pendekatan baru dan revolusioner atas waktu sejarah. Dipelopori oleh Lucien Febvre dan Marc Bloch, dan dikukuhkan lebih jauh antara lain oleh Fernand Braudel, berkembanglah pendekatan interdisipliner atas sejarah yang dikenal sebagai Total History. Di Indonesia pendekatan ini jelas terlihat pada karya-karya keilmuan Anthony Reid yang sangat berharga, dan terutama pada tiga jilid karya raksasa Denys Lombard, Le Carrefour Javanais.

Dalam waktu yang hampir bersamaan dengan terbitnya versi bahasa Indonesia karya raksasa Lombard itu, Nusa Jawa: Silang Budaya (Jakarta: Gramedia, 1996), terbit pula edisi bahasa Inggris dari karya besar Christian Pelras, The Bugis (London: Blackwell, 1996). Tampaknya betul bahwa setiap upaya intelektual yang dimatangkan oleh waktu dan tekanan adalah sebutir intan yang amat berharga. Buku Pelras yang ditopang oleh riset lapangan yang luas selama empat puluhan tahun ini adalah salah satu dari intan yang berharga itu. Ia akan melengkapi rangkaian intan yang sudah ada dalam khazanah pengetahuan sejarah kita, baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Buku ini menjernihkan beberapa cahaya Manusia Bugis yang berkilau membutakan, sekaligus memperterang sejumlah cahaya lain yang redup oleh informasi yang tak memadai.

Meski banyak menganggap jazirah selatan Sulawesi sebagai sumber akar dan kampung halamannya, orang-orang Bugis hidup menyebar cukup luas di Asia Tenggara. Jejaknya terlihat di sejumlah tempat di wilayah utara dan barat laut Australia. Manusia Bugis yang jumlahnya sekitar empat juta jiwa itu, sebagaimana dinyatakan dalam buku ini, adalah salah satu di antara masyarakat paling menakjubkan di Asia Tenggara dan Pasifik, dan juga yang paling sedikit diketahui.

Salah satu cahaya yang coba dijernihkan buku ini adalah citra mereka yang menyilaukan dalam legenda dan fiksi modern di mana mereka banyak dihadirkan sebagai lalu diidentikkan dengan bajak laut yang menggetarkan dan niagawan budak yang menggiriskan; seakan-akan perompakan di laut lepas sekaligus perdagangan budak belian adalah mata pencarian alamiah dan satu-satunya yang mampu dikerjakan oleh Manusia Bugis.

Tentu saja ada, dan banyak, orang Bugis yang hidup meniti buih di samudra luas. Namun, sebagian besar di antara mereka, terutama yang hidup di kampung halamannya, dalam kehidupan nyata memang adalah petani, pekebun, pedagang, dan nelayan pantai. Richard Leaky, pakar ternama asal-usul manusia, tentu akan menandaskan bahwa orang Bugis adalah bagian dari umat manusia yang nenek moyang terdekatnya adalah peramu dan pemburu; dan yang menjadi spesies modern karena membangun kemampuan beradaptasi yang mencengangkan, membangun bahasa, seni, sistem nilai, dan kecakapan teknologis.

Bahwa orang-orang Bugis adalah salah satu masyarakat Asia yang menjadi pemeluk teguh ajaran Islam, sudah ditegaskan oleh cukup banyak kepustakaan. Begitu teguh mereka memeluknya sehingga Islam dijadikan bagian dari jati diri mereka. Di Tanah Bugis orang bahkan bisa membuka sejarah perang pembebasan budak dua setengah abad lebih sebelum perang pembebasan budak meletup jadi perang saudara di Amerika Serikat. Namun, seperti juga dibahas oleh buku ini, masyarakat Bugis yang sangat dalam menyerap Islam itu di banyak wilayah tetap mempertahankan berbagai bentuk peninggalan religio-kultural pra-Islam.

