Arkeologi Konflik Sosial di Indonesia

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Arkeologi Konflik Sosial di Indonesia-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Arkeologi Konflik Sosial di Indonesia Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi ancaman serius berkaitan dengan mengerasnya konflik-konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Konflik-konflik itu pada dasarnya merupakan produk dari sistem kekuasaan Orde Baru yang militeristik, sentralistik, dominatif, dan hegemonik. Sistem tersebut telah menumpas kemerdekaan masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya dalam wilayah sosial, ekonomi, politik, maupun kultural.

Kemajemukan bangsa yang seharusnya dapat kondusif bagi pengembangan demokrasi ditenggelamkan oleh ideologi harmoni sosial yang serba semu, yang tidak lain adalah ideologi keseragaman. Bagi negara kala itu, kemajemukan dianggap sebagai potensi yang dapat mengganggu stabilitas politik. Karena itu negara perlu menyeragamkan setiap elemen kemajemukan dalam masyarakat sesuai dengan karsanya, tanpa harus merasa telah mengingkari prinsip dasar hidup bersama dalam kepelbagaian. Dengan segala kekuasaan yang ada padanya negara tidak segan-segan untuk menggunakan cara-cara koersif agar masyarakat tunduk pada ideologi negara yang maunya serba seragam, serba tunggal.

Perlakuan negara yang demikian itu kemudian diapresiasi dan diinternalisasi oleh masyarakat dalam kesadaran sosial politiknya. Pada gilirannya kesadaran yang bias state itu mengarahkan sikap dan perilaku sosial masyarakat kepada hal-hal yang bersifat diskriminatif, kekerasan, dan dehumanisasi.

Hal itu dapat kita saksikan dari kecenderungan xenophobia dalam masyarakat ketika berhadapan dengan elemen-elemen pluralitas bangsa. Penerimaan mereka terhadap pluralitas kurang lebih sama dan sebangun dengan penerimaan negara atas fakta sosiologis-kultural itu. Karena itu, subyektivitas masyarakat kian menonjol dan pada gilirannya menafikan kelompok lain yang dalam alam pikirnya diyakini "berbeda". Dari sinilah konflik-konflik sosial politik memperoleh legitimasi rasionalnya. Tentu saja untuk hal ini kita patut meletakkan negara sebagai faktor dominan yang telah membentuk pola pikir dan kesadaran antidemokrasi di kalangan masyarakat.

Ketika negara mengalami defisit otoritas, kesadaran bias state masyarakat semakin menonjol dalam pelbagai pola perilaku sosial dan politik. Munculnya reformasi telah menyediakan ruang yang lebih lebar bagi artikulasi pendapat dan kepentingan masyarakat pada umumnya. Masalahnya, artikulasi pendapat dan kepentingan itu masih belum terlepas dari kesadaran bias state yang mengimplikasikan dehumanisasi. Itulah mengapa kemudian muncul pelbagai bentuk tragedi kemanusiaan yang amat memilukan seperti kita saksikan dewasa ini di Aceh, Ambon, Sambas, Papua, dan beberapa daerah lain. Ironisnya lagi, ternyata ada the powerful invisible hand yang turut bermain dalam menciptakan tragedi kemanusiaan itu.

JADI, reformasi yang tengah kita laksanakan sekarang ini harus mampu membongkar aspek struktural dan kultural yang kedua-duanya saling mempengaruhi kehidupan masyarakat. Kita tidak dapat semata-mata bertumpu kepada aspek struktural atau sistem kekuasaan yang ada, melainkan harus pula melakukan dislearn atas wacana dan konstruksi pemikiran masyarakat. Di sini kita sebenarnya berada dalam area dominasi dan hegemoni negara seperti yang dibeberkan oleh Karl Marx dan Antonio Gramsci.

Repotnya, apa yang terjadi di Indonesia adalah reformasi, dan bukan revolusi sosial. Gerakan reformasi, karena sifatnya yang moderat, cenderung berkompromi dengan anasir-anasir lama yang pro-status quo. Ini yang disebut Samuel P Huntington sebagai konsekuensi reformasi. Sementara revolusi, karena sifatnya yang radikal, bersikap tegas dalam menghadapi rezim kekuasaan yang lama dan anasir-anasir pro-status quo. Revolusi Bolshevik 1917 di bekas negara Uni Soviet merupakan contoh dari ketegasan sikap para pemimpin gerakan revolusi terhadap anasir kekuatan lama.

Dalam era pandang revolusioner, struktur kekuasaan harus dibalik sedemikian rupa sehingga diujudkan struktur kekuasaan yang benar-benar baru. Itulah mengapa kita rasakan perjalanan reformasi bangsa ini terasa menggemaskan karena lambatnya. Seringkali kita memang tidak begitu sabar untuk menjadi seorang demokrat, namun untuk menjadi seorang revolusioner sejati kita pun acap tidak punya nyali.

Kenyataan bahwa yang terjadi sekarang ini adalah reformasi menuntut segenap elemen dalam masyarakat untuk mereposisi gerakannya agar lebih kondusif bagi akselerasi reformasi. Artinya, kita tidak dapat lagi menggunakan wacana dan metode gerakan sebagaimana dilakukan pada masa kekuasaan Orde Baru. Gerakan sosial apa pun dalam masyarakat harus mulai menyediakan alternatif-alternatif yang lebih konkret kepada para pengambil keputusan.

Mengapa demikian? Karena kekuasaan negara hari ini, meskipun struktur dan sistemnya masih Orde Baru, tetapi di dalamnya mulai berlangsung dinamika yang lebih baik ke arah demokratisasi. Namun demikian ada dua soal yang harus secara terus-menerus dipertegas. Pertama, political will dan konsistensi pemerintah baru untuk melaksanakan agenda reformasi. Kedua, kesediaan masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam mempercepat jalannya agenda reformasi.

Dalam konteks pengembangan kehidupan bangsa yang humanis, plural dan demokratis, baik pemerintah maupun masyarakat bertanggung jawab untuk membongkar struktur dan kultur dalam masyarakat yang masih diskriminatif. Kita tidak boleh lagi menyerahkan segala urusan kepada pemerintah sebagaimana yang sudah-sudah. Karena dengan begitu kita sebagai warga negara akan semakin kehilangan peran strategis, sementara pemerintah akan semakin dominan. Inilah momentum yang tepat bagi segenap warga negara Indonesia untuk berpartisipasi semaksimal mungkin dalam mengarahkan dan mengendalikan proses transisi bangsa dan negara ini menuju demokrasi yang sejati, atau minimal demokrasi yang stabil (stable democracy).

di Tulis Oleh: Muh Hanif Dhakiri, peneliti


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News kompas]

Menafsir Makna Ditata dalam Tayub

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Menafsir Makna "Ditata" dalam Tayub-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Menafsir Makna "Ditata" dalam Tayub Tayuban sebagai sebuah tradisi masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Daerah Istimewa Yogyakarta sebenarnya hanyalah sebentuk tarian. Seperti halnya cokek, yang dikenal dalam kebudayaan masyarakat Betawi. Dalam asumsi antropologi budaya, kebudayaan banyak dilahirkan dari suatu peristiwa sejarah yang menyakitkan.

