Antara Flanking Warfare dan Proses Tak Pernah Mengkhianati Hasil
Jadi, proxy war boleh dibilang sebagai medan tempur, contohnya, atau bisa juga disebut konflik perwalian, atau perang perpanjangan tangan.
Semenanjung Korea misalnya, selain merupakan medan tempur bagi hegemoni Barat versus Timur, juga perpanjangan tangan keduanya. Korea Utara mengusung kepentingan Timur, sedang Korea Selatan mewakili hegemoni Barat. Begitulah pola proxy war. Suriah pun sejatinya berpola begitu. Termasuk konflik di Thailand. Intinya, sekedar menjadi medan tempur belaka.
Paling aktual kini peperangan di Eropa Timur. Secara hakiki yang bertarung di Ukraina ialah Rusia versus koalisi militer Barat -NATO- pimpinan AS. Tak bukan. Ukraina selain cuma “proxy“-nya Barat, ia juga (termasuk) korban alias ditumbalkan. Ini sudah jamak di dunia geopolitik. Kenapa demikian, istilah strateginya flanking warfare.
Memprovokasi Ukraina agar berani berperang di satu sisi, lalu membuat Rusia marah sehingga melakukan “invasi” pada sisi lain. Setelah terjadi perang, si tumbal ditinggal sendirian. Inilah yang tengah terjadi. Canggihnya strategi flanking, ia berperang tanpa menurunkan pasukan. Modalnya provokasi.
Dalam istilah gaul, Ukraina kena “prank” ala NATO. Betapa mungkin, AS dan sekutunya saja belum tentu seimbang melawan Rusia, ia sendirian menghadapi Beruang Merah. Apa boleh buat. Ukraina pun terpaksa melawan secara optimal, bahkan sangat maksimal serta habis-habisan bertempur atas nama nasionalisme. Cinta tanah air.
Konon, proses memang tidak pernah mengkhianati hasil. Kenapa? Jenderal bintang dua Rusia pun tewas diterjang oleh sniper Ukraina. Dunia tercengang. Dan itu pukulan buat Putin, sang jenderal tewas dalam perang kecil yang secara teori, bisa ditakhlukkan oleh Rusia dalam hitungan hari.
Itulah sisi-sisi (peristiwa) lain dalam konflik di Ukraina yang harus disimak bersama. Proses tidak pernah mengkhianati hasil.
Dalam istilah gaul, Ukraina kena “prank” ala NATO. Betapa mungkin, AS dan sekutunya saja belum tentu seimbang melawan Rusia, ia sendirian menghadapi Beruang Merah. Apa boleh buat. Ukraina pun terpaksa melawan secara optimal, bahkan sangat maksimal serta habis-habisan bertempur atas nama nasionalisme. Cinta tanah air.
Konon, proses memang tidak pernah mengkhianati hasil. Kenapa? Jenderal bintang dua Rusia pun tewas diterjang oleh sniper Ukraina. Dunia tercengang. Dan itu pukulan buat Putin, sang jenderal tewas dalam perang kecil yang secara teori, bisa ditakhlukkan oleh Rusia dalam hitungan hari.
Itulah sisi-sisi (peristiwa) lain dalam konflik di Ukraina yang harus disimak bersama. Proses tidak pernah mengkhianati hasil.
di Tulis Oleh: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di→ News theglobal-review]
0 Responses to komentar:
Post a Comment
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Peraturan Berkomentar
[1]. Dilarang menghina, Promosi (Iklan), Menyelipkan Link Aktif, dsb
[2]. Dilarang Berkomentar berbau Porno, Spam, Sara, Politik, Provokasi,
[3]. Berkomentarlah yang Sopan, Bijak, dan Sesuai Artikel, (Dilarang OOT)
[3]. Bagi Pengunjung yang mau tanya, Sebelum bertanya, Silakan cari dulu di Kotak Pencarian
“_Terima Kasih_”