Sementara itu, trah bangsawan tradisional Bugis yang selama ratusan tahun menempati lapisan teratas tatanan masyarakat, menandaskan diri sebagai keturunan langsung dari dewa-dewa purba. Namun, trah ningrat penuh warna ini bukanlah despot dengan kekuasaan absolut: mereka memperoleh kekuasaan dengan semacam konsensus sosial yang ditandaskan oleh rakyat yang menawarkan kekuasaan itu kepada mereka.

Di Tanah Bugis, dan di tanah saudara-saudaranya di Sulawesi Selatan, rakyat memang lebih dahulu ada ketimbang raja. Dan rakyat yang tak puas pada pemerintahan seorang raja bisa bertindak memakzulkan raja tersebut, atau membubarkan diri sebagai rakyat lalu berpindah menyeberangi laut untuk mendirikan komunitas baru yang lebih bermartabat, sambil mungkin tetap membawa cerita tentang tappi’ (pendamping jiwa), tentang kawali dan badik, yang memilih tuannya sendiri.

Pertautan antara hal-hal yang tampak bertentangan oleh Pelras dianggap sebagai salah satu kekuatan utama masyarakat Bugis. Buku yang bukan sekadar terjemahan tetapi penyempurnaan dari edisi bahasa Inggris ini mengangkat cukup banyak pertautan antara hal-hal yang tampak bertentangan itu. Membaca buku ini, kita pun bisa menyimpulkan bahwa Sulawesi memang istimewa bukan hanya secara geo-ekologis tetapi juga secara sosio-historis. Dari Alfred Russell Wallace kita mendapat penegasan betapa geologi dan ekologi Sulawesi berbeda dari geologi dan ekologi kawasan barat Nusantara yang menjadi bagian Asia, sekaligus juga berbeda dari geologi dan ekosistem kawasan timur Nusantara yang menjadi bagian Australia.

Dengan cara yang lain, Pelras mencoba menunjukkan bahwa di masa silam masyarakat di Sulawesi, khususnya masyarakat Bugis, menempuh sejarah yang berbeda dari Masyarakat Jawa yang begitu dalam menerima pengaruh India, proses yang oleh Lombard disebut sebagai ”mutasi pertama” dunia Jawa. Ada sejumlah argumen yang diajukan Pelras, tetapi yang paling menarik adalah kenyataan yang oleh Pelras dianggap istimewa, yakni kemampuan masyarakat Bugis membangun kerajaan-kerajaan yang tak berpusat di kota-kota. Kemampuan ini tentu merupakan kontras dari masyarakat Jawa yang kerajaan-kerajaannya berpusat di ibu kota yang ditata menurut sebuah struktur konsentris.

Hal lain yang menarik dari masyarakat Bugis adalah bahwa sekalipun mereka telah membangun kerajaan-kerajaan yang tidak berpusat di kota-kota, mereka juga membangun sejumlah struktur epistemik yang bisa dikatakan berpusat. Yang paling menonjol di antara semua struktur itu adalah epik mitologis La Galigo. Narasi besar yang berkisar pada apa yang dianggap sebagai genesis manusia dan kerajaan tertua yang dijunjung di Tanah Bugis ini adalah pusat yang dengannya masyarakat Bugis Lama menjangkarkan dan menata diri.

Yang tertarik ke dalam gravitasi dan kemudian mengorbit di sekitar epik mitologis La Galigo ini bukan lagi kerajaan-kerajaan Bugis tapi juga beberapa kerajaan dan komunitas lain yang ada di luar semenanjung selatan Sulawesi. Tentu bukan hanya karena fungsi penataan dan pengaturan dunia yang disediakan oleh narasi raksasa La Galigo ini, yang ikut mendorong Pelras menjadikan La Galigo sebagai bahan bagi sebuah rekonstruksi hipotetik prasejarah Bugis.

Paling luas

Walau belum sebanyak kepustakaan tentang Jawa, kepustakaan tentang Bugis sudah banyak juga yang terbit. Sarjana-sarjana Bumiputera sendiri, seperti HA Mattulada dan Hamid Abdullah untuk menyebut beberapa nama, telah menghasilkan karya intelektual yang cukup penting di bidang ini. Namun, yang menarik dari karya Pelras adalah bahwa buku inilah yang pertama dan yang sejauh ini paling luas mengurai sejarah orang-orang Bugis.