Perasaan tertekan sebagai akibat kehidupan di era feodal dan kolonial ditransformasikan ke dalam bentuk seni pertunjukan. Meski dari awal tayub adalah seni gambyong istana, pada perkembangannya harus keluar dan terdegradasi menjadi seni rakyat, yang makin hari dipandang dari sisi mesumnya, berkualitas rendah, dan bertendensi prostitusi. Prof Dr Suripan Sadi Hutomo (alm), pakar filologi dan folklor humanis, pernah melukiskan bahwa pada tingkatan seni rakyat yang lebih rendah lagi, tayuban mengalami perubahan.

Kesenian ini dinamakan janggrungan, di mana waranggono (ronggeng, tandak, kledek, taledek, ledek) ngibing di antara para blandhong (penebang kayu) di pinggir hutan demi nafkah. Cliffort Geertz menyebutnya sebagai penari jalanan-di Yogyakarta dikenal dengan mbarang yang seringkali juga ngamen dari rumah ke rumah atau pada suatu keramaian

Padahal, dengan menelusuri tayub dari kajian etimologi akan ditemukan kondisi yang bertolak belakang. Soegio Pranoto-sesepuh tayub asal Nganjuk-meng-kiratabasa-kan tayub sebagai ditata ben guyub (diatur agar tercipta kerukunan), sebuah filosofi yang ditanamkan pada tayub sebagai kesenian untuk pergaulan.

Nilai dasarnya adalah kesamaan kepentingan untuk mengapresiasikan kemampuan, jiwa, dan bakat seni, baik kemampuan sebagai penabuh gamelan (pengrawit) ataupun penarinya. Kesamaan ini akan melahirkan keselaras-serasian tayub sebagai suatu bentuk tarian; hentakan kaki yang sesuai dengan bunyi kendang, lambaian tangan seirama gambang, atau lenggok kepala pada tiap pukulan gongnya. Meski pada perkembangannya, "pergaulan" dimaknai-secara luas-sebagai bentuk silaturahmi.

Di daerah Malang, Pasuruan, Madiun dan Kediri, misalnya, wujud dari silaturahmi ini berupa ikatan bowo-an-di Kediri dikenal dengan mbecek-di mana setiap orang memiliki tanggung jawab untuk saling memberi dan mengembalikan bantuan. Tradisi ini terkait erat dengan peristiwa hajatan, baik pernikahan, khitanan, ataupun kematian.Dan, menjadikan tayub di daerah ini identik sebagai pertunjukan resmi dalam hajatan. "Orang yang nanggap tayub itu orang yang blater (pergaulannya luas)," tutur Samad Heriyanto, seniman tayub asal Malang. Semakin luas ikatan bowo-an yang dimiliki seseorang bisa dipastikan semakin ramai pelaksanaan hajatannya.

Paradoks atas kondisi tayub saat ini tidak lepas dari lemahnya kemampuan masyarakat memahami kebudayaan sebagai dasar dalam proses kehidupan. Kelompok seniman bisa saja mengukuhkan dirinya sebagai komunitas yang otonom dan mandiri.

Komunitas Religi

Dalam Theater in Southeast Asia, JR Brandon menuturkan pernyataan bahwa Islam tidak membenarkan adanya figur dalam keseniannya. Pemikiran ini ditetapkan juga dalam seni pertunjukan. Akibatnya, daerah-daerah yang mempunyai identitas Islam yang kuat biasanya tidak memiliki seni pertunjukan yang profesional. Secara implisit hal ini berarti bahwa daerah-daerah tersebut tidak membantu tumbuhnya seni pertunjukan tradisional tertentu, yang ditolak oleh ajaran religi yang dianutnya. Kebenaran atas pernyataan Brandon ini sekiranya perlu untuk dibuktikan.

Sebab, masih ada ronggeng dan dombret yang tumbuh di dalam kebudayaan dengan identitas Islam yang kuat; masyarakat Betawi, yang secara geografis dekat juga dengan masyarakat Sunda. Tentunya, hal ini tidak terkait dengan faktor kepemilikan atas kesenian tersebut, yang kebanyakan dipegang oleh orang Islam yang tidak taat pada prinsip-prinsip Islam (abangan).

Namun, konteks dari pernyataan Brandon ini dapat ditemui dalam kesenian tayub. Di mana tayub memang tumbuh berkembang pada daerah yang tidak memiliki identitas Islam yang kuat. Di Jawa Timur, perkembangannya pesat pada wilayah Tuban, Bojonegoro, sisi selatan dari Lamongan, Surabaya, pinggiran Kabupaten Pasuruan sampai Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan Madiun.

Sikap menolak ini seringkali juga diwujudkan dengan bentuk menjauhi pelaku dan seniman yang terlibat di dalamnya. Sebagai Ketua RW, Soeripto lebih bisa merasakan sikap warganya tersebut. Pada suatu kesempatan, Soeripto bersiap keliling RT untuk menarik sumbangan dengan map ditenteng di tangan.

Alasan dosa merupakan dogma dan titik mati atas suatu aksi atau gerak. Hal ini didasarkan pemahaman akan teks dan konteks ajaran agama. Akibatnya, seperti tidak ada kebenaran dan kemaslahatan pada setiap gerak yang mengandung dosa. Bahkan, yang ada hanyalah mudaratnya. Dalam tayub, gerak dan aksi itu, menurut Soegio Pranoto, adalah suwelan dan meminum minuman yang memabukkan.

Padahal, hakikat suwelan adalah pemberian uang kepada waranggana oleh seseorang setelah ngibing. Ini dilakukan sebagai ucapan terima kasih atas kesempatan untuk ngibing bersamanya. Nilai dan jumlah suwelan tidak ditentukan, tergantung kemampuan. Namun, cara pemberiannya yang unik; suwelan biasanya diselipkan pada belahan payudara waranggana. Bisa pada bagian luar atau juga ada yang diselipkan lebih dalam lagi pada sisi-sisi payudara. Tentunya, pemberi suwelan berharap tidak sekadar memberi sebagai bentuk afinitas afektifnya.

Adanya penolakan atas proses pemberian suwelan ini sedikit demi sedikit membawa perubahan. Suwelan kini telah diatur cara pemberiannya melalui seorang pramugari-orang yang mengatur jalannya tayub-atau bisa diselipkan di balik sampur waranggana, tepatnya di atas bahu. Bahkan, di Malang, sejak tahun 1976, oleh Samad Heriyanto diusulkan untuk pemakaian baju bagi para waranggana saat ngibing.

Sementara minuman keras dalam tayub, menurut Soegio Pranoto, pada awalnya difungsikan sebagai penghormatan kepada tuan rumah, pemuka desa, dan para undangan. Bila minuman yang ditawarkan oleh waranggana kepada tuan rumah diminum, itu tandanya pengunjung pertunjukan tayub juga boleh meminum minumannya.

Fungsi lainnya, dengan minuman ini diharapkan bisa membantu sugesti dan kepercayaan diri seseorang untuk ngibing. Namun, pada era 1970-an, menurut Samad Heriyanto, tayub mulai dijajah oleh minuman keras. Minuman sekarang bukan lagi berada di dalam lingkaran area tayub dan sudah beraneka macam merek yang disediakan.

"Inilah kesalahan agamawan di Indonesia," kata KH Ahmad Musta’in Syafi’i, MAg, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, menegaskan. Dengan hanya berbasis pada fikih, mereka cukup memandang gerak dan aksi untuk menghukumi. Dan, hukumannya hanya ada halal dan haram.

Pada kelompok tertentu bisa sampai menghilangkannya. Musta’in-dosen pada Institut Keislaman Hasyim Asy’ari (Ikaha)- menyayangkan dianutnya fungsi hakim ini daripada peran sebagai pendidik. Konteks kesenian, terutama seni pedesaan, memiliki hakikat sebagai ekspresi dan semangat untuk dekat dengan kepercayaannya.

Bentuknya bisa dengan tari, ritual seperti bersih desa atau keyakinan pada danyang (penunggu). Seharusnya, pendekatan awal yang digunakan ada pada sisi akidah (teologi); biarkan seni tayub berkembang, ambil positifnya lalu masuki dan arahkan.

Aparatur Lokal

Tahun 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan gerakan yang membuat situasi nasional berubah. Kesenian tradisional pun mengalami masa kritis. Manifestasi Lekra -Lembaga Kebudayaan Rakyat yang berafiliasi pada PKI- pada kebudayaan menjadikan seniman mati ekspresi. Sebab, ada ketakutan akan menjadi bentuk partisipasi dan sikap politik Lekra.

Pada masa ini, ABRI menggelar Operasi Karya, yang salah satunya dilakukan dengan menaungi kesenian tradisional. Muncullah Ludruk Wijaya Kusuma dan Bhirawa (AD), Ludruk Bumi Hamka (Marinir), dan Ludruk Bhayangkara (Kepolisian).

Bentuk dari penataan ini, terutama pada perizinan, terkait dengan penyelenggaraan keamanan dan ketertiban umum. Meski besar biaya perizinan bervariasi di tiap daerah dan ditanggung oleh tuan rumah, tetapi esensi dari izin tersebut tidak bisa dirasakan.

Di Malang, biayanya berkisar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. Tetapi, saat pertunjukan, seringkali tidak ada petugas keamanan yang datang menjaga. Apalagi menertibkan pengunjung yang mabuk, berbuat rusuh, atau menggoda waranggana. Padahal, menurut Samad, bila mereka datang, itu merupakan kehormatan bagi tuan rumah. Dikasih makan dan rokok, duduk berjajar di baris depan, ngibing, bahkan pulangnya sering menerima angpao.

Perizinan lainnya, seperti di Nganjuk, Tuban, dan Malang, adalah diterbitkannya advise (nomor induk) bagi waranggana. Tanpa advise ini, seorang waranggana dilarang untuk pentas dan minimal setahun sekali harus memperbarui advise ini. Biayanya mungkin tidak terlalu besar, sekitar Rp 50.000, tetapi cukup menunjukkan adanya peran negara dalam mematikan kehidupan, jiwa, dan bakat seni seseorang.

Ini bisa dilakukan mengingat di Nganjuk dan Tuban menunjukkan aktivitas yang tinggi dalam penyelenggaraan tayub. Nganjuk memiliki agenda Wisuda Waranggana, berpusat di Padepokan Langen Tayub, Desa Ngrajek, Tanjunganom, Nganjuk. Acara ini digelar setiap tahun di bulan besar (Jawa). Setelah penempaan selama 6 bulan dari olah vokal hingga tari, calon waranggana akan diwisuda di lokasi sekitar punden Ki Ageng Gribig.

Di Tuban, menurut Sutardji, Kepala Bagian Kesenian Dinas Pariwisata Tuban, setiap tahunnya terdapat 1.500-3.000 kali pertunjukan tayub. Bahkan, sampai dengan tahun 2004 sudah ada yang booking pementasan, sedangkan tahun 2003 ada 158 izin pementasan. Dinas Pariwisata Tuban, November 2002 lalu, menggelar Citra Resmi Waranggana, acara tahunan untuk meresmikan (mewisuda) waranggana baru.

Bagi Endang Sugiarti, waranggana senior, acara ini semakin memberatkan calon waranggana. Sebab, segala kebutuhan untuk wisuda menjadi tanggungan pribadi, bukan dari Dinas Pariwisata. "Jumlahnya besar, bisa jutaan. Sewa dokar, pakaian, pendaftaran, sampai make-up," tuturnya. Tayub dan senimannya saat ini menjadi obyek negara. Fungsi fasilitator berubah menjadi eksekutor, atas hak hidup profesi seni seseorang. Menafsir kembali makna tayub sebagai ditata ben guyub, adalah menata kembali kepentingan negara terhadap tayub .

Terakhir, penulis ingin menyampaikan satu pesan dari Samad Hariyanto kepada Pemerintah Kota Malang, "Apa, sih, perhatian mereka pada tayub. Sebagai insan tayub, saya belum pernah itu dikumpulkan, diajak ngobrol. Ketemu paling cuma waktu pengurusan izin."

di Tulis Oleh: MAS BUKHI Pemerhati masalah budaya dari Malang


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News kompas]

Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-8

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-8-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-8 Dalam masa pemerintahan Sultanah Sri Ratu Tajul Alam, Kerajaan Islam Aceh Darussalam mengalami guncangan yang hebat. Satu persatu wilayahnya di luar wilayah inti lepas. Menurut penelitian M. Said dalamAceh Sepanjang Abad”, lepasnya wilayah-wilayah itu lebih disebabkan konspirasi Barat Kristen dalam menghancurkan apa yang dinamakan ‘lima besar Islam’, bukan atas kehendak wilayah-wilayah itu sendiri.

Walau demikian, Aceh Darussalam tetap menjadi mercusuar untuk Asia Tenggara. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, kitab-kitab ditulis dan diskusi ilmiah menjadi makanan sehari-hari rakyatnya.

Sejarah mencatat, Aceh merupakan satu-satunya wilayah di Nusantara yang paling akhir bisa ditaklukkan Belanda. Itu pun setelah melalui peperangan yang sangat panjang dan sangat melelahkan, dengan jumlah korban di kedua belah pihak sangat banyak. Inilah sekelumit kejayaan Aceh Darussalam sebagai Bumi Serambi Mekkah, di mana dari ujung Utara pulau Sumatera ini pernah bersinar Islam ke seluruh Nusantara dan Asia Tenggara. Aceh adalah hak milik kaum Muslimin. Tidak bisa lain.

Jihad Melawan Kafir Belanda

Tahun 1511 Kota Malaka jatuh ke tangan Portugis, namun 130 tahun kemudian tepatnya 14 Januari 1641, Malaka tidak berhasil dipertahankan lagi oleh Portugis dan jatuh ke tangan VOC Belanda. Dalam saat bersamaan, Kerajaan Aceh Darussalam saat itu tengah dalam keadaan prihatin karena Sultan Alaidin Mughayat Syah Iskandar Sani yang masih berusia 30 tahun tengah sakit keras dan akhirnya tidak lama kemudian menantu Sultan Iskandar Muda ini mangkat meninggalkan isteri tercinta, Puteri Safiah, tanpa meninggalkan anak keturunan.

Di muka telah disinggung tentang pergantian tampuk kesultanan dari Sultan Alaidin Mughayat Syah Iskandar Sani kepada isterinya Puteri Safiah atau yang kompilasi dinobatkan menjadi Sultanah Kerajaan Aceh yang bergelar Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat.

