Sisi Lain Konflik Ukraina
Tetapi, ketika meletus konflik Ukraina kepercayaan dunia terhadap mata uang dolar mulai goyah khususnya tatkala Amerika/AS dan Barat membekukan aset milik Rusia dan secara sepihak memblokir cadangan milik bank sentral Rusia, bahkan akses SWIFT terhadap Rusia terkait sanksi ekonomi.
Balik ke dolar. Adapun faktor-faktor yang membuat ia perkasa antara lain sebagai berikut:
Pertama, berlakunya rezim petrodolar. Dekade 1971-an, Henry Kissinger melobi Raja Arab Saudi agar setiap transaksi energinya menggunakan dolar. Singkat cerita, Raja Faizal setuju. Nah, sejak saat itulah (otomatis) setiap percetakan dolar oleh The Fed cukup berbasis surat kontrak ekspor - impor minyak dan gas, tak perlu emas sebagaimana aturan Bretton Wood Agreement 1944. Jadi, meskipun dolar terus dicetak tanpa berjamin emas namun tetap stabil (tidak inflasi), karena ia dicari semua negara sebagai alat transaksi energi. Inilah poin inti rezim petrodolar sejak 1971 yang digagas oleh Kissinger;
Kedua, investasi apapun di dunia wajib menggunakan dolar. Sekali lagi, dolar selalu diperankan pada posisi yang selalu dicari orang/investor;
Ketiga, diluncurkan isu globalisasi. Tak boleh dielak, branding globalisasi paling populer selain global village (kampung dunia), juga digebyarkan dogma bahwa tidak ada negara yang bisa hidup sendiri. Semua negara saling ketergantungan antara satu dan lainnya. Nah, publik global menelan dogma tersebut tanpa kritik, tanpa selidik.
Kenapa?
Lho, bukankah ada negara autarki yang mampu mandiri secara ekonomi; bukankah ada konsepsi negeri swasembada dan/atau self sufficiency?
Bahwa hakikat globalisasi adalah jaring laba-laba. Hanya menjerat yang kecil-kecil, yang besar malah merusaknya. Fakta di lapangan memang, globalisasi menjerat kelompok negara yang kontra kepada Amerika (AS) di satu sisi, sedang sisi lain - ia memberi kemudahan kepada para pihak/entitas/negara yang pro terhadap kebijakan AS, tidak peduli apa latar belakangnya.
Lantas, diciptakan kasta bagi negara-negara. Ada negara brahmana contohnya, ia memperoleh rating tinggi, sekutu AS, diberi privilege dalam pergaulan dunia dan seterusnya. Ada pula negara ksatria yang siap dijadikan proxy baik pada bidang militer misalnya, atau ekonomi, maupun proxy politik. Dan terakhir, golongan negara berkasta sudra atau paria yang menjadi objek eksploitasi karena berbagai sumber daya (alam) yang dimilikinya. Ini kasta paling tragis lagi mengenaskan.
Retorika menggelitik muncul, “Di mata Paman Sam, kira-kira Indonesia tergolong kasta apa ya?”
Sebagai lanjutan isu globalisasi, diciptakan berbagai lembaga stempel oleh AS guna melegalisasi/cap segala sesuatu yang menguntungkan kepentingannya. Poin inti legalisasi agar dolar terus digunakan sebagai world currency alias mata uang global.
Ya, bahwa di balik semua rekayasa di atas bercokol apa yang disebut dengan istilah containment policy. “Kebijakan pembendungan”. Ya. Kebijakan ini sejatinya merupakan strategi Paman Sam guna membendung pengaruh komunisme pada era perang dingin (cold war) dahulu. Ketika Uni Soviet bubar, seyogianya containment policy sudah tidak lagi dipakai alias ditinggalkan, tapi strategi tersebut justru dilanjutkan guna membendung negara-negara yang tidak selaras dengan kebijakan Paman Sam.
Itulah tiga hal pokok yang mempengaruhi keperkasaan dolar selama beberapa dekade, kecuali sejak konflik Ukraina meletus dan terjadi perang ekonomi antara Rusia versus AS dan Eropa, keperkasaannya mulai dipertanyakan. Banyak negara, terutama yang tidak pro-Barat, secara perlahan mulai mengurangi eksposur mereka terhadap dolar, bahkan memindahkan aset dan bisnis mereka keluar dari Paman Sam.
Saat ini, indeks dolar masih bertengger diatas. Namun itu terjadi karena mata uang Euro, Yen serta Poundsterling yang melemah akibat ‘efek balik sanksi’ yang mereka terapkan terhadap Rusia. Seiring berjalannya waktu, dan sejalan perubahan konstelasi geopolitik yang pasti akan terjadi, kekuatan dolar diperkirakan akan runtuh.
di Tulis Oleh: M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)
[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di→ News theglobal-review]
0 Responses to komentar:
Post a Comment
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Peraturan Berkomentar
[1]. Dilarang menghina, Promosi (Iklan), Menyelipkan Link Aktif, dsb
[2]. Dilarang Berkomentar berbau Porno, Spam, Sara, Politik, Provokasi,
[3]. Berkomentarlah yang Sopan, Bijak, dan Sesuai Artikel, (Dilarang OOT)
[3]. Bagi Pengunjung yang mau tanya, Sebelum bertanya, Silakan cari dulu di Kotak Pencarian
“_Terima Kasih_”