Lonjakan harga CPO tersebut, merupakan respon pasar yang terkejut adanya keputusan tersebut.
Hasilnya, masyarakat luas di Indonesia bisa menikmati Hari Raya Idul Fitri 1443H dengan aman dan lancar. Pasalnya, ketersediaan pasokan minyak goreng sawit curah dan kemasan kini tersedia di sekitar masyarakat luas.
Sebab itu, kebijakan larangan sementara ekspor CPO harus ditinjau kembali, guna memberikan rasa keadilan pada masyarakat, terutama petani kelapa sawit. Dari hasil pantauan redaksi InfoSAWIT, beberapa daerah sentra perkebunan kelapa sawit, harga jual TBS mengalami penurunan besar-besaran, hingga mencapai 40% dari ketetapan harga disbun setempat. Minimnya harga yang diterima petani kelapa sawit itu, sebagai akibat stok CPO yang menumpuk di tangki penyimpanan sementara Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Sumber InfoSAWIT dari perusahaan perkebunan kelapa sawit juga mengonfirmasikan kesulitan menjual hasil olah Tandan Buah Segar (TBS) sawit yakni CPO ke pasar, "Alasan utama yang dikatakan pembeli CPO kami, karena mereka juga kesulitan menjual CPO yang mereka miliki. Lantaran pasokan minyak goreng domestik sudah berlimpah, sedangkan pasar ekspor masih dilarang" ujar pihak perusahaan yang tak mau disebutkan namanya kepada Info SAWIT menjelaskan.
Sebab itu, dibutuhkan bantuan Presiden Jokowi untuk mencabut larangan sementara ekspor CPO dan produk turunannya secepatnya. Lantaran, apabila tidak segera dicabut, beberapa PKS sedang berencana menghentikan produksinya akibat tangki penampungan (storage tank) milik PKS sudah penuh, sehingga tidak mungkin lagi bisa melakukan produksi sebab tidak ada tangki penyimpanannya.
Selain tangki penyimpanan yang penuh, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) juga khawatir kualitas CPO akan rusak karena disimpan di tangki terlalu lama.
"Kualitas CPO akan rusak, bila terlalu lama disimpan dalam tangki penyimpanan" ujarnya menjelaskan.
Di sisi lain, PKS yang menurunkan produksi, juga sudah mulai berhenti melakukan pembelian hasil panen (Tandan Buah Segar/TBS) milik petani kelapa sawit. Padahal, hasil TBS yang dipanen petani, juga menjadi sandaran utama mata pencaharian masyarakat luas. Jika hal ini berlangsung lama, PKS juga khawatir akan terjadi boikot petani kelapa sawit dalam jangka waktu dekat.
"Jangan sampai petani sawit lagi yang jadi korban," kata dia menjelaskan, "Apabila sampai tidak mau panen dan tidak merawat serta melakukan pemupukan, maka di masa depan, kebun sawit petani akan bermasalah besar karena produksi mereka akan anjlok".
Sebab itu, kebijakan pemerintah sangat diharapkan dapat memihak petani kelapa sawit yang hingga dewasa ini masih terus berjuang merawat pokok tanamannya.
"Jangan sampai pula, PKS ikutan tutup dan berhenti produksi, karena sudah tidak ada tempat penyimpanan CPO lagi" Kata dia menegaskan.
Sementara merujuk harga Bursa Malaysia (6/5/2022), harga jual CPO telah menyentuh harga RM 6.400/ton atau sebesar US$ 1.460/ton. Harga ini menurun cukup signifikan, bila dibandingkan akhir bulan lalu yang mampu mencapai US$ 1.643/Ton.
Turunnya harga CPO sebesar US$ 183/ton, menjadi sinyal kuat bagi pelaku usaha minyak sawit akan terjadinya penurunan harga jual CPO di masa mendatang. Sebab itu, Presiden Jokowi harus segera mencabut regulasi larangan sementara ekspor CPO dan produk turunannya.
"Petani juga sudah mulai mengalami kesulitan hidup, lantaran harga jual pupuk sudah tidak terjangkau", pungkasnya.
0 Responses to komentar:
Post a Comment
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Peraturan Berkomentar
[1]. Dilarang menghina, Promosi (Iklan), Menyelipkan Link Aktif, dsb
[2]. Dilarang Berkomentar berbau Porno, Spam, Sara, Politik, Provokasi,
[3]. Berkomentarlah yang Sopan, Bijak, dan Sesuai Artikel, (Dilarang OOT)
[3]. Bagi Pengunjung yang mau tanya, Sebelum bertanya, Silakan cari dulu di Kotak Pencarian
“_Terima Kasih_”