Saat menjadi Raja Aceh, Ratu Safiatuddin masih memimpin 29 tahun. Walau demikian, ia sangat cerdas dan menguasai empat bahasa seperti Arab, Spanyol, Urdu, dan Persia. Bahkan beberapa literatur Aceh tidak pernah mengizinkan Sang Ratu mengerti tujuh bahasa asing. Ini membuktikan hebat Sultan Iskandar Muda sangat menjunjung tinggi pendidikan bagi anak-anak.

Kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke-16 Masehi merupakan salah satu kekuatan lima besar dunia Islam, selain Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, Kerajaan Maroko, Kerajaan Isfahan, dan Kerajaan Islam Mughol. Tentu, hal ini telah menjadi pertimbangan masak-masak VOC Belanda saat menaklukkan Kota Malaka dari cengkeraman tangan Portugis. Dengan jatuhnya Malaka ke pangkuannya, maka mau tak mau VOC Belanda kini berhadap-hadapan dengan Kesultanan Aceh Darussalam.

Keberanian Belanda merebut Malaka tidak lepas dari armada laut Aceh yang meningkat kemunduran sepeninggal Sultan Iskandar Muda. Ketika Sultan Iskandar Muda masih memerintah, armada laut Aceh Darussalam memerlukan kekuatan dan kekuasaannya yang luas hingga merengkuh Selat Malaka, sebagian Pulau Sumatera, dan sebagian Malaya seperti wilayah Perak, Kedah, Pahang, dan Trengganu.[1]

Dalam catatan Prof. Dr. HAMKA, perjuangan Sultan Iskandar Muda memperkuat Kerajaan Aceh Darussalam dengan armada perang yang kuat antara lain didasari oleh kesulitan telah didudukinya Malaka oleh Portugis selama satu abad dan jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan Belanda.[2] Sebagai raja yang cerdas, Iskandar Muda yakin suatu waktu para penjajah kafir ini akan sampai di pula di gerbang Aceh untuk menyerang kerajaannya.

Setelah memerintah Kota Malaka, anggota VOC Belanda memberlakukan blokade terhadap kapal-kapal Aceh dan memungut bea yang sangat tinggi jika ingin melewati daerahnya di sebagian besar Selat Malaka. Diam-diam Belanda juga menyelundupkan kaki mengandalkan ke wilayah kekuasaan kerajaan Aceh Darussalam untuk mempengaruhi gejolak agar politik negara ini rapuh dan kerajaan besar yang diharapkan akan hancur berkeping-keping.

Ratu Safiatuddin Di Tengah Konspirasi Barat Kristen

Inilah bahaya yang dihadapi Ratu Safiatuddin. Sejarahwan Aceh A.Hasjmy bahkan dengan tegas menyatakan Ratu Safiatuddin bukan hanya berhadapan dengan Belanda, tetapi dia sebenarnya tengah berhadapan dengan kekuatan imperialis Barat Kristen yang mempusakai warisan Imperium Roma dan Romawi Timur. "Jika kita akan membicarakan Aceh di bawah pimpinan Ratu Tajul Alam Safiatuddin dan Ratu-Ratu mengambilnya, pada hakikatnya kita membahas tentang perjuangan antara Islam Timur dengan Kristen Barat," tulis A. Hasjmy.[3]

Masa keemasan kerajaan Aceh Darussalam yang pernah jadi gemerlap di saat kekuasaan Sultan Iskandar Muda memang terus menurun setelah itu. Di masa kepemimpinan Ratu Safiatuddin, kekuatan armada perangnya di laut membutuhkannya cukup signifikan. Namun perkembangan kehidupan intelektual di kerajaan Aceh malah menunjukkan peningkatan yang juga sangat menyolok. Ini memang bisa dimaklumi mengingat Ratu Safiatuddin meminta ahli militer, namun lebih kepada intelektual. Walau demikian, sikap Ratu Safiatuddin terhadap Belanda dan pihak-pihak lain yang memiliki itikad tidak baik terhadap Aceh. Belanda pun tidak bisa begitu saja memandang remeh Aceh di masa kekuasaan sang ratu.

Diserahkannya Kota Malaka oleh Gubernur Portugis Manuel de Sousa kepada penguasa VOC belanda setelah dikuasai 130 tahun era baru dalam peta perdagangan Indonesia bagian Barat. Ratu Safiatuddin sendiri baru dilantik setelah membahasnya, akhirnya tanggal 15 Februari 1641.

Armada laut Belanda yang begitu kuat akhirnya berhasil mengendalikan jalur laut di Selat Malaka. Armada laut Aceh hanya mampu menjangkau bagian pesisir timur Sumatera. Jelas, wilayah kerajaan Aceh Darussalam yang berada di seberang Selat Malaka seperti Perak, Kedah, Pahang, dan Trengganu yang kaya akan hasil bumi seperti timah terancam dan menjadi incaran Belanda. Bukan itu saja, Belanda juga bernafsu untuk menguasai wilayah kekuasaan Aceh Darussalam di bagian timur Sumatera seperti Lankat, Deli-Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Siak, Seri Indrapura, dan sekitarnya yang kaya dengan bahan bakar dan pinggiran tanahnya.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Sejarah Nanggroe Atjeh Darussalam Part-8-"
Dengan licik Belanda melakukan berbagai tipu daya. Dari diplomasi halus, rayuan, gertak, ancaman, adu domba, hingga menyelundupkan kaki mendukung untuk menimbulkan pemberontakan di daerah-daerah Aceh Darussalam yang jauh dari ibukota Kutaraja.

Salah satu kasus yang pernah dikeluarkan adalah kompilasi VOC Belanda meminta Aceh Darussalam agar mau meminta Perak agar sudi memberikan hak monopoli kepada negara di Belanda. VOC mengutus Vlaminghadap menghadap Ratu Safiatuddin dengan tugas membujuk sang ratu agar diminta Perak menerima permintaan Belanda. Walau duta Belanda itu harus mengerahkan segala kemampuannya membujuk dan merayu sang ratu, namun gagal Ratu Safiatuddin tak bergeming dan menolak permintaan Belanda.

Winstedt menulis, “Tahun 1645 membuat perjanjian antara Belanda dan Aceh, tetapi menentang dengan orang-orang Islam India menikmati perdagangan timah dengan Aceh dan Semenanjung Melayu. Sementara VOC tidak dapat bagian apa-apa, selain kata-kata muluk dan muka manis. ... Jelas, Tajul Alam telah memainkan diplomasinya yang tajam." [4]

Setelah Vlamingh gagal, Belanda tidak berhenti sampai di sini. Setelah mempertimbangkan masalah yang sudah dilupakan, maka VOC kembali mengirim utusannya kepada Truijtman kepada Ratu Safiatuddin. Kali ini Ratu Safiatuddin memainkan diplomasi yang sangat cantik. Ratu mengirim utusannya agar bersama-sama dengan Trujtman berangkat ke Perak guna meminta izin Sultan Perak dalam hal monopoli perniagaan timah. Kepada Sultan Perak, Muzaffar Syah II, yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Ratu Safiatuddin, Aceh diam-diam mengabarkan bahwa Belanda memiliki itikad tidak baik. Sultan Perak pun mafhum dan turut serta dalam diplomasi lihai gaya Aceh.

Di permukaan, Sultan Perak meminta bantuan dan kemudian dikirim kembali ke Aceh untuk mentransfer resmi pada tanggal 15 Desember 1650. Benarkah Ratu Safiatuddin dan Sultan Perak Muzaffar Syah II sungguh-sungguh dapat menerima permintaan Belanda? Ternyata tidak.

Sejarahwan Muhammad Said menulis, “… hubungan Aceh dengan Perak cukup baik, berhubung karena Sultan Perak Muzaffar Syah II berkeluarga dengan almarhum Iskandar Sani, suami Sultanah Tajul Alam Safiatuddin. Muzaffar sebelum menjadi raja yang dikenal dengan nama Sultan Sulung Siak, bangsawan yang ikut ditawan kompilasi Aceh melawan Johor di tahun 1613. Di Aceh, Sulung dinikahkan dengan puteri Raja Muda Pahang, menantu Raja Ahmad (ayah juga untuk Iskandar Sani).

Karena hubungan keluarga ini, dan karena bantuan Acehlah maka Raja Sulung mendapat kursi kesultanan di Perak. Tidak heran jika setelah Raja Sulung menjadi Sultan Perak, kedaulatan Aceh atas Perak tetap diakuinya. Dalam pada saat itu, walau perjanjian pemerintah dengan pemerintah (Aceh-Perak dengan VOC Belanda) telah selesai ditandatangani, dan Sultan Muzaffar Syah sedia mematuhinya, tapi rakyat Perak yang juga beragama Islam, tidak mau menjual timahnya ke Belanda. Persetujuan ini dianggap merugikan dan mengurangi kebebasan untuk menentukan sendiri dengan siapa mereka berniaga ...
"[5]

(Bersambung)

—————————————
[1] Wan Shamsuddin dan Arena Wati; Peta Kekuasaan Kerajaan Acheh di Sumatera; Sejarah Tanah Melayu Dan cakupan; Pustaka Antara; Kuala Lumpur; 1969.
[2] Prof. Dr. HAMKA, ibid, hal.147.
[3] A. Hasjmy; ibid, hal.144.
[4] M. Said; Aceh Sepanjang Abad; hal.198.
[5] Ibid, hal. 200-201.

Bukti Nyata AS Melanggar Protokol Jenewa 1925 dan The Biological Weapons Conventiondan, Temuan 30 Laboratorium Biologis di Ukraina

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Bukti Nyata AS Melanggar Protokol Jenewa 1925 dan The Biological Weapons Conventiondan, Temuan 30 Laboratorium Biologis di Ukraina-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Bukti Nyata AS Melanggar Protokol Jenewa 1925 dan The Biological Weapons Conventiondan, Temuan 30 Laboratorium Biologis di Ukraina Ada perkembangan yang tak terduga seiring dengan aksi militer terbatas Rusia ke Ukraina. Ditemukannya menyingkap 30 laboratorium biologis yang beroperasi di Ukraina. Yang mana laboratorium yang berada di Ukraina atas dana bantuan pemerintah AS tersebut telah mengembangkan beberapa komponen bahan untuk memproduksi senjata biologis. Bahkan potensial untuk mengembangkan persenjataan nuklir.

Dengan tak ayal temuan pihak militer Rusia tersebut sangat mengguncang dunia internasional, sebab itu berarti Washington telah mengeksploitasi Ukraina untuk menciptakan ancaman global bagi seluruh peradaban dunia melalui program pengembangan senjata biologis di 30 laboratorium biologis militer di Ukraina.

Maka itu, sudah seharusnya jika program pengembangan senjata biologis yang dikembangkan di laboratorium biologis militer Ukraina, segera mendapat perhatian khusus dari berbagai komunis dunia internasional. Tentu saja hal ini sangat beralasan lantaran sejatinya AS telah melanggar the Biological Weapons Convention (BWC), sebagai perjanjian internasional yang mengikat secara legal negara-negara yang ikut perjanjian tersebut, melarang penggunaan senjata-senjata biologis.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Bukti Nyata AS Melanggar Protokol Jenewa 1925 dan The Biological Weapons Conventiondan, Temuan 30 Laboratorium Biologis di Ukraina-"
Sehingga melalui BWC itu, negara-negara yang terikat pada perjanjian ini untuk tidak mengembangkan, memproduksi maupun menggunakan senjata-senjata biologis maupun senjata-senjata beracun, sebagai bagian integral dari upaya untuk memperluas apa yang disebut weapons of mass destructions alias senjata pemusnah massal.

Sejak 1975, ada 181 negara yang ikut konvensi BWC. BWC menegaskan kembali dukungannya pada Protokol Jenewa 1925 yang melarang penggunaan senjata biologis. Pada 1969, Presiden Richard Nixon mengakhiri aspek offensif dari program perang biologis AS. Sehingga pada 1975 itu pula, AS meratifikasi baik Protokol Jenewa 1925 dan BWC.

Namun pada 1995 dan 2001, AS tidak menandatangani perjanjian terkait pengawasan penggunaan senjata biologis sesuai spirit Protokol Jenewa 1925 dan BWC. Dengan kata lain, AS menolak adanya mekanisme verifikasi terkait pengembangan maupun penggunaan senjata biologis, maupun terkait keberadaan dan sepak-terjang laboraotorium-laboratorium biologis AS.

Seorang prajurit tengah menyemprotkan cairan ke arah kendaraan lapis baja, untuk mengurangi radiasi dan paparan senjata biologis. Para tentara tersebut menggunakan pakaian NBC (Nuclear Biologic Chemical). Munster, Jerman, 23 September 2015.

Maka oleh karena AS menolak menandatangani perjanjian terkait pengawasan penggunaan senjata biologis sesuai spirit Protokol Jenewa 1925 dan BWC, saat ini AS merupakan satu-satunya negara yang menggunakan semua jenis senjata pemusnal massal untuk menghancurkan negara-negara berdaulat.

Maka terkait dengan temuan 30 laboratorium biologis militer di Ukraina, pemerintah AS harus memberikan penjelasan yang terbuka dan rinci ihwal bantuan dana bagi pengoperasian dan pengembangan laboratorium biologis militer di Ukraina.

Setidaknya sebagai langkah awal, negara-negara mitra strategisnya yang tergabung di forum kerjasama G-7, mendesak AS untuk menjelaskan rencana-rencananya terkait penggunaan ragam jenis senjata pemusnah massal, sekaligus menjelaskan apakah benar Washington sedang melancarkan provokasi lewat penggunaan senjata-senjata kimia. Dan apakah AS bermaksud untuk menyerahkan senjata-senjata kimia dan biologis yang masuk kategori ilegal tersebut kepada kelompok-kelompok teroris neo-Nazi di Ukraina.

Segi lain yang juga tak kalah mengkuatirkan menyusul temuan 30 laboratorium biologis militer di Ukraina adalah adanya indikasi kuat bahwa pemerintah AS tidak peduli dengan keselamatan warga masyarakat Ukraina, demi untuk mengutamakan pendekatan pragmatisnya untuk mengembangkan penelitian-penelitian biologis militer. Sehingga kasus Ukraina menunjukkan bahwa AS memandang negara-negara berkembang sebagai arena uji coba aneka ragam senjata-senjata biologis.

Dengan demikian, baik AS maupun Ukraina telah melanggar pasal 4 dari Konvensi Senjata Biologis dan Senjata Beracun, sekaligus juga melanggar Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1540 tertanggal 28 April 2004.

Berdasarkan temuan adanya 30 laboratorium biologis militer di Ukraina atas dana bantuan pemerintah AS, maka sekali lagi Indonesia segera mendesak Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa agar Protokol Jenewa 1925 dan BWC dihormati oleh negara-negara adikuasa, terutama AS.

di Tulis Oleh: Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute.


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]

Nyamuk dan Petualangannya

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Nyamuk dan Petualangannya-"
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. (QS. 2:26)

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Nyamuk dan Petualangannya Sementara manusia diperintahkan untuk merenungkan dirinya sendiri sebagai ciptaan Allah, Al-Quran seringkali juga mengajak manusia untuk menginvestigasi alam dan melihat bukti dan tanda Kekuasaan Allah padanya.

Seluruh alam semesta dengan semua elemen baik hidup maupun non-hidup terdiri dari tanda-tanda yang mengungkapkan bahwa mereka semua itu 'diciptakan'. Dan semuanya itu ada untuuk menunjukkan Kekuatan, Ilmu dan Seni dari 'Penciptanya'. Dan manusia bertanggungjawab untuk mengenal tanda-tanda ini dan mengakui Sang Maha Pencipat, Allah SWT.

Semua makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, namun terdapat beberapa hewan yang secara spesifik telah disebutkan dalam Al-Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Ini disebutkan dalam ayat Al-Quran berikut ini:

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,tetapi mereka yang kafir mengatakan:

"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (QS. 2:26)

Ketika kita mengamati kehidupan nyamuk, kita dapat mengatakan bahwa nyamuk memiliki petualangan yang luar biasa. Apa yang secara umum diketahui tentang nyamuk adalah adalah bahwa mereka menyerap dan makan darah. Namun ini tidak seluruhnya benar. Karena tidak semua nyamuk, namun hanyalah nyamuk yang betina sajalah yang menyedot darah. Dan kebutuhannya akan darah tidak ada kaitannya dengan makan sama sekali.

Sebenarnya kedua nyamuk jantan dan betina makan cairan nektar bunga. ?? Satu-satunya alasan mengapa nyamuk betina, tidak seperti yang jantan, menyedot darah adalah untuk telurnya.yang memerlukannya untuk berkembang dengan protein yang ada dalam darah. Dengan kata lain, nyamuk betina menyedot darah hanyalah untuk memastikan kelangsungan hidup generasi barunya.

Point yang ditekankan di sini adalah bahwa ayat Al-Quran menunjukkan hanya nyamuk 'betina'. Sebagaimana disebutkan terdahulu, hanyalah nyamuk betina yang mempunyai kemempuan superior yang akan dijelaskan detail di sini.

Jadi, kita dapati begitu ekspresif bahwa nyamuk betinanyalah yang ditekankan dalam Al-Quran. Selain itu, ini merupakan fakta yang luar biasa kita membuktikan bahwa pada saat turunnya wahyu Al-Quran, pengetahuan ini sama sekali belum diketahui umat manusia.

Fase dan proses pertumbuhan nyamuk merupakan salah satu aspek yang paling mengagumkan. Nyamuk berubah dari suatu larva menjadi nyamuk setelah melewati fase yang sama sekali berbeda-beda. Marilah kita melihat kisah petualangan nyamuk secara singkat.

Telur nyamuk yang diberimakan dengan darah diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering untuk proses pendewasaan oleh nyamuk betina selama musim panas atau musim gugur. Namun sebelum ini, induk nyamuk pertama kali menguji tanah secara keseluruhan dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya, yang berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. Dia mancari tempat yang nyaman bagi telur-telurnya.

Ketika area yang sesuai ditemukannya, ia mulai mengeluarkan telurnya. Telur-telur ini yang memiliki kepanjangan kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris baik dalam kelompok maupun satu-persatu. Beberapa spesies meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang mana bisa terdiri dari 300 telur.

Telur putih yang sudah diletakkan secara hati-hati ini segera mulai merubah warnanya. Ini hanya membutuhkan waktu beberapa jama saja setelah diletakkan dan mereka menjadi hitam pekat warnanya. Dengan perubahan ini, telur-telur ini memelihara proteksi yang bagus dari burung dan serangga. Warna gelapnya tak dapat dikenali oleh organisme ini.

Telur membutuhkan periode inkubasi untuk sempurna pada musim dingin. Karena telur nyamuk ini diciptakan dengan struktur yang dapat bertahan selama musim dingin yang lama dan dingin, mereka bertahan hidup hingga musim semi ketika masa inkubasinya selesai.

Ketika periode inkubasi telah sempurna, larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. Telur pertama langsung diikuti oleh yang lain. Segera setelah menetas dari telurnya, mereka langsung berenang di air. Sekarang masa hari-hari di air mulai bagi nyamuk.

Larva yang terus diberi makan tumbuh dengan cepat sekali. Segera kulit yang membungkus tubuhnya menjadi terlalu kecil baginya untuk tumbuh lebih lanjut. Inilah pertama kali bagi pergantian kulit mereka. Kulit yang keras namun rapuh dapat mudah pecah. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan merubah kulitnya dua kali lagi.

Karena awal kehidupan nyamuk mulai di air, maka sistim yang didisain untuk memberi makan larva begitu mengesankan. Larva menguatkan pusaran air dengan pemanjang sayap yang terletak di dua sisi mulutnya yang mengarahkan bakteria dan mikro-organisme lain untuk makanannya. Dan suatu solusi juga terdapat untuk pernapasannya: setiap larva mempunyai peralatan menyelam di dalam.

Mereka bernapas via pipa pernapasan di belakang punggungnya sementara berdiri terbalik di dalam air. Sistim ini mungkin mirip 'snorkel' yang dipakai oleh penyelam. Selema memakai metode ini, larva mengeluarkan cairan yang lekat dari tubuhnya untuk menghindari air bocor masuk ke dalam tubuhnya, melalui pintu keluar pernapasan.

Dalam waktu dekat, larva nyamuk hidup dengan bantuan harmoni tergabung dari semua keseimbangan alam yang lembut ini. Jika ia tidak mempunya pipa pernapasan, maka ia tidak akan bertahan hidup; jika tidak mempunyai sekresi lekatnya, pipa pernapasannya akan tersumbat.

Sementara waktu berlalu, sebagian besar larva merubah kulitnya sekali lagi. Perubahan kulit terakhir kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Dengan perubahan akhir ini, larva melewati fase akhir pendewasaannya, 'fase pupa' dan mereka siap menjadi nyamuk sungguhan pada akhirnya. Jadi waktu telah tiba bai pupa dewasa unutk keluar dari kelopak yang meliputi tubuhnya.

Namun, makhluk hidup yang kelaur dari sarungnya ini begitu berbeda dari fase-fase awal, nampak tak dapat dipercaya bagi mereka hanya lewat dua fase pertumbuhan dari makhluk yang sama. Dan metamorfosis ini begitu rumit dan lembut untuk didisain oleh larva itu sendiri ataupun oleh induknya atau oleh hewan yang lain.

Selama periode transisi yang terakhir ini, terdapat ancaman bagi nyamuk, karena pintu pernapasan di atas air mungkin menjadi tertutup dengan kebocoran air di dalam. Hal ini secara alami berarti bahwa pupa akan kehabisan napas dan mati. Namun kemudian, pernapasan tidak dilakukan via lubang-lubang ini. Di sana muncul dua pipa baru di kepala pupa.

Oleh karenanya, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kali, pertama kali dua pipa ini muncul ke atas air. Ini adalah metode pernapasan barunya. Selama 3 hingga 4 hari fase pupa, tidak ada zat makanan bagi nyamuk akan jadi.

Sekarang nyamuk dalam kepompong pupa cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenna, belalai, kaki, dada, sayap, perut dan mata yang besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. Lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat di mana nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan.

Resiko terbesari adalah kebocoran air ke dalam kepompong. Namun bagian atas yang sobek ditutupi oleh cairan yang lekat untuk menghindari kepala dari kontak air. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuk permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.

Harus kita perhatikan sekali lagi bahwa nyamuk telah keluar dari air tanpa menyentuh sama sekali… Pada point ini, pertanyaan yang muncul di pikiran adalah bagaimana nyamuk pertama memperoleh 'kemampuan' seperti ini? Mungkinkan suatu larva memutuskan diri untuk berubah menjadi nyamuk setelah merubah kulitnya tiga kali? Sesungguhnya ini sangat tidak mungkin.

Binatang yang sangat kecil yang dijadikan Allah sebagai contoh ini telah secara khusus diciptakan sebagaimana adanya. Hal ini mengantarkan umat Islam untuk memikirkan ciptaan Allah dan berpikir bahwa Allah tidak menciptakan semua ini sia-sia saja, namun agar supaya mereka taqwa kepada Allah dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3:191)

Penetrasi Ideologi Pengantar

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Penetrasi Ideologi Pengantar-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Penetrasi Ideologi Pengantar Ada sementara orang yang berpendapat bahwa pembangunan kehidupan bermasyarakat akan berjalan lamban dan tersendat bilamana kita masih saja bekutat dalam perdebatan melelahkan soal urusan ideologi. Mereka mengusulkan agar perhatian dan tenaga difokuskan pada karya nyata pembangunan saja.

Sehingga kehidupan menjadi konstruktif dan tidak menguras energi konflik dalam urusan ideologis. Logika tersebut sepintas masuk di akal dan layak diterima.

Namun jika kita kaji Al-Qur’an akan ditemukan ayat-ayat yang selalu saja mengingatkan kita akan penting dan selalu relevannya problema aqidah atau ideologi. Bahkan pengutusan para Nabi dan Rasul Allah ’alaihimus-salaam seluruhnya diiringi pesan universal yang bermuatan ideologis.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ


“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”(QS An-Nahl ayat 36)

Para Nabiyullah diutus untuk memastikan kaumnya memeluk keyakinan, aqidah serta ideologi Rabbani. Bahkan Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaihi wassallam dalam keseluruhan masa perjuangan da’wahnya yang berlangsung selama 23 tahun menghabiskan 13 tahun sendiri untuk mengokohkan aqidah para sahabatnya radhiyallahu ’anhum. Beliau belum beranjak kepada urusan lainnya sebelum masalah ideologi tertanam kuat di dalam dada para pengikut setianya.

Berbagai urusan lainnya, pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari kemantapan ideologi. Aspek ibadah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan-keamanan dan militer hanya akan tampil dengan lengkap dan utuh bilamana landasan ideologisnya telah tertancap dengan dalam dan mantap.

Bahkan dalam banyak ayat kita temukan seruan para utusan Allah kepada kaumnya sebagai berikut:

يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ


"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." (QS Al-A’raf 59)

Seruan kepada ideologi Rabbani ini pulalah yang menimbulkan kegusaran dan permusuhan kaum musyrikin kepada ahli Tauhid.

كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ


”Amat berat bagi orang-orang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya.” (QS Asy-Syuuro 13)

Kesombongan menjadi respon pertama yang ditampilkan oleh para kaum kafir ketika diajak kepada ideologi Rabbani yang intinya adalah ajakan untuk mengesakan ilah, yakni Allah subhaanahu wa ta’aala.

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ


Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Penetrasi Ideologi Pengantar-"
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.”(QS Ash-Shaaffaat 35)

Jadi, sepanjang sejarah kemanusiaan konflik ideologi senantiasa mewarnai kehidupan di dunia. Kompetisi dan persaingan dominasi penetrasi ideologi akan senantiasa berlangsung sepanjang zaman.

Dengan kata lain, barisan ahli Tauhid tidak sepatutnya mengatakan bahwa konflik ideologis telah berlalu. Ia tidak akan pernah selesai hingga kita menyaksikan bagaimana Allah mengganjar pemeluk ideologi Rabbani dengan surgaNya dan pemeluk ideologi selainnya dengan siksa nerakaNya. Wa na’udzubillahi min dzaalika.


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News eramuslim]

Tokoh Yahudi Dalang Holocaust, Karl Haushofer

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: " Tokoh Yahudi Dalang Holocaust, Karl Haushofer "

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Tokoh Yahudi Dalang Holocaust, Karl Haushofer Seorang Profesor Yahudi ternyata punya andil andil besar dalam kasus pengejaran dan pembunuhan orang-orang Yahudi yang dilakukan Nazi-Jerman dalam Perang Dunia II. Profesor Karl Haushofer namanya.

Karl Ernst Haushofer lahir di Munich, Bavaria (Jerman), pada 27 Agustus 1869. Dia terlahir dari keluarga Yahudi Jerman, dari pasangan Max Haushofer, seorang ekonom, dan Frau Adele Haushofer. Lulus dari sekolah atas, Karl muda mendaftar sebagai tentara Bavaria.

Karir di dinas ketentaraan, Karl menamatkan pendidikan di Lembaga Pendidikan Ketentaraan Bavaria (Kriegschule), Akademi Artileri (Artillerieschule), dan Bavarian War Academy (Kriegsakademie). Tahun 1896 Karl muda menikah dengan Martha Mayer Doss, juga seorang Yahudi.

Haushofer meneruskan pendidikannya hingga menjadi perwira tinggi dan berdinas di Angkatan Perang Kerajaan Jerman dan karirnya melejit hingga menduduki jabatan sebagai Staff Corp di tahun 1899. Bahkan pada tahun 1903, Karl Haushofer diangkat menjadi tenaga pengajar di Bavarian Kriegsakademie.

Tahun 1908, Haushofer dikirim ke Jepang guna mempelajari sistem ketentaraan di negeri Matahari Terbit itu. Di Jepang, Haushofer juga didaulat menjadi instruktur resimen artileri tentara Nippon.

Dari Jepang, Haushofer yang menguasai banyak bahasa asing selain Jerman, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia, ditugaskan melawat ke beberapa negara Timur Jauh seperti Korea, India, Tibet, Cina, dan lain-lain.

Selama bertugas di Timur Jauh inilah, Haushofer yang memang telah lama tertarik dengan ajaran-ajaran mistis dari Timur melanjutkan penelitiannya. Dia juga menerjemahkan beberapa literatur Budhisme dan Hindu. Menurut sejumlah peneliti, ketertarikan Haushofer terhadap ajaran mistis-esoteris bukan tanpa sebab.

Latar belakang keluarganya dipercaya memang telah bersentuhan dengan hal-hal seperti ini. Haushofer merupakan salah satu tokoh dari sebuah persaudaraan mistis pemuja setan (Kabbalah).

Dari perjalanannya keliling Timur Jauh inilah, Haushofer kemudian memperkenalkan sebuah Teori Geo-Politik yang dinamakan “The Heartland Theory” yang intinya berbunyi: “Siapa pun yang bisa menguasai Heartland maka ia akan mampu menguasai World Island”.

Heartland (jantung bumi) merupakan sebutan bagi wilayah Asia Tengah, dan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan itu merupakan kawasan kaya minyak bumi dan juga gas. Teori ini sesungguhnya bukan otentik dari Haushofer, namun adaptasi dari Sir Alfrod McKinder (1861-1947), seorang pakar geopolitik asal Inggris terkemuka abad ke-19.

Nicholas Spykman, seorang sarjana Amerika, menambahkan teori ini dengan mengatakan, “Siapa pun yang bisa menguasai World Island, maka ia menguasai dunia.” (Di Milenium ketiga, teori ini dianut oleh Gedung Putih sehingga Bush berambisi menguasai Afghanistan, Irak, dan negeri-negeri sekitarnya).

Haushofer dikenal dekat dengan perwira-perwira Jerman, bahkan berkawan akrab dengan dua tokoh Nazi, Adolf Hitler dan Sekretarisnya, Rudolf Hess. Kepada Hitler, Haushofer menyodorkan teori geopolitik dan juga teori ras unggul bangsa Arya. Buku karangan Hitler yang diasisteni Hess berjudul “Mein Kampf” (Perjuanganku, 1926) buku ini menjadi buku suci Partai Nazi dilatarbelakangi teori yang dikemukakan Haushofer.

Menurut Haushofer, agar bangsa Jerman bisa menjadi bangsa terkuat di dunia, maka ras Arya harus memurnikan dirinya dan menyingkirkan semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini. Teori Charles Darwin juga Yahudi pun dikemukakan oleh Haushofer sehingga Adolf Hitler menjadi semakin jatuh dalam pengaruhnya.

Berkat pengaruh dari Haushofer inilah, ketika Nazi berkuasa, maka dilakukan pemurnian ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini dikejar-kejar dan dihancurkan, secara khusus orang Yahudi yang memang banyak mendiami wilayah Jerman menjadi target utama.

Masa lalu Hitler yang memiliki hubungan yang buruk dengan orang Yahudi menambah kebenciannya terhadap bangsa yang satu ini. Secara diam-diam Haushofer memprovokasi Hitler agar terus mengejar dan mengusir orang-orang Yahudi dari Jerman dan kawasan sekitarnya.

Mengapa seorang Haushofer yang juga Yahudi Jerman berbuat seperti ini? Jawabannya bisa ditemukan dalam sebuah pertemuan rahasia 13 keluarga berpengaruh Yahudi di Judenstaat, Frankfurt, Bavaria, di kediaman Sir Mayer Amschell Rothschild pada tahun 1773.

Saat itu Rotshchild melontarkan dua rencananya. Pertama, menyusun 25 program penguasaan dunia yang kemudian kita kenal sekarang sebagai Protokolat Zionis. Yang kedua, Rotshchild menyebut nama Adam Weishaupt seorang mantan Yesuit untuk mendirikan dan memimpin organisasi konspiratif modern bernama Illuminati.

Pertemuan Frankfurt ini menyepakati, mereka harus menemukan kembali harta karun King Solomon yang mereka yakini terbenam dalam reruntuhan Haikal Sulaiman yang ada di bawah Masjidil Aqsha di Yerusalem. Caranya adalah dengan merebut Yerusalem dari tangan bangsa Palestina yang sudah ribuan tahun mendiaminya.

Seorang tokoh Yahudi bernama Theodore Hertzl ditugaskan menemui Sultan Abdul Hamid II yang kala itu menjadi Khalifah Turki Utsmaniyah agar mau menyerahkan Tanah Palestina bagi bangsa Yahudi. Sultan menolak mentah-mentah permintaan ini walau kemudian Hertzl mengiming-imingi Sultan dengan harta berlimpah. Sultan tidak bergeming sedikit pun.

Selama jantungku masih berdetak dan darahku masih mengalir, aku haramkan Tanah Palestina bagi kalian wahai Yahudi,” demikian jawaban dari Sultan. Akibatnya Hertzl dan petinggi Yahudi geram dan membuat satu strategi untuk meruntuhkan khilafah dengan memunculkan seorang Turki Muda bernama Mustafa Kemal Attaturk. Sultan Abdul Hamid II pun tersingkir. Kekhalifahan Turki Utsmani dibubarkan, dan Mustafa Kemal Attaturk menjadi pemimpin Turki dan mensekulerkan negeri itu. Satu penghalang telah tumbang. Walau demikian Yerusalem belum bisa diduduki.

Theodore Hertzl kemudian menyelenggarakan Kongres Internasional Zionisme (1897) yang diselenggarakan di Basel, Swiss. Kongres ini menyepakati bahwa seluruh Yahudi-Diaspora, istilah bagi orang-orang Yahudi yang masih terserak di seluruh dunia, agar secepatnya melakukan imigrasi ke Promise Land atau yang menurut mereka Kota Suci Yerusalem.

Seruan Kongres Internasional Zionis ini tidak ditanggapi dengan antusias. Banyak keluarga Yahudi yang sudah mapan di Eropa dan Amerika enggan pindah ke Yerusalem. Meraka menolak seruan itu walau para ketua Zionis memaksanya.

Akhirnya tidak ada jalan lain, imigrasi Yahudi ke Palestina harus melalui jalan paksaan. Harus ada satu kondisi yang memaksa orang-orang Yahudi-Diaspora agar mau pindah ke Palestina. Akhirnya Haushofer berhasil dengan gemilang mendekati Hitler dan kemudian tanpa disadari ulah Nazi mengejar-ngejar orang Yahudi mengakibatkan banyak orang Yahudi yang kabur dari negerinya dan berbondong-bondong ke Palestina.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Norman Finkeltstein dalam “The Holocaust Industry” atau Frederich Toben, peristiwa Holocaust sesungguhnya didalangi oleh kaum Zionis-Yahudi guna memaksa orang-orang Yahudi lainnya agar mau pindah ke Palestina, lewat tangan Hitler.

Bahkan Norman Finkelstein yang juga berdarah Yahudi menentang cara-cara kotor Zionis ini. Dalam bukunya, Finkelstein membongkar mitos holocaust dan menyebutnya sebagai proyek pemerasan yang dilakukan Zionis terhadap negara-negara Eropa dan juga dunia, dengan mengorbankan kaum Yahudi Eropa yang sebenarnya enggan untuk ke Palestina.

Di akhir Perang Dunia II, Haushofer ditangkap oleh pasukan Sekutu. Pada tanggal 13 Maret 1946, Haushofer dan isterinya melakukan bunuh diri di Pähl, Jerman Barat. Mengikut jejak Adolf Hitler dan Eva Braun yang melakukan bunuh diri saat Berlin jatuh ke tangan Sekutu setahun sebelumnya.

di Tulis Oleh: Rizki Ridyasmara


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]