Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Utsman bin Muhammad al-Khamis, melihat kenyataan ini, para komandan pasukan Muslim mengirim surat kepada Abu Bakar Radhiyallahu Anhu guna memberitahukan situasi dan kondisi tersebut.
Mereka meminta dikirimkan bala bantuan. Kemudian sang Khalifah menulis surat balasan kepada mereka:
“Berkumpullah kalian menjadi satu pasukan, karena pada hakikatnya setiap kalian adalah penolong Allah Azza wa Jalla. Dan, Allah Azza wa Jalla akan menolong siapa yang menolong-Nya serta mengalahkan siapa pun yang menentang-Nya. Sungguh, pasukan seperti kalian tidak akan kalah hanya karena kuantitas, tetapi perbuatan dosa dapat mengalahkan kalian, maka dari itu, menjauhlah kalian dari perbuatan dosa”.
Di Madinah, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu bergumam:
“Demi Allah, akan kusibukkan orang orang Nasrani dari bisikan syaitan mereka dengan kehadiran Khalid bin al-Walid”.
Lalu, dia memerintahkan Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu yang sedang berjihad di Irak bergegas ke Syam. Sesampainya di sana, dia akan dimandati sebagai pimpinan pasukan Muslim. Sebelum berangkat ke Syam, Khalid menunjuk al-Mutsanna bin Haritsah Radhiyallahu Anhu sebagai penggantinya di Irak.
Baru kemudian dia menuju Syam bersama 9.500 prajuritnya. Khalid menempuh jalan yang tidak pernah dilalui orang-orang sebelumnya, supaya perjalanan menjadi singkat. Pasukan ini mengarungi gurun dan padang pasir yang luas, juga menyeberangi lembah-lembah. Untuk itu, Khalid menyewa Nafi bin Umairah at-Tha-i sebagai penunjuk jalan.
Daerah yang pasukan Khalid lalui begitu gersang. Saat kehabisan air, mereka menyembelih unta kemudian memberi minum kuda-kuda dengan air yang tersimpan dalam punuk hewan ini. Akhirnya, mereka tiba di Syam setelah menempuh perjalanan selama lima hari.
Sebelumnya, salah seorang Arab Badui menegaskan kepada mereka tatkala hendak berangkat melalui jalan pintas penuh bahaya tadi: “Jika Anda sampai di pohon ini pada hari ini, maka berarti kalian selamat. Tetapi jika Anda belum sampai di sana pada waktu itu, maka kalian akan celaka”. Mereka pun sampai di tempat yang dimaksud pagi harinya.
Khalid menuturkan:
“Ketika pagi hari tiba, kaum yang berjalan semalaman pun bersyukur”.
Seiring dengan berlalunya zaman, ungkapan ini menjadi peribahasa.
Seorang Nasrani-Arab keluar untuk memata-matai para sahabat tersebut. Lalu dia melaporkan pengamatannya:
“Aku melihat sekelompok orang yang gemar beribadah di malam hari, dan mereka juga merupakan para penunggang kuda yang andal di siang hari. Demi Allah, seandainya putra raja mereka mencuri, niscaya mereka akan memotong tangannya, atau seandainya dia berzina, niscaya mereka akan merajamnya”.
Mendengar hal itu, panglima Romawi berkomentar:
“Jika apa yang kamu katakan itu benar, maka lebih baik kita mati berkalang tanah daripada bertekuk lutut di hadapan mereka”.
Ketika Khalid sampai di Syam, seorang Nasrani-Arab menemuinya seraya berkata:
“Alangkah banyaknya orang Romawi dan alangkah sedikitnya jumlah kaum Muslimin”.
Khalid berkata:
“Celakalah kamu, apa kamu berusaha menakut-nakutiku dengan tentara Romawi? Sungguh, pasukan yang menang yang dianggap banyak, dan pasukan yang kalah yang dianggap sedikit, bukan dilihat dari kuantitasnya sebelum kemenangan atau kekalahan itu terjadi. Demi Allah, aku harap kudaku, al-Asyqar, sembuh dari sakitnya dan pasukan Romawi berkurang”.
Panglima Romawi, Haman, meminta dipertemukan dengan Khalid bin al-Walid Radhiyallahu Anhu. Khalid pun keluar untuk menemuinya.
Haman lantas menyatakan:
“Kami tahu betul yang membuat kalian keluar dari kampung halaman adalah kesulitan hidup dan kelaparan. Maka temuilah aku, niscaya akan kuberi setiap orang dari kalian sepuluh dinar, beberapa pakaian, dan bahan makanan. Setelah itu, kalian bisa pulang ke negeri-negeri kalian. Tidak hanya itu, tahun depan kami akan mengirimkan kepada kalian yang semisalnya”.
Khalid menanggapi:
“Apa yang Anda sebutkan tadi bukanlah alasan yang menyebabkan kami keluar dari kampung halaman.”
Kedua pimpinan pasukan itu berpisah, tanpa mencapai suatu kesepakatan. Para pahlawan segera terjun ke medan pertempuran, dan perang pun berlangsung sengit.
Orang Romawi maju ke medan perang seraya mengangkat salib-salib. Suara ribut prajurit-prajuritnya laksana petir. Sedangkan para uskup dan pendeta menyemangati mereka untuk terus bertempur.
Mereka bertempur dengan jumlah dan peralatan perang yang luar biasa. Kaum Muslimin lantas menyerbu balik secara serentak.
Lama mereka bertempur, hingga pasukan Romawi terdesak dan lari kocar-kacir. Perang akhirnya usai dengan kemenangan besar yang diraih umat Islam.
0 Responses to komentar:
Post a Comment
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Peraturan Berkomentar
[1]. Dilarang menghina, Promosi (Iklan), Menyelipkan Link Aktif, dsb
[2]. Dilarang Berkomentar berbau Porno, Spam, Sara, Politik, Provokasi,
[3]. Berkomentarlah yang Sopan, Bijak, dan Sesuai Artikel, (Dilarang OOT)
[3]. Bagi Pengunjung yang mau tanya, Sebelum bertanya, Silakan cari dulu di Kotak Pencarian
“_Terima Kasih_”