Cakupannya terentang dari kurun fajar antropologis sekitar 40.000 tahun yang silam yang darinya kelak memunculkan leluhur masyarakat Bugis, kurun peradaban awal yang sejumlah unsurnya dibingkai dalam siklus La Galigo, hingga ke masa kini masa masuknya masyarakat Bugis menyongsong fajar alaf ketiga, setelah melebur diri ke dalam satuan sosial politik yang lebih besar.

Telaah Pelras yang luas dan telah menyedot hampir 2/3 dari usianya itu seakan mengupas lapis-lapis waktu yang membentuk sejarah dan kehidupan masyarakat Bugis: lapis-lapis waktu yang tanpa kegigihan para ilmuwan seperti Pelras akan benar-benar tertimbun lenyap di luar ranah pengetahuan, di seberang jangkauan jernih intelek.

Proust agaknya betul bahwa tergantung pada unsur nasib dan peluang saja seseorang dapat bersua dengan obyek bendawi dan sensasi yang diruahkan oleh obyek bendawi itu, yang memungkinkan seseorang menemukan dan menghidupkan kembali masa-masa yang sudah silam itu.

Dalam hal masyarakat Bugis, agaknya unsur kebetulan dan nasib baik yang bagi sebagian cendekiawan Bugis bahkan terasa nyaris mendekati berkah itu pula yang membuat mereka mendapatkan seorang Christian Pelras, seorang ilmuwan yang praktis tak punya hubungan kekerabatan apa pun dengan masyarakat Bugis, kecuali sekadar kekerabatan sebagai sesama anggota subspesies Homo sapiens sapiens.

Sudah umum diketahui bahwa sejak beberapa dekade yang silam, upaya-upaya intelektual para ilmuwan Barat mengaji negeri-negeri Timur telah mendapat tanggapan kritis bahkan mungkin sinis, dan mereka pun sebagian dicap orientalis yang merupakan perpanjangan tangan nafsu imperial untuk menundukkan Timur. 

Para ilmuwan Timur pun berupaya memanggul tanggung jawab meneliti dunia mereka sendiri, dan beberapa di antaranya telah menghasilkan karya dengan mutu intelektual yang menonjol. Apa yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan asing di negeri-negeri yang dikajinya, sebagiannya memang berupa penggambaran peta yang tak jarang sangat simplistis dan digunakan untuk membekukan sekaligus menundukkan wilayah itu.

Namun harus juga diakui bahwa sejumlah peta sejarah yang dihasilkan oleh para ilmuwan asing itu sungguh lebih halus dan lebih realistis dari kebanyakan peta yang digambar atau diangankan oleh para cendekiawan pribumi sendiri. Peta masa silam Jawa yang disajikan Lombard, dan peta masa silam Bugis yang dihadirkan Pelras, adalah contoh dari peta-peta yang dimaksud.

Di bagian akhir buku ini Pelras mengangkat pertautan masyarakat Bugis kontemporer ke dunia global mutakhir yang berlangsung relatif tanpa guncangan dan penolakan kultural. Pertautan ke dunia yang sedang tumbuh itu, yang bagi sejumlah besar Bugis bahkan menjadi pilihan satu-satunya untuk tegak sebagai manusia, terdedah jelas dalam pemaparan naiknya lapis pemimpin dan masyarakat baru Bugis yang mengandalkan bukan pendakuan silsilah supramanusiawi. 

Mereka bangkit (tompo) antara lain karena keyakinan akan nasib (toto) yang wajib ditawar dan dibentuk sendiri di tengah segala keperitan, dan penguasaan pengetahuan rasional yang diserap dari berbagai tempat di luar Tanah Bugis, sampai ke belahan bumi yang lain.

Ada memang sejumlah anasir dalam kebudayaan Bugis yang membuat perengkuhan atas dunia global mutakhir yang menaruh hormat pada gagasan tentang universalitas akal yang menuntun dan manusia yang bertindak menjadi sesuatu yang tampak organik. Pelras misalnya menyajikan bagaimana kebudayaan Bugis menyediakan ruang bagi gender ketiga dan keempat (calabai dan calalai), dan bagaimana perempuan menduduki tempat yang benar-benar sejajar dengan lelaki, dengan hak setara dalam merumuskan kebijakan-kebijakan kerajaan sekaligus bertakhta memerintah kerajaan itu. 

Dalam sejumlah peristiwa, bahkan di masa ketika abad ke-20 belum menjelang tiba dan Simone de Beauvoir belum mengarang The Second Sex, perempuan telah tampil lebih bernyali dan berotak dari para lelaki, menandaskan keputusan-keputusan penting yang mempertaruhkan masa depan kerajaan.

Kesetaraan gender dan penyediaan ruang pada gender yang lain itu adalah sebagian dari hal-hal yang membuat tercengang banyak penjelajah Eropa yang pernah singgah di Tanah Bugis. Meski tak terlalu panjang lebar, Pelras menyajikan banyak hal dari tradisi Bugis yang tampak mendahului zamannya, yang beberapa di antaranya juga terdapat di bagian lain di Asia dan Pasifik, dan dengan itu menyangkal sekali lagi banyak gagasan usang tentang Dunia Timur, sekaligus menandaskan adanya kesamaan dan potensi universal umat manusia yang akan berkembang rimbun jika keadaan dibuat memungkinkan.

Mungkin kelak akan ada orang yang dengan bekal antara lain peta Bugis Pelras berhasil mengangkat sejumlah tempat penting yang telah tertimbun waktu, namun senantiasa disebut dalam puisi epik La Galigo. Kemungkinan lain adalah bahwa sejumlah ilmuwan dan peneliti, dengan bantuan teknologi yang makin halus, akhirnya membuktikan betapa peta yang disusun Pelras ternyata, pada beberapa bagian, memang tak terlalu akurat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Namun, bahkan sejarah kartografi dunia pun dipenuhi oleh sejumlah kekeliruan yang terus-menerus dikoreksi; kekeliruan yang selain telah membantu manusia mengubah dunia di abad-abad yang silam, juga kini dihargai sebagai karya seni yang ikut merekam perkembangan pandangan dunia manusia. Peta waktu Bugis Pelras pun, termasuk peta prasejarah yang dengan tegas dan rendah hati dikatakannya sebagai hipotetik itu jelas akan membantu banyak pihak, bukan hanya Manusia Bugis yang terus berupaya membentuk masa depannya sekaligus masa depan tempat-tempat di mana kaki-kaki fisiologis dan imajiner mereka berpijak.

Di tangan para sarjana seperti Lombard, Pelras, dan sederet nama lain, etnologi dan etnografi yang punya akar pada pelukisan kehidupan bangsa-bangsa yang dianggap barbar, berkembang menjadi persembahan yang hangat dan murah hati dari satu bangsa ke bangsa yang lain, sesuatu yang sungguh kian dibutuhkan dalam dunia yang memang tak punya batas yang tak tertembus, namun yang kadang masih ingin disekat dan dibuat kedap oleh batas-batas bikinan manusia sendiri.

di Tulis Oleh: Nirwan Ahmad Arsuka, Esais, [email protected]


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Kompas Cyber Media]

Saat Pasukan Romawi Kocar-kacir Lawan Mujahidin

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Saat Pasukan Romawi Kocar-kacir Lawan Mujahidin-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Saat Pasukan Romawi Kocar-kacir Lawan Mujahidin Jumlah pasukan Islam saat Perang Yarmuk terjadi adalah 27 ribu personel, sementara pasukan Nasrani berjumlah 120 ribu.

Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Utsman bin Muhammad al-Khamis, melihat kenyataan ini, para komandan pasukan Muslim mengirim surat kepada Abu Bakar Radhiyallahu Anhu guna memberitahukan situasi dan kondisi tersebut.

Mereka meminta dikirimkan bala bantuan. Kemudian sang Khalifah menulis surat balasan kepada mereka:

“Berkumpullah kalian menjadi satu pasukan, karena pada hakikatnya setiap kalian adalah penolong Allah Azza wa Jalla. Dan, Allah Azza wa Jalla akan menolong siapa yang menolong-Nya serta mengalahkan siapa pun yang menentang-Nya. Sungguh, pasukan seperti kalian tidak akan kalah hanya karena kuantitas, tetapi perbuatan dosa dapat mengalahkan kalian, maka dari itu, menjauhlah kalian dari perbuatan dosa”.

Di Madinah, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu bergumam:

“Demi Allah, akan kusibukkan orang orang Nasrani dari bisikan syaitan mereka dengan kehadiran Khalid bin al-Walid”.

Lalu, dia memerintahkan Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu yang sedang berjihad di Irak bergegas ke Syam. Sesampainya di sana, dia akan dimandati sebagai pimpinan pasukan Muslim. Sebelum berangkat ke Syam, Khalid menunjuk al-Mutsanna bin Haritsah Radhiyallahu Anhu sebagai penggantinya di Irak.

Baru kemudian dia menuju Syam bersama 9.500 prajuritnya. Khalid menempuh jalan yang tidak pernah dilalui orang-orang sebelumnya, supaya perjalanan menjadi singkat. Pasukan ini mengarungi gurun dan padang pasir yang luas, juga menyeberangi lembah-lembah. Untuk itu, Khalid menyewa Nafi bin Umairah at-Tha-i sebagai penunjuk jalan.

Daerah yang pasukan Khalid lalui begitu gersang. Saat kehabisan air, mereka menyembelih unta kemudian memberi minum kuda-kuda dengan air yang tersimpan dalam punuk hewan ini. Akhirnya, mereka tiba di Syam setelah menempuh perjalanan selama lima hari.

Sebelumnya, salah seorang Arab Badui menegaskan kepada mereka tatkala hendak berangkat melalui jalan pintas penuh bahaya tadi: “Jika Anda sampai di pohon ini pada hari ini, maka berarti kalian selamat. Tetapi jika Anda belum sampai di sana pada waktu itu, maka kalian akan celaka”. Mereka pun sampai di tempat yang dimaksud pagi harinya.

Khalid menuturkan:

“Ketika pagi hari tiba, kaum yang berjalan semalaman pun bersyukur”.

Seiring dengan berlalunya zaman, ungkapan ini menjadi peribahasa.

Seorang Nasrani-Arab keluar untuk memata-matai para sahabat tersebut. Lalu dia melaporkan pengamatannya:

“Aku melihat sekelompok orang yang gemar beribadah di malam hari, dan mereka juga merupakan para penunggang kuda yang andal di siang hari. Demi Allah, seandainya putra raja mereka mencuri, niscaya mereka akan memotong tangannya, atau seandainya dia berzina, niscaya mereka akan merajamnya”.

Mendengar hal itu, panglima Romawi berkomentar:

“Jika apa yang kamu katakan itu benar, maka lebih baik kita mati berkalang tanah daripada bertekuk lutut di hadapan mereka”.

Ketika Khalid sampai di Syam, seorang Nasrani-Arab menemuinya seraya berkata:

“Alangkah banyaknya orang Romawi dan alangkah sedikitnya jumlah kaum Muslimin”.


Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Saat Pasukan Romawi Kocar-kacir Lawan Mujahidin-"
Khalid berkata:

“Celakalah kamu, apa kamu berusaha menakut-nakutiku dengan tentara Romawi? Sungguh, pasukan yang menang yang dianggap banyak, dan pasukan yang kalah yang dianggap sedikit, bukan dilihat dari kuantitasnya sebelum kemenangan atau kekalahan itu terjadi. Demi Allah, aku harap kudaku, al-Asyqar, sembuh dari sakitnya dan pasukan Romawi berkurang”.

Panglima Romawi, Haman, meminta dipertemukan dengan Khalid bin al-Walid Radhiyallahu Anhu. Khalid pun keluar untuk menemuinya.

Haman lantas menyatakan:

“Kami tahu betul yang membuat kalian keluar dari kampung halaman adalah kesulitan hidup dan kelaparan. Maka temuilah aku, niscaya akan kuberi setiap orang dari kalian sepuluh dinar, beberapa pakaian, dan bahan makanan. Setelah itu, kalian bisa pulang ke negeri-negeri kalian. Tidak hanya itu, tahun depan kami akan mengirimkan kepada kalian yang semisalnya”.

Khalid menanggapi:

“Apa yang Anda sebutkan tadi bukanlah alasan yang menyebabkan kami keluar dari kampung halaman.”

Kedua pimpinan pasukan itu berpisah, tanpa mencapai suatu kesepakatan. Para pahlawan segera terjun ke medan pertempuran, dan perang pun berlangsung sengit.

Orang Romawi maju ke medan perang seraya mengangkat salib-salib. Suara ribut prajurit-prajuritnya laksana petir. Sedangkan para uskup dan pendeta menyemangati mereka untuk terus bertempur.

Mereka bertempur dengan jumlah dan peralatan perang yang luar biasa. Kaum Muslimin lantas menyerbu balik secara serentak.

Lama mereka bertempur, hingga pasukan Romawi terdesak dan lari kocar-kacir. Perang akhirnya usai dengan kemenangan besar yang diraih umat Islam.


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News eramuslim]

Pola Kegagalan Swing dan Bagaimana Cara Menggunakannya dalam Trading?

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Pola Kegagalan Swing dan Bagaimana Cara Menggunakannya dalam Trading?-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Pola Kegagalan Swing dan Bagaimana Cara Menggunakannya dalam Trading? Selama beberapa minggu terakhir, kami telah membahas berbagai indikator dan alat teknis dasar yang dapat Anda gunakan dengan mudah dalam perdagangan kripto dan mungkin saham.

Hari ini, kami membawanya ke level berikutnya dengan menyelam lebih dalam ke pola harga populer yang disebut pola kegagalan ayunan (SFP).

Istilah Pola Kegagalan Ayunan sudah ada sejak lama. Semakin banyak orang yang menggunakannya dalam analisis teknis mereka terhadap pasar keuangan dan saham yang berbeda. Oleh karena itu, bermanfaat untuk mengetahui apa itu dan bagaimana cara kerjanya.

Apa itu Pola Kegagalan Ayunan?

Pola Kegagalan Swing adalah pola rekayasa likuiditas, umumnya digunakan untuk mengisi pesanan besar. Ini berarti, SFP umumnya terjadi ketika pemain yang lebih besar mendorong harga ke dalam kantong likuiditas dengan tujuan tunggal untuk mengisi posisi mereka sendiri.

Ketika likuiditas terbatas (seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir pada berbagai kesempatan), penjual harus merancang tekanan beli bagi mereka untuk memenuhi pesanan jual atau sebaliknya. Cara mudah untuk melakukannya adalah dengan memicu stop loss. Seperti yang mungkin Anda ketahui, stop loss umumnya berada di sekitar titik ayunan, apakah itu ayunan tertinggi atau terendah ayunan. Mari kita lihat beberapa contoh.

Contoh: Pola Kegagalan Swing Bitcoin Bearish

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Pola Kegagalan Swing dan Bagaimana Cara Menggunakannya dalam Trading?-"
Seperti yang Anda tahu, harga hanya sebentar di atas tinggi sebelumnya, dan kemudian dijual lagi untuk ditutup di bawah tinggi. Ini harus memberitahu bahwa penjual membela daerah ini dengan kuat. Apa yang disebut sapuan tinggi kedua semakin memperkuat gagasan itu. Ketika harga mengikuti dengan harga yang lebih rendah, Anda memiliki alasan yang meyakinkan untuk mengharapkan penurunan.

Contoh: Pola Kegagalan Ayunan Bitcoin Bullish

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Pola Kegagalan Swing dan Bagaimana Cara Menggunakannya dalam Trading?-"
Kita telah melihat SFP bearish beraksi sekarang, mari kita lihat contoh SFP bullish sekarang. Seperti yang Anda lihat di grafik, beberapa ayunan terendah berbaris di sekitar area yang sama, sebelum satu sumbu besar memotong semuanya.

Ini biasanya terjadi karena tekanan jual yang disebabkan oleh posisi terendah awal yang diambil mendorong harga turun lebih jauh hingga juga mengambil alih posisi terendah lainnya. Ketika harga rally kembali sebelum candle ditutup, Anda memiliki alasan yang baik untuk percaya bahwa pembeli melangkah di sekitar level itu.

Oke, jadi kita tahu apa itu SFP dan apa fungsinya. Harga didorong ke arah stop loss dan memicu mereka untuk mengisi posisi lain sebelum pembalikan. Sekarang pertanyaan jutaan dolar adalah:

Bagaimana Mengidentifikasi Area Perhatian?

Pendekatan pertama yang dapat Anda gunakan cukup sederhana. Bertanya pada diri sendiri; “Di mana saya akan meletakkan stop loss saya? Ketika Anda menjawab pertanyaan ini, Anda memiliki beberapa bidang minat pertama yang harus Anda perhatikan."

Kedua, tandai area resistensi dan dukungan Anda. Mereka kemungkinan bertepatan dengan area likuiditas dan akan memberi Anda lebih banyak zona minat.

Anda juga dapat membaca panduan kami tentang cara menemukan zona support dan resistance?

Cara ketiga mungkin yang paling sistematis. Anda dapat menentukan tinggi dan rendah ayunan dengan sangat sederhana sebagai berikut:

Swing Low: Rendah, dengan rendah yang lebih tinggi di kedua sisi. 

Swing High: Tinggi, dengan tinggi yang lebih rendah di kedua sisi.

Dengan kata lain, area ayunan adalah titik di mana harga berbalik arah.

Sekarang setelah Anda mengetahui seperti apa pola kegagalan ayunan dan bagaimana mengidentifikasi area yang diminati, mari kita membahas beberapa cara menggunakan SFP dalam perdagangan.

Bagaimana Cara Menggunakan Pola Kegagalan Swing untuk Berdagang?

Praktik terbaik adalah menggabungkan beberapa indikator untuk mendapatkan gambaran yang solid. Ini tidak berarti menggunakan Palang Emas, divergensi RSI, SFP, dan tingkat pendanaan pada saat yang bersamaan, tetapi umumnya satu atau dua dari ini berbaris dengan cara yang baik.

Pertemuan favorit saya terletak pada support dan resistance. Saat Anda menemukan harga bergerak menuju resistance dan SFP bearish terlihat, Anda memiliki banyak faktor yang mengarah ke arah bawah yang sama. Saya biasanya memasuki perdagangan setelah lilin SFP ditutup, tetapi tidak langsung menghentikannya.

Seperti yang telah kita diskusikan, SFP dapat diikuti oleh satu atau dua SFP lainnya, sebelum mengunci sepenuhnya. Oleh karena itu, saya hanya menempatkan stop saya setelah harga yang lebih rendah dikonfirmasi. Sampai saat itu, saya tetap membuka posisi kecuali candle baru ditutup di atas tinggi SFP pertama.

Pernyataan Penutup

Pola Kegagalan Ayunan terjadi di semua kerangka waktu. Pada kerangka waktu yang lebih tinggi, alat ini jelas lebih kuat tetapi juga membutuhkan lebih banyak waktu untuk dimainkan. Oleh karena itu, saya pribadi lebih suka memperdagangkan SFP pada kerangka waktu yang lebih rendah (15 menit) atau lebih rendah, karena mereka sering bermain di hari yang sama. Tugas Anda adalah menemukan gaya yang Anda sukai dan menguasainya.

Ketika datang ke tindakan harga, ada sumber daya yang tak ada habisnya untuk mempelajari konsep dan variasi pola yang berbeda tanpa akhir. Saya sarankan menyelami topik ini, tetapi luangkan waktu Anda untuk melakukan penelitian, eksperimen, dan menguji sistem yang berbeda.

Seperti biasa, harap diingat bahwa artikel ini didasarkan pada pengalaman saya yang terbatas dalam perdagangan kripto dan tidak boleh dianggap sebagai saran. Lakukan uji tuntas Anda, bersenang-senanglah dan hasilkan uang!

di Tulis Oleh: CryptoJelleNL